Muslim Notebook Header Ads

011. Hud Ayat 23 - 24 - 25 - 26 - 27 - 28 - 29 - 30 - Tafsir Ibnu Katsir - Muslim Notebook

Hud, ayat 23-24

{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَخْبَتُوا إِلَى رَبِّهِمْ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (23) مَثَلُ الْفَرِيقَيْنِ كَالأعْمَى وَالأصَمِّ وَالْبَصِيرِ وَالسَّمِيعِ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلا أَفَلا تَذَكَّرُونَ (24) }

(23). Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. 
(24). Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafir dan orang-orang mukmin) seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya? Maka tidakkah kalian mengambil pelajaran (dari perbandingan itu)?

Setelah menyebutkan keadaan orang-orang yang celaka, lalu Allah mengiringinya dengan menyebutkan keadaan orang-orang yang berbahagia. Mereka adalah orang-orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang saleh. Dengan demikian, berarti hati mereka beriman dan anggota tubuh mereka mengerjakan amal-amal saleh, baik secara lisan maupun perbuatan, misalnya mengerjakan amal ketaatan dan menjauhi perkara-perkara yang mungkar. Karena itulah mereka mewarisi surga-surga yang di dalamnya terdapat gedung yang tinggi-tinggi, pelaminan yang empuk-empuk, buah-buahan yang dekat dipetiknya, hamparan yang tebal-tebal, bidadari yang cantik-cantik, buah-buahan yang beraneka ragam, makanan yang lezat-lezat, minuman-minuman yang lezat, dan dapat melihat Pencipta langit dan bumi. Mereka kekal dalam kenikmatan itu, tidak mati, tidak tua, dan tidak sakit. Mereka pun tidak tidur, tidak pernah buang hajat, tidak pernah meludah, dan tidak pernah berdahak, melainkan hanyalah berkeringat saja yang baunya seperti minyak kesturi.
Kemudian Allah Swt. membuat perumpamaan tentang orang-orang kafir dan orang-orang mukmin. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{مَثَلُ الْفَرِيقَيْنِ}
Perbandingan kedua golongan itu. (Hud: 24)
Maksudnya, perbandingan antara orang-orang yang disebutkan oleh Allah sebagai orang-orang yang celaka dan orang-orang mukmin yang berbahagia ialah: Orang-orang yang celaka itu sama halnya dengan orang yang buta dan yang tuli, sedangkan orang-orang yang berbahagia sama halnya dengan orang yang melihat dan yang mendengar. Orang kafir buta tidak dapat melihat kebenaran di dunia dan akhirat, tidak mendapat petunjuk kepada kebaikan dan tidak mengenalnya. Dan ia tuli, tidak dapat mendengar hujah-hujah sehingga tidak dapat beroleh manfaat darinya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:
{وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا لأسْمَعَهُمْ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ}
Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. (Al-Anfal: 23), hingga akhir ayat.
Adapun orang mukmin, maka ia cerdas, cerdik lagi berakal; ia dapat melihat perkara yang hak dan dapat membedakannya dengan yang batil, lalu mengikuti yang baik dan meninggalkan yang buruk. Dia pun mendengar hujah-hujah dan dapat membedakannya dengan hal yang syubhat, maka dia tidak teperdaya oleh perkara yang batil. Maka apakah sama antara orang ini dan orang itu? (yakni antara orang mukmin dan orang kafir). Jawabannya, tentu tidak.
{أَفَلا تَذَكَّرُونَ}
Maka tidakkah kalian mengambil pelajaran (dari perbandingan itu)? (Hud: 24)
Tidakkah kalian mengambil pelajaran, kemudian kalian membedakan antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir itu? Ayat ini semisal dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
{لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ}
Tidak sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr: 20)
{وَمَا يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ وَلا الظُّلُمَاتُ وَلا النُّورُ وَلا الظِّلُّ وَلا الْحَرُورُ وَمَا يَسْتَوِي الأحْيَاءُ وَلا الأمْوَاتُ إِنَّ اللَّهَ يُسْمِعُ مَنْ يَشَاءُ وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ إِنْ أَنْتَ إِلا نَذِيرٌ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلا خَلا فِيهَا نَذِيرٌ}
Dan  tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya, dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas, dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesung­guhnya Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang dikehendakinya, dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar. Kamu tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan. Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (Fathir: 19-24)

Hud, ayat 25-26-27

{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ (25) أَنْ لَا تَعْبُدُوا إِلا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ أَلِيمٍ (26) فَقَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلا بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ (27) }

(25). Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata), "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kalian, 
(26). agar kalian tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan.” 
(27). Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kalian memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kalian adalah orang-orang yang dusta.”

Allah Swt. menceritakan tentang Nabi Nuh a.s. Dia adalah rasul Allah yang pertama yang diutus oleh Allah untuk penduduk bumi dari kalangan kaum musyrik para penyembah berhala. Nabi Nuh a.s. berkata kepada kaumnya:
{إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ}
Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kalian. (Hud: 25)
Yakni peringatan yang nyata kepada kalian akan adanya azab Allah jika kalian terus menyembah berhala selain Allah. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أَنْ لَا تَعْبُدُوا إِلا اللَّهَ}
agar kalian tidak menyembah selain Allah. (Hud: 26)
Firman Allah Swt.:
{إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ أَلِيمٍ}
Sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. (Hud: 26)
Jika kalian terus-menerus mengerjakan apa yang kalian kerjakan itu —yakni menyembah berhala— niscaya Allah akan menyiksa kalian dengan siksaan yang sangat pedih, sangat menyakitkan lagi sangat berat di hari akhirat kelak.
{فَقَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ}
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya. (Hud: 27)
Kata al-mala’ artinya para pemimpin dan para pembesar dari kalangan orang-orang kafir.
{مَا نَرَاكَ إِلا بَشَرًا مِثْلَنَا}
Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami. (Hud: 27)
Artinya, kamu bukanlah seorang malaikat, melainkan hanyalah manusia biasa. Maka mana mungkin diturunkan wahyu kepadamu, bukannya kepada kami? Kemudian kami melihat bahwa tiada yang mengikutimu kecuali hanyalah orang-orang yang rendahan dari kalangan kami, seperti para pedagang, para penjahit, dan lain sebagainya dari golongan kelas bawah. Tiada yang mengikutimu dari kalangan orang-orang yang terhormat, tiada pula dari kalangan para pemimpin kami. Kemudian mereka yang mengikutimu itu tidaklah mempunyai pikiran yang panjang, tidak pula mempunyai pandangan, melainkan begitu kamu menyeru mereka, lalu mereka kontan mengikutimu dan menerima seruanmu. Karena itu, dalam firman selanjutnya dinyatakan:
{وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ}
dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja. (Hud: 27)
Badiyar ra-yi artinya mudah percaya.
{وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ}
dan kami tidak melihat kalian memiliki kelebihan apa pun atas kami. (Hud: 27)
Mereka mengatakan bahwa mereka memandang Nuh tidak mempunyai kelebihan apa pun —baik dalam hal penampilan, sikap, kekayaan, ataupun keadaan—, lalu apakah gunanya mereka memasuki agama Nabi Nuh?
{بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ}
bahkan kami yakin bahwa kalian adalah orang-orang yang berdusta. (Hud: 27)
dalam seruan kalian kepada kami yang mengajak kepada kebajikan, kebaikan, ibadah dan kebahagiaan di alam akhirat bila kalian semua telah sampai kepadanya. Kalimat ini merupakan sanggahan orang-orang kafir terhadap Nabi Nuh a.s. dan para pengikutnya. Hal ini pun menunjukkan kebodohan, keminiman ilmu, dan kedangkalan otak mereka. Karena sesungguhnya bukanlah merupakan suatu keaiban bagi perkara yang hak, bila yang mengikutinya adalah orang-orang rendahan; sebab perkara yang hak itu sendiri merupakan suatu kebenaran, baik yang mengikutinya dari kalangan orang yang terhormat ataupun orang rendahan. Bahkan sebaliknya, orang-orang yang mengikuti perkara yang hak itulah orang-orang yang terhormat, sekalipun keadaan mereka miskin; dan orang-orang yang menolak perkara yang hak adalah orang-orang yang hina, sekalipun mereka hartawan (kaya).
Kemudian bila ditinjau dari segi kenyataan, memang orang yang mengikuti perkara yang hak itu kebanyakannya dari kalangan orang-orang yang lemah, dan kebanyakan orang-orang terhormat dan orang-orang besar selalu menentangnya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ}
Dan demikianlah Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, "Sesungguh­nya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (Az-Zukhruf: 23)
Heraklius —Kaisar Romawi— bertanya kepada Abu Sufyan (yakni Sakhr ibnu Harb) tentang sifat-sifat Nabi Saw., antara lain, "Apakah para pengikutnya dari kalangan orang-orang yang terhormat (kuat) ataukah dari kalangan orang-orang yang lemah?" Abu Sufyan menjawab, "Tidak, bahkan dari kalangan orang-orang yang lemah." Maka Heraklius berkata, "Mereka (orang-orang yang lemah) itu adalah pengikut-pengikut para rasul."
Perkataan mereka (orang-orang yang kafir dari kalangan kaum Nabi Nuh) adalah badiyar ra-yi (mudah percaya), bukanlah suatu cela atau aib. Karena sesungguhnya perkara hak itu apabila telah jelas, maka tidak ada lagi kesempatan bagi pendapat—tidak pula bagi pemikiran— untuk berperan. Bahkan perkara yang hak itu harus diikuti dalam waktu yang sama oleh orang yang cerdik dan pandai, tiada yang menggunakan pemikirannya dalam hal ini kecuali hanyalah orang yang bodoh dan pandir. Sesungguhnya risalah yang dibawa oleh para rasul semuanya adalah jelas dan gamblang. Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
  "مَا دَعَوْتُ أَحَدًا إِلَى الْإِسْلَامِ إِلَّا كَانَتْ لَهُ كَبْوَة، غَيْرَ أَبِي بَكْرٍ، فَإِنَّهُ لَمْ يَتَلَعْثَم"
Tidak sekali-kali aku menyeru seseorang untuk masuk Islam melainkan ada ganjalan pada dirinya kecuali Abu Bakar, karena sesungguhnya dia tidak kaku.
Yakni tidak ragu dan tidak menangguh-nangguhkan; karena dia melihat bahwa urusannya telah jelas dan gamblang, maka dia bersegera menyam­butnya dengan cepat dan spontan.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ}
dan kami tidak melihat kalian memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami. (Hud: 27)
Mereka mempunyai pandangan demikian karena mereka buta, tidak dapat melihat perkara hak, dan tidak dapat mendengarnya serta tidak dapat meresapinya, melainkan mereka selalu berada dalam keragu-raguannya dan tenggelam di dalam kegelapan kebodohannya. Mereka adalah orang-orang yang suka membuat-buat kebohongan, pendusta, kecil, dan hina; di akhirat kelak mereka adalah orang-orang yang merugi.

Hud, ayat 28

{قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَآتَانِي رَحْمَةً مِنْ عِنْدِهِ فَعُمِّيَتْ عَلَيْكُمْ أَنُلْزِمُكُمُوهَا وَأَنْتُمْ لَهَا كَارِهُونَ (28) }

(28). Berkata Nuh, "Hai kaumku, bagaimana pikiran kalian, jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberi-Nya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagi kalian. Apa akan kami paksakan kalian menerimanya, padahal kalian tidak menyukainya?"

Allah Swt. menceritakan tentang jawaban Nabi Nuh a.s. terhadap kaumnya dalam hal tersebut:
{أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي}
bagaimanakah pikiran kalian, jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku. (Hud: 28)
Yaitu bukti yang meyakinkan, perkara yang jelas, dan kenabian yang benar; sebagai rahmat yang besar dari Allah buat Nabi Nuh sendiri, juga buat mereka.
{فَعُمِّيَتْ عَلَيْكُمْ}
tetapi rahmat itu disamarkan bagi kalian. (Hud: 28)
Maksudnya, disembunyikan dari kalian sehingga kalian tidak mendapat petunjuk untuk mengetahuinya, tidak pula dapat mengetahui kadarnya, bahkan sebaliknya kalian bersegera mendustakannya dan membantahnya.
{أَنُلْزِمْكُمُوهَا}
Apa akan kami paksakan kalian menerimanya. (Hud: 28)
Yakni apakah kami menekan kalian untuk menerimanya, padahal kalian sendiri tidak menyukainya?

Hud, ayat 29-30

{وَيَا قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مَالا إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى اللَّهِ وَمَا أَنَا بِطَارِدِ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّهُمْ مُلاقُو رَبِّهِمْ وَلَكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ (29) وَيَا قَوْمِ مَنْ يَنْصُرُنِي مِنَ اللَّهِ إِنْ طَرَدْتُهُمْ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (30) }

(29). Dan (dia berkata), "Hai kaumku, aku tidak meminta harta benda kepada kalian (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, tetapi aku memandang kalian suatu kaum yang tidak mengetahui.”
(30). Dan (dia berkata), tlHai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah kalian mengambil pelajaran?”

Nuh a.s. berkata kepada kaumnya, "Aku tidak meminta suatu upah pun dari kalian sebagai imbalan dari nasihatku kepada kalian ini, sebagai upah yang aku ambil dari kalian. Sesungguhnya aku hanyalah menginginkan pahala dari Allah Swt."
{وَمَا أَنَا بِطَارِدِ الَّذِينَ آمَنُوا}
dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. (Hud: 29)
Seakan-akan mereka meminta kepada Nabi Nuh a.s. agar mengusir orang-orang yang telah beriman dari sisinya, karena mereka malu dan sebagai tahan harga dari mereka bila mereka duduk bersamaan dengan orang-orang yang lemah pengikut Nabi Nuh itu. Perihalnya sama dengan apa yang dialami oleh penutup para rasul, yaitu Nabi Muhammad Saw. Beliau pernah diminta oleh orang-omng kafir agar mengusir golongan orang-orang yang lemah dari sisinya. Orang-orang kafir itu pun meminta kepada Nabi Saw. agar membuat suatu majelis terpisah buat mereka duduk bersamanya secara khusus. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
{وَلا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ}
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan di petang hari. (Al-An'am: 52), hingga akhir ayat.
{وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ}
Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam ini­kah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?” (Allah berfirman), "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" (Al-An'am: 53)

No comments

Tafsir Jalalain

Tafsir Ibnu Katsir

Back to top