Muslim Notebook Header Ads

012. Yusuf Ayat 11 - 12 - 13 - 14 - 15 - 16 - 17 - 18 - 19 - 20 - Tafsir Ibnu Katsir - Muslim Notebook

Yusuf, ayat 11-12

{قَالُوا يَا أَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّا عَلَى يُوسُفَ وَإِنَّا لَهُ لَنَاصِحُونَ (11) أَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (12) }

Mereka berkata, "Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya."

Setelah mereka bersekongkol untuk mengambil Yusuf dan akan membuangnya ke dasar sumur—seperti pendapat yang diutarakan oleh saudara tertua mereka Rubel—, lalu mereka datang menghadap ayah mereka (yaitu Ya'qub a.s.) dan mereka berkata:
{يَا أَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّا عَلَى يُوسُفَ وَإِنَّا لَهُ لَنَاصِحُونَ}
Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya. (Yusuf: 11)
Apa yang disebutkan oleh ayat ini merupakan pendahuluan, sekaligus sebagai pengakuan akan kejujuran mereka, padahal mereka bermaksud lain dari itu, karena di dalam hati mereka terpendam rasa dengki dan iri hati, mengingat cinta kasih ayah mereka lebih besar kepada Yusuf daripada kepada mereka.
{أَرْسِلْهُ مَعَنَا}
Biarkanlah dia pergi bersama kami. (Yusuf: 12)
Maksudnya, berilah kesempatan kepadanya untuk pergi bersama kami.
{غَدًا نَرْتَعْ وَنَلْعَبْ}
besok pagi agar kami (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main. (Yusuf: 12)
sebagian ulama membacanya dengan huruf ya, sehingga artinya menjadi seperti berikut:
{يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ}
agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main. (Yusuf: 12)
Menurut Ibnu Abbas, artinya berlari-lari dan berolah raga. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah, Ad-Dahhak, As-Saddi, dan lain-lainnya.
{وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ}
Dan sesungguhnya kami pasti menjaganya. (Yusuf: 12)
Mereka mengatakan, "Kami sanggup menjaganya dan mengawasi keselamatannya demi engkau."

Yusuf, ayat 13-14

{قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ وَأَخَافُ أَنْ يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَأَنْتُمْ عَنْهُ غَافِلُونَ (13) قَالُوا لَئِنْ أَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّا إِذًا لَخَاسِرُونَ (14) }

Berkata Ya'qub, "Sesungguhnya kepergian kalian bersama Yusuf amat menyedihkan dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedangkan kalian lengah darinya.” Mereka berkata, "Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedangkan kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi."

Allah Swt. menceritakan perihal Nabi Ya'qub, bahwa ia berkata kepada anak-anaknya dalam jawaban permintaan mereka yang meminta kepadanya agar membiarkan Yusuf pergi bersama mereka ke tempat penggembalaan ternak di padang sahara.
{إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ}
Sesungguhnya kepergian kalian bersama Yusuf amat menyedihkanku. (Yusuf: 13)
Yakni sebenarnya aku merasa keberatan berpisah dengan Yusuf selama dia pergi dengan kalian hingga dia kembali lagi kepadaku. Demikian itu karena Ya'qub sangat mencintai Yusuf, mengingat di dalam diri Yusuf telah terdapat pertanda kebaikan yang besar dan sifat-sifat kenabian serta kesempurnaan pada akhlak dan bentuk (rupa)nya.
Firman Allah Swt.:
{وَأَخَافُ أَنْ يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَأَنْتُمْ عَنْهُ غَافِلُونَ}
dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedangkan kalian lengah darinya. (Yusuf: 13)
Nabi Ya'qub mengatakan bahwa dirinya merasa takut dan khawatir bila anak-anaknya nanti sibuk dengan permainan dan gembalaan mereka sehingga melupakan penjagaannya terhadap Yusuf, lalu datanglah serigala memangsanya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.
Mereka (saudara-saudara Yusuf) menangkap pesan-pesan itu dari lisan ayah mereka dan mereka simpan di dalam hati mereka, kelak hal itu akan dijadikan sebagai alasan mereka dalam tindak kejahatannya.
Seketika itu juga mereka mengemukakan jawabannya kepada ayah mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{لَئِنْ أَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّا إِذًا لَخَاسِرُونَ}
Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedangkan kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi. (Yusuf: 14)
Mereka mengatakan, sesungguhnya jika Yusuf dimangsa oleh serigala di antara mereka, sedangkan mereka berjumlah banyak, berarti mereka adalah orang-orang yang binasa dan lemah.

Yusuf, ayat 15

{فَلَمَّا ذَهَبُوا بِهِ وَأَجْمَعُوا أَنْ يَجْعَلُوهُ فِي غَيَابَةِ الْجُبِّ وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِأَمْرِهِمْ هَذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (15) }

Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkan­nya ke dasar sumur (lalu mereka masukkan dia), dan (di waktu dia sudah dalam sumur), Kami wahyukan kepada Yusuf, "Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan-perbuatan mereka ini, sedangkan mereka tiada ingat lagi.”

Allah Swt. menceritakan bahwa setelah Yusuf dibawa oleh saudara-saudaranya dari sisi ayahnya sesudah mereka mendesaknya.
{وَأَجْمَعُوا أَنْ يَجْعَلُوهُ فِي غَيَابَةِ الْجُبِّ}
dan mereka sepakat untuk memasukkannya ke dasar sumur. (Yusuf: 15)
Hal ini menggambarkan tentang perbuatan mereka yang sangat jahat, yaitu sepakat untuk mencampakkan Yusuf ke dasar sumur tersebut. Mereka berpura-pura mengambil Yusuf dari sisi ayah mereka sebagai penghormatan mereka kepadanya, untuk menenangkan hatinya serta untuk menggembirakannya.
Menurut suatu pendapat, sesungguhnya Ya'qub a.s. ketika melepas Yusuf pergi bersama mereka terlebih dahulu memeluk, menciumi, dan mendoakannya.
As-Saddi dan lain-lainnya menyebutkan bahwa tiada jarak waktu antara penghormatan mereka kepada ayahnya dengan penyiksaan mereka kepada Yusuf, melainkan setelah mereka menghilang dari pandangan mata ayahnya dan suara mereka tidak kedengaran lagi. Setelah itu mereka mulai menyakiti Yusuf, baik dengan kata-kata makian ataupun dengan cara lainnya yang serupa, yaitu memukulinya dan lain sebagainya.
Kemudian mereka membawa Yusuf ke sumur yang telah mereka sepakati sebagai tempat untuk membuangnya. Mereka mengikat Yusuf terlebih dahulu dengan tambang, lalu memasukkannya ke dalam sumur itu.
Sebelum itu manakala Yusuf meminta perlindungan kepada seseorang dari mereka bila disakiti oleh yang lainnya, maka yang dimintai perlindungan itu justru menampar dan mencaci makinya. Dan ketika Yusuf berpegangan pada pinggir sumur itu, mereka memukuli tangannya, lalu memutuskan tambang pengikatnya setelah Yusuf sampai di pertengahan kedalaman sumur; maka terjatuhlah Yusuf ke dalam air sumur itu yang menenggelamkannya. Maka Yusuf naik ke sebuah batu besar —disebut Ragufah— yang ada di tengah lubang sumur itu, lalu berdiri di atasnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِأَمْرِهِمْ هَذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ}
dan (di waktu dia sudah dalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf, "Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedangkan mereka tiada ingat lagi.” (Yusuf: 15)
Allah Swt. menyebutkan tentang kasih sayang, rahmat, dan pertolongan­Nya kepada Yusuf; serta menurunkan kemudahan kepadanya di saat kesulitan. Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Yusuf di saat ia benar-benar berada dalam kesulitan guna menenteramkan dan meneguhkan hatinya, "Janganlah kamu bersedih hati terhadap nasib yang sedang kamu alami, karena sesungguhnya engkau akan menemui kemudahan dan jalan keluar yang baik. Allah pasti akan menolongmu terhadap mereka dan Dia akan mengangkatmu serta meninggikan derajatmu. Dan Engkau kelak akan menceritakan kepada mereka apa yang telah mereka lakukan terhadap dirimu dari perbuatan mereka ini."
Firman Allah Swt.:
{وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ}
sedangkan mereka tiada ingat lagi. (Yusuf: 15)
Mujahid dan Qatadah mengatakan, mereka tidak menyadari bahwa Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Yusuf saat itu. Sedangkan menurut Ibnu Abbas, maksudnya adalah engkau kelak akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka sekarang terhadapmu, sedangkan mereka tidak ingat lagi kepadamu dan tidak mengenalmu.
Sehubungan dengan hal ini Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Haris, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnu Ubadah Al-Asadi, dari ayahnya; ia pernah mendengar Ibnu Abbas menceritakan bahwa ketika saudara-saudara Yusuf masuk ke dalam istana Yusuf, maka Yusuf langsung dapat mengenali mereka, sedangkan mereka tidak mengenalnya. Lalu Yusuf berkata, "Ambilkanlah piala itu." Kemudian Yusuf meletakkan piala itu di tangannya dan memukul piala itu hingga berdenting suaranya. Lalu Yusuf berkata, "Sesungguhnya piala ini akan menceritakan kepadaku berita tentang golongan orang-orang ini, bahwa sesungguhnya di masa lalu kalian mempunyai seorang saudara seayah kalian yang dikenal dengan nama Yusuf yang sangat dicintai oleh ayah kalian, sedangkan kalian tidak. Lalu kalian membawanya pergi dan melemparkannya ke dasar sebuah sumur."
Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Lalu Yusuf kembali memukul piala itu, dan piala itu berdenting untuk kedua kalinya. Kemudian Yusuf berkata, 'Setelah itu kalian datang menghadap kepada ayah kalian dan kalian katakan kepadanya bahwa serigala telah memangsa Yusuf, dan kalian pun datang kepadanya dengan membawa baju gamisnya yang dilumuri oleh darah yang dusta (palsu).' Maka sebagian dari mereka (saudara-saudara Yusuf) berkata kepada sebagian yang lainnya, 'Sesungguhnya piala ini benar-benar menceritakan kisah kalian'."
Ibnu Abbas r.a. mengatakan, "Kami merasa yakin bahwa ayat ini diturunkan menceritakan kisah mereka," yaitu firman Allah Swt.: Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedangkan mereka tiada ingat lagi. (Yusuf: 15)

Yusuf, ayat 16-17-18

{وَجَاءُوا أَبَاهُمْ عِشَاءً يَبْكُونَ (16) قَالُوا يَا أَبَانَا إِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَأَكَلَهُ الذِّئْبُ وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ (17) وَجَاءُوا عَلَى قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ (18) }

Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis. Mereka berkata, " Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar.” Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub berkata, "Sebenarnya diri kalian sendiri yang memandang baik perbuatan (yang buruk) ini; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian ceritakan.”

Allah Swt. menceritakan tentang alasan yang dipegang oleh saudara-saudara Yusuf setelah mereka melemparkannya ke dalam dasar sumur. Bahwa mereka pulang dan menemui ayah mereka di malam hari seraya menangis mengeluarkan air mata buaya. Mereka memperlihatkan seakan-akan mereka kecewa dan sedih atas nasib yang dialami oleh Yusuf, dan mereka meminta maaf atas apa yang telah menimpa Yusuf sesuai dengan rencana yang mereka buat.
{إِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ}
sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba. (Yusuf: 17)
Yakni berlomba memanah.
{وَتَرَكْنَا يُوسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا}
dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami. (Yusuf: 17)
Yaitu di dekat pakaian dan barang-barang kami.
{فَأَكَلَهُ الذِّئْبُ}
lalu dia dimakan serigala. (Yusuf: 17)
Hal itulah yang sebelumnya sangat dikhawatirkan dan ditakuti oleh Ya'qub.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ}
dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar. (Yusuf: 17)
Kalimat ini merupakan ungkapan permohonan belas kasihan mereka dengan tujuan agar mereka memperoleh kepercayaan dari Ya'qub atas makar mereka. Mereka mengatakan, "Kami merasa yakin bahwa engkau tidak akan mempercayai kami, sekalipun kami menceritakan hal yang sebenarnya. Tidaklah heran bila engkau menuduh kami dalam hal ini, karena sebelumnya engkau merasa khawatir bila Yusuf dimakan serigala, lalu ternyata dia dimakan oleh serigala. Engkau dimaaf bila mendustakan cerita kami, karena secara kebetulan hal yang dikhawatirkan itu betul-betul terjadi persis seperti kenyataannya."
{وَجَاءُوا عَلَى قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ}
Mereka datang dengan membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. (Yusuf: 18)
maksudnya, darah buatan. Ini merupakan bagian dari rencana makar dan tipu muslihat yang telah mereka sepakati sebelumnya.
Menurut riwayat yang diceritakan oleh Mujahid, As-Saddi, serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, saudara-saudara Yusuf menangkap seekor kambing muda, lalu mereka sembelih, dan darahnya mereka lumurkan ke baju Yusuf, sebagai bukti bahwa inilah baju Yusuf yang telah dimangsa oleh serigala, dan padanya terdapat bekas-bekas darahnya. Akan tetapi, mereka lupa merobek baju itu. Karena itulah Nabi Ya'qub tidak percaya kepada bukti yang diajukan kepadanya itu. Bahkan dia berkata menyindir mereka yang telah menipunya:
{بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ}
Sebenarnya diri kalian sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). (Yusuf: 18)
Dengan kata lain, aku akan bersabar dengan kesabaran yang baik atas musibahku ini yang kalian sepakat untuk menimpakannya kepadaku, hingga Allah memberikan jalan keluarnya berkat pertolongan dan kasih sayang-Nya.
{وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ}
Dan Allah sajalah yang dimohonkan pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian ceritakan. (Yusuf: 18)
Yakni atas kedustaan dan makar yang kalian buat itu.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Samak, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. (Yusuf: 18) Bahwa seandainya Yusuf benar-benar dimangsa oleh serigala, niscaya bajunya terkoyak. Hal yang sama telah dikatakan oleh Asy-Sya'bi, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya.
Mujahid mengatakan bahwa sabar yang baik ialah sabar yang tidak ada keluhannya.
وَرَوَى هُشَيْم، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَحْيَى، عَنْ حبَّان بْنِ أَبِي جَبَلة قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَوْلِهِ: {فَصَبْرٌ جَمِيلٌ} فَقَالَ: "صَبْرٌ لَا شَكْوَى فِيهِ"
Hasyim telah meriwayatkan dari Abdur Rahman ibnu Yahya, dari Hiban ibnu Abu Hablah, bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai makna firman-Nya: maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). (Yusuf: 18) Maka beliau Saw. bersabda, "Sabar yang baik ialah sabar yang tidak ada keluhannya." Hadis ini berpredikat mursal.
Abdur Razzaq mengatakan bahwa As-Sauri telah meriwayatkan dari salah seorang temannya yang mengatakan, "Kriteria sabar itu ada tiga, yaitu janganlah kamu membicarakan sakitmu (kepada orang lain), jangan menceritakan musibah yang menimpa dirimu, jangan pula kamu membersihkan dirimu sendiri."
Sehubungan dengan hal ini Imam Bukhari telah meriwayatkan hadis Siti Aisyah dalam kisah tuduhan palsu yang ditujukan terhadap dirinya, antara lain Siti Aisyah mengatakan, "Demi Allah, aku tidak menemukan suatu misal pun bagiku terhadap kalian kecuali seperti apa yang dikatakan oleh ayah Yusuf: 'maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian ceritakan.' (Yusuf: 18)."

Yusuf, ayat 19-20

{وَجَاءَتْ سَيَّارَةٌ فَأَرْسَلُوا وَارِدَهُمْ فَأَدْلَى دَلْوَهُ قَالَ يَا بُشْرَى هَذَا غُلامٌ وَأَسَرُّوهُ بِضَاعَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَعْمَلُونَ (19) وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ وَكَانُوا فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ (20) }

Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air mereka, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata, "Oh, kabar gembira, ini seorang anak muda!" Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.

Allah Swt. menceritakan apa yang dialami oleh Yusuf setelah ia dilemparkan oleh saudara-saudaranya di dalam dasar sumur, lalu ia ditinggalkan seorang diri di dalam sumur itu oleh saudara-saudaranya. Yusuf a.s. tinggal di dasar sumur itu selama tiga hari, menurut Abu Bakar ibnu Ayyasy.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa setelah saudara-saudara Yusuf melemparkannya ke dalam sumur itu, mereka duduk-duduk di sekeliling sumur tersebut seraya memikirkan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Maka Allah menggerakkan suatu kafilah ke arah Yusuf, dan mereka turun istirahat di dekat sumur tersebut. Lalu mereka menyuruh tukang mengambil air mereka untuk menimbakan air buat mereka.
Setelah penimba air itu datang ke sumur tersebut dan menjulurkan timbanya ke dalam sumur, maka Nabi Yusuf bergantung kepada tali timba itu. Akhirnya ia keluar dari sumur itu, dan si penimba air merasa gembira dengannya, lalu berkata:
{يَا بُشْرَى هَذَا غُلامٌ}
Oh, kabar gembira, ini seorang anak muda! (Yusuf: 19)
Sebagian ulama membacanya, "Ya Busyraya'' As-Saddi menduga bahwa kata-kata ini adalah nama seorang yang dipanggil oleh si penimba air itu yang memberitahukan kepadanya bahwa dia telah mendapatkan (menemukan) seorang anak muda. Pendapat yang dikemukakan oleh As-Saddi ini garib, karena sesungguhnya As-Saddi belum pernah mengemukakan tafsir qiraat ayat ini kecuali dalam riwayat dari Ibnu Abbas. Sesungguhnya makna qiraat ini berarti me-mudaf-kan lafaz busyra kepada ya mutakallim, lalu ya idafah-nya dibuang, tetapi makna yang dimaksud menyatakan bahwa si pembicara menghendakinya.
Perihalnya sama dengan kata-kata orang Arab, "Hai diriku, bersabarlah." dan "Hai pelayan, datanglah kepadaku!", yakni dengan membuang huruf idafah. Dalam keadaan seperti ini diperbolehkan bacaan kasrah dan rafa’ Sedangkan penafsiran seperti itu merujuk kepada qiraat lainnya yang mengatakan, "Ya Busyraya"
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَأَسَرُّوهُ بِضَاعَةً}
Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan. (Yusuf: 19)
Yakni dan para pengambil air itu menjadikan Yusuf sebagai budak belian. Mereka mengatakan, "Kami telah membelinya dari pemilik air, karena takut iringan kafilah mereka ikut ambil bagian jika mereka mengetahui cerita yang sebenarnya." Demikianlah yang dikatakan Mujahid, As-Saddi, dan Ibnu Jarir.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan. (Yusuf: 19) Artinya, saudara-saudara Yusuf menyembunyikan identitas Yusuf, dan Yusuf sendiri tidak menyangkalnya karena dia merasa khawatir saudara-saudaranya akan membunuhnya bila ia menyebutkan identitas pribadinya yang sesungguhnya, bahwa dia adalah saudara mereka. Yusuf rela dirinya diperjualbelikan demi keselamatan dirinya. Lalu saudara-saudara Yusuf bercerita kepada si penimba air itu bahwa Yusuf adalah budak mereka. Maka si penimba air kaum itu berseru memanggil teman-temannya: Oh, kabar gembira, ini seorang anak muda! (Yusuf: 19) yang diperjualbelikan, dan saudara-saudara Yusuf menjualnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَعْمَلُونَ}
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Yusuf: 19)
Allah Maha Mengetahui apa yang dikerjakan oleh saudara-saudara Yusuf dan orang-orang yang membelinya. Dengan kata lain, Allah berkuasa untuk mengubah hal itu dan menolaknya, tetapi kebijaksanaan dan takdir­Nya telah menentukan hal tersebut; maka Dia biarkan hal itu untuk dilangsungkan sesuai dengan takdir dan apa yang telah direncanakan­Nya.
أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah, Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam. (Al-A'raf: 54)
Di dalam ayat ini terkandung makna kiasan yang ditujukan kepada Rasulullah Saw., sekaligus sebagai pemberitahuan kepadanya bahwa Allah mengetahui semua gangguan yang menyakitkan dari kaum Rasulullah terhadap diri Rasul Saw. Dan Allah mampu untuk menangkal hal itu, tetapi sengaja Allah menangguhkan mereka dan membiarkan takdir-Nya berjalan, kelak Allah akan menjadikan akibat yang terpuji dan kekuasaan bagi Rasul-Nya atas mereka. Sama halnya seperti yang dilakukan Allah kepada Nabi Yusuf, Dia menjadikan akibat yang terpuji dan kekuasaan baginya atas saudara-saudaranya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ}
Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja. (Yusuf: 20)
Allah Swt. menceritakan bahwa saudara-saudara Yusuf menjual Yusuf dengan harga yang sangat murah. Demikianlah menurut Mujahid dan Ikrimah. Al-bakhs artinya murah, seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lainnya:
{فَلا يَخَافُ بَخْسًا وَلا رَهَقًا}
maka ia tidak takut akan kekurangan pahala. (Al-Jin: 13)
Maksudnya, mereka menukar Yusuf dengan harga yang jauh di bawah standar atau sangat murah. Selain itu mereka (saudara-saudara Yusuf) adalah orang-orang yang sangat tidak menginginkannya. Bahkan seandainya pembeli itu memintanya tanpa imbalan apa pun, niscaya mereka memberikan Yusuf kepadanya.
Ibnu Abbas, Mujahid, dan Ad-Dahhak mengatakan bahwa damir yang terdapat di dalam firman-Nya: dan mereka menjualnya. (Yusuf: 20) kembali kepada saudara-saudara Yusuf.
Sedangkan menurut Qatadah, yang dimaksud dengan mereka adalah kelompok orang-orang musafir.
Tetapi pendapat yang pertama lebih kuat karena firman-Nya:
{وَكَانُوا فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ}
dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf. (Yusuf: 20)
Sesungguhnya yang dimaksud oleh ayat ini hanyalah saudara-saudara Yusuf, bukan orang-orang musafir; sebab orang-orang musafir itu merasa gembira dengan Yusuf, dan saudara-saudara Yusuf menyembunyikan identitas Yusuf yang sebenarnya. Seandainya saudara-saudara Yusuf bukan orang-orang yang tidak tertarik hatinya kepada Yusuf, niscaya mereka tidak akan menjualnya. Dengan demikian, dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa damir yang terdapat pada lafaz syarauhu tiada lain maksudnya adalah saudara-saudara Yusuf.
Menurut suatu pendapat, lafaz bakhsin artinya haram, sedangkan pendapat lainnya lagi mengatakan zalim. Sekalipun makna-makna tersebut merupakan makna lafaz ini, tetapi makna yang dimaksud dalam ayat ini tidaklah demikian. Permasalahannya telah diketahui dan dimengerti oleh semua orang, bahwa hasil jualan tersebut adalah haram, mengingat Nabi Yusuf adalah anak Nabi, cucu Nabi, cicit Nabi kekasih Allah, yaitu Nabi Ibrahim. Dia adalah orang mulia anak orang mulia anak orang mulia anak orang mulia.
Sesungguhnya makna yang dimaksud dengan al-bakhs dalam ayat ini ialah kurang atau harga yang murah atau harga palsu di bawah standar. Dengan kata lain, mereka menjualnya dengan harga yang jauh di bawah standar. Dalam ayat selanjutnya disebutkan:
{دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ}
yaitu beberapa dirham saja. (Yusuf: 20)
Dari Ibnu Mas'ud, disebutkan bahwa mereka menjual Yusuf dengan harga dua puluh dirham. Demikian pula menurut Ibnu Abbas, Nauf Al-Bakali, As-Saddi, Qatadah, dan Atiyyah Al-Aufi; dan ditambahkan bahwa mereka membagi-bagi hasilnya, masing-masing orang dua dirham. Menurut Mujahid dua puluh dua dirham. Menurut Muhammad ibnu Ishaq dan Ikrimah empat puluh dirham.
Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf. (Yusuf: 20) Demikian itu karena mereka tidak mengetahui kenabian dan kedudukan Yusuf di sisi Allah Swt.
Mujahid mengatakan bahwa setelah mereka menjual Yusuf, mereka mengikutinya dan mengatakan kepada sesama mereka, "Marilah kita ikuti dia sampai kita merasa tenang bahwa dia tidak minggat," hingga mereka mengikutinya sampai ke negeri Mesir.
Lalu si pembeli berkata, "Siapakah yang akan membeli anak ini sebagai penghibur hatinya?" Maka Yusuf dibeli oleh raja yang muslim.

No comments

Tafsir Jalalain

Tafsir Ibnu Katsir

Back to top