Muslim Notebook Header Ads

011. Hud Ayat 112 - 113 - 114 - 115 - 116 - 117 - 118 - 119 - 120 - 121 - 122 - 123 - Tafsir Ibnu Katsir - Muslim Notebook

Hud, ayat 112-113

{فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (112) وَلا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (113) }

Maka tetaplah kamu dalam jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) kepada orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kalian kerjakan. Dan janganlah kalian cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kalian disentuh api neraka, dan sekali-kali kalian tiada mempunyai seorang penolong pun selain dari Allah, kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan.

Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya dan hamba-hamba-Nya yang beriman agar bersikap teguh dan tetap berjalan pada jalan yang lurus. Karena hal tersebut merupakan sarana yang membantu untuk memperoleh kemenangan atas musuh dan menangkal semua perlawanan mereka. Lalu Allah melarang bersikap melampaui batas, karena sesungguhnya sikap ini mendatangkan kehancuran diri, sekalipun dalam bersikap terhadap orang musyrik.
Allah Swt. memberitahukan pula bahwa Dia Maha Melihat semua amal perbuatan hamba-hamba-Nya, Dia tidak akan lalai terhadap sesuatu pun dan tidak ada sesuatu pun yang samar bagi-Nya.
Firman Allah Swt.:
{وَلا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا}
Dan janganlah kalian cenderung kepada orang-orang yang zalim. (Hud: 113)
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna latarkanu, bahwa makna yang dimaksud ialah janganlah kalian bersikap diplomasi.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah cenderung kepada kemusyrikan.
Abul Aliyah mengatakan, makna yang dimaksud ialah janganlah kamu rela terhadap perbuatan mereka.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah janganlah kalian cenderung kepada orang-orang yang aniaya. Pendapat ini cukup baik, yang maksudnya ialah janganlah kalian meminta pertolongan kepada orang-orang yang aniaya, karena jadinya seakan-akan kalian rela kepada amal perbuatan mereka.
{فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ}
yang akibatnya kalian akan disentuh api neraka, dan sekali-kali kalian tidak mempunyai seorang penolong pun selain dari Allah, kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan. (Hud: 113)
Maksudnya, kalian tidak akan mempunyai seorang penolong pun yang dapat menyelamatkan diri kalian; dan tidak akan mempunyai seorang pelindung pun yang dapat membebaskan kalian dari azab Allah selain Allah sendiri.

Hud, ayat 114 – 115

 

{وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ (114) وَاصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ (115) }

Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. Dan bersabarlah karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.

Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang. (Hud: 114) Yakni salat Subuh dan salat Magrib. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.
Al-Hasan telah mengatakan dalam suatu riwayat dari Qatadah dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya, bahwa yang dimaksud ialah salat Subuh dan salat Asar.
Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan salat pada permulaan siang adalah salat Subuh, tetapi di lain kesempatan ia mengatakan salat Lohor dan salat Asar.
{وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ}
dan pada bagian permulaan malam. (Hud: 114)
Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, dan lain-lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud adalah salat Isya.
Al-Hasan dalam riwayat Ibnul Mubarak dari Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan, bahwa yang dimaksud dengan firman-Nya: dan pada bagian permulaan malam. (Hud: 114) Maksudnya adalah salat Magrib dan salat Isya.
Rasulullah Saw. telah bersabda:
"هُمَا زُلْفَتَا اللَّيْلِ: الْمَغْرِبُ وَالْعَشَاءُ"
Keduanya berada pada bagian permulaan malam hari, yaitu salat Magrib dan salat Isya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Muhammad ibnu Ka'b, Qatadah, dan Ad-Dahhak, bahwa yang dimaksud adalah salat Magrib dan salat Isya.
Tetapi dapat pula diartikan bahwa ayat ini diturunkan sebelum salat lima waktu difardukan pada malam isra. Karena sesungguhnya salat yang diwajibkan saat itu hanyalah salat sebelum matahari terbit dan salat sebelum tenggelamnya, sedangkan salat qiyam di malam hari dianjurkan atas Nabi, juga atas umatnya. Kemudian kewajiban atas umatnya melakukan qiyamul lail di-mansukh, tetapi wajib atas Nabi Saw. Tetapi menurut suatu pendapat lain, kewajiban melakukan qiyamul lail atas Nabi pada akhirnya di-mansukh pula.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ}
sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. (Hud: 114)
Sesungguhnya mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik itu dapat menghapuskan dosa-dosa yang terdahulu, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan para pemilik kitab Sunnah melalui Amirul Mu’minin Ali ibnu Abu Talib yang mengatakan, "Aku apabila mendengar dari Rasulullah Saw. suatu hadis secara langsung, maka Allah memberikan manfaat kepadaku dengan melaluinya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Yakni aku mengamalkan­nya secara langsung. Tetapi apabila aku mendengar suatu hadis dari orang lain, maka terlebih dahulu aku sumpahi orang itu untuk kebenarannya. Apabila orang itu mau bersumpah kepadaku, maka aku baru memper­cayainya (dan mengamalkannya). Telah menceritakan kepadaku Abu Bakar, dan benarlah Abu Bakar dengan apa yang diceritakannya, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا، فَيَتَوَضَّأُ وَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ، إِلَّا غَفَرَ لَهُ"
'Tidak sekali-kali seorang mukmin melakukan suatu dosa (kecil), lalu ia melakukan wudu dan salat dua rakaat, melainkan diberi­kan ampunan baginya (atas dosanya itu)'."
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Amirul Mu’minin Usman ibnu Affan, bahwa dia berwudu di hadapan mereka seperti wudu yang dilakukan oleh Rasulullah Saw., kemudian ia mengatakan, "Demikianlah wudu yang pernah aku lihat Rasulullah Saw. melakukannya, lalu Rasulullah Saw. bersabda (sesudahnya):
"مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّث فِيْهِمَا نَفْسَهُ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ"
'Barang siapa yang melakukan wudu seperti wuduku ini, kemudian mengerjakan salat dua rakaat tanpa berbicara kepada dirinya sendiri dalam dua rakaatnya (yakni ia lakukan keduanya dengan khusyuk), maka diberilah ampunan baginya atas dosa-dosanya yang terdahulu'."
Imam Ahmad dan Abu Ja'far ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui hadis Abu Uqail Zahrah ibnu Ma'bad, bahwa ia pernah mendengar Al-Haris maula Usman mengatakan, "Pada suatu hari Usman duduk, dan kami duduk bersama-sama dengannya, lalu juru azan salat datang kepadanya, maka Usman meminta air dalam sebuah wadah. Menurut pendapatku (perawi), air itu sebanyak satu mud. Kemudian Usman melakukan wudu dan berkata, bahwa ia pernah melihat Rasulullah Saw. melakukan wudu seperti wudu yang diperagakannya itu, setelah itu Rasulullah Saw. bersabda:
"مَنْ تَوَضَّأَ وُضُوئِي هَذَا، ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى صَلَاةَ الظُّهْرِ، غُفِر لَهُ مَا كَانَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ صَلَاةِ الصُّبْحِ، ثُمَّ صَلَّى الْعَصْرَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ صَلَاةِ الظُّهْرِ، ثُمَّ صَلَّى الْمَغْرِبَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ صَلَاةِ الْعَصْرِ، ثُمَّ صَلَّى الْعَشَاءَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ، ثُمَّ لَعَلَّهُ يَبِيتُ يَتَمَرَّغُ لَيْلَتَهُ، ثُمَّ إِنْ قَامَ فَتَوَضَّأَ وَصَلَّى الصُّبْحَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهَا وَبَيْنَ صَلَاةِ الْعِشَاءِ، وَهُنَّ الْحَسَنَاتُ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ"
'Barang siapa yang melakukan wudu seperti wuduku ini, kemudian ia bangkit dan mengerjakan salat Lohor, maka diampunilah baginya semua dosa yang dilakukannya antara salat Lohor dan salat Subuhnya. Kemudian (bila) ia melakukan salat Asar, maka diampunilah baginya dosa yang ia lakukan antara salat Asar dan salat Lohornya. Kemudian (bila) ia salat Magrib, maka diampuni­lah baginya semua dosa yang ia lakukan antara salat Magrib dan salat Asarnya. Kemudian (bila) ia salat Isya, maka diampunilah baginya dosa yang ia lakukan antara salat Isya dan salat Magribnya. Kemudian barangkali ia tidur lelap di malam harinya; dan jika ia bangun, lalu wudu dan melakukan salat Subuh, maka diampunilah baginya semua dosa yang ia kerjakan antara salat Subuh dan salat Isyanya. Semuanya itu adalah perbuatan-perbuatan baik yang dapat menghapuskan dosa perbuatan-perbuatan buruk.”
Di dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan melalui Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw., disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"أَرَأَيْتُمْ لَوْ أن بِبَابِ أَحَدِكُمْ نَهْرًا غَمْرًا يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ، هَلْ يُبقي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا؟ " قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ: قَالَ: "وَكَذَلِكَ الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ الذُّنُوبَ وَالْخَطَايَا"
"Bagaimanakah pendapat kalian seandainya di depan rumah seseorang di antara kalian terdapat sebuah sungai yang airnya berlimpah, lalu ia mandi lima kali sehari di dalamnya setiap harinya, apakah masih ada yang tersisa dari kotoran yang ada pada tubuhnya?” Mereka menjawab, "Tidak, wahai Rasulullah.” Rasulullah Saw. bersabda, "Demikian pula halnya salat lima waktu, Allah menghapuskan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan dengannya."
Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami AbutTahir, yaitu Ibnu Sa'id; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, dari AbuSakhr, bahwa Umar ibnu Ishaq maula Zaidah pernah menceritakan hadis berikut dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
 "الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَات مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ"
Salat lima waktu dan salat Jumuah hingga salat Jumu'ah berikutnya, dan bulan Ramadan sampai dengan bulan Ramadan berikutnya dapat menghapuskan semua dosa yang dilakukan di antaranya, selagi dosa-dosa besar dihindari.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Nafi', telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abbas, dari Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, bahwa Abu Rahm As-Sam'i pernah menceritakan hadis berikut kepadanya: Abu Ayyub Al-Ansari pernah menceritakan hadis berikut kepadanya, dari Rasulullah Saw., bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"إِنَّ كُلَّ صَلَاةٍ تَحُطُّ مَا بَيْنَ يَدَيْهَا مِنْ خَطِيئَةٍ"
Sesungguhnya setiap salat dapat menghapuskan dosa yang dilakukan sebelumnya.
Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Ubay, dari Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik Al-Asy'ari yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"جُعِلَتِ الصَّلَوَاتُ كَفَّارَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ؛ فَإِنَّ اللَّهَ قَالَ: {إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ}
Salat-salat itu dijadikan sebagai penghapus dosa yang dilakukan di antaranya. Karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapus­kan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. (Hud: 114)
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Zurai', dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Ibnu Mas'ud, bahwa pernah ada seorang lelaki mencium seorang wanita, lalu ia datang kepada Nabi Saw. dan menceritakan apa yang telah dilakukannya itu. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. (Hud: 114) Lalu lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah hal ini khusus bagiku?" Rasulullah Saw. menjawab:
"لِجَمِيعِ أُمَّتِي كُلِّهِمْ".
Untuk seluruh umatku.
Demikianlah menurut riwayat Imam Bukhari di dalam Kitabus Salat­nya.
Imam Bukhari mengetengahkannya pula di dalam kitab Tafsir-nya dari Musaddad, dari Yazid ibnu Zurai' dengan lafaz yang semisal. Imam Muslim dan Imam Ahmad serta para penulis kitab Sunnah —kecuali Abu Daud— telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Abu Usman An-Nahdi yang nama aslinya Abdur Rahman ibnu Mal dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad, Imam Muslim, Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Ibnu Jarir telah meriwayatkannya—dengan lafaz seperti berikut— melalui berbagai jalur dari Samak ibnu Harb: Ia pernah mendengar Ibrahim Ibnu Yazid menceritakannya dari Alqamah ibnu Aswad, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki datang menghadap Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita di dalam sebuah kebun, lalu aku melakukan segala sesuatu terhadapnya, hanya aku tidak menyetubuhinya. Aku menciuminya dan memeluknya, lain itu tidak; maka hukumlah aku menurut apa yang engkau sukai." Rasulullah Saw. tidak menjawab sepatah kata pun, lalu lelaki itu pergi. Dan Umar berkata, "Sesungguhnya Allah memaafkannya jika dia menutupi perbuatan dirinya (yakni tidak menceritakannya)." Pandangan Rasulullah Saw. mengikuti kepergian lelaki itu, kemudian beliau bersabda, "Panggillah lelaki itu untuk menghadap kepadaku." Lalu mereka memanggilnya, dan Rasulullah Saw. membacakan kepadanya ayat berikut, yaitu firman Allah Swt.: Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (Hud: 114) Mu'az mengatakan menurut riwayat yang lainnya, bahwa Umar berkata, "Wahai Rasulullah, apakah hal ini khusus baginya, ataukah bagi semua orang?" Rasulullah Saw. menjawab:
"بَلْ لِلنَّاسِ كَافَّةً"
Tidak, bahkan bagi semua orang.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Aban ibnu Ishaq, dari As-Sabbah ibnu Muhammad, dari Murrah Al-Hamdani, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَخْلَاقَكُمْ كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ، وَإِنَّ اللَّهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ، وَلَا يُعْطِي الدِّينَ إِلَّا مَنْ أَحَبَّ. فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يُسْلِمُ عَبْدٌ حَتَّى يُسْلِمَ قَلْبُهُ وَلِسَانُهُ، وَلَا يُؤْمِنُ حَتَّى يَأْمَنَ جَارُهُ بَوَائِقَهُ". قَالَ: قُلْنَا: وَمَا بَوَائِقُهُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ ؟ قَالَ: "غِشُّهُ وَظُلْمُهُ، وَلَا يكسِبُ عَبْدٌ مَالًا حَرَامًا فَيُنْفِقَ مِنْهُ فَيُبَارَكَ لَهُ فِيهِ، وَلَا يَتَصَدَّقُ فَيُقْبَلَ مِنْهُ، وَلَا يَتْرُكُهُ خَلْفَ ظَهْرِهِ إِلَّا كَانَ زادَه إِلَى النَّارِ، إِنَّ اللَّهَ لَا يَمْحُو السَّيِّئَ بِالسَّيِّئِ، وَلَكِنَّهُ يَمْحُو السَّيِّئَ بِالْحَسَنِ، إِنَّ الْخَبِيثَ لَا يَمْحُو الْخَبِيثَ"
Sesungguhnya Allah telah membagi di antara kalian akhlak kalian sebagaimana Dia membagi di antara kalian rezeki kalian. Dan sesungguhnya Allah memberikan dunia ini kepada orang yang disukai-Nya dan orang yang tidak disukai-Nya. Tetapi Dia tidak memberi agama kecuali kepada orang yang disukai-Nya. Maka barang siapa yang diberi agama oleh Allah, berarti Allah menyukainya. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidaklah seorang hamba menjadi muslim sebelum hati dan lisannya Islam, dan tidaklah seorang hamba menjadi mukmin sebelum tetangganya aman dari perbuatan jahatnya. Kami (para sahabat) bertanya, "Wahai Nabi Allah, apakah yang dimaksud dengan bawaiq-nya (perbuatan jahatnya)?" Rasulullah Saw. bersabda: Yaitu menipu dan menganiayainya. Dan tidaklah seorang hamba menghasilkan sejumlah harta haram, lalu ia membelanjakannya dan diberkati baginya dalam belanjaannya itu; dan tidaklah ia menyedekahkannya), lalu diterima sedekahnya. Dan tidaklah ia meninggalkan harta haramnya itu di belakang punggungnya (untuk ahli warisnya), melainkan akan menjadi bekalnya di neraka. Sesungguhnya Allah tidak menghapus keburukan dengan keburukan, tetapi Dia menghapuskan keburukan dengan kebaikan. Sesungguh­nya hal yang buruk itu tidak dapat menghapuskan yang buruk.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abus Saib, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Ibrahim yang mengatakan, "Fulan ibnu Mu'tib adalah seorang lelaki dari kalangan ansar, ia pernah bertanya, 'Wahai Rasulullah, saya pernah menggauli seorang wanita dan memperoleh darinya seperti apa yang diperoleh seorang lelaki dari istrinya, hanya saya tidak menyetubuhinya.' Rasulullah Saw. tidak mengetahui jawaban apa yang harus dikatakan kepadanya, hingga turunlah ayat ini: Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (Hud: 114) Maka Rasulullah Saw. memanggil lelaki itu dan membacakan ayat ini kepadanya."
Menurut riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas, lelaki itu bernama Amr ibnu Gazyah Al-Ansari At-Tammar. Menurut Muqatil, lelaki itu adalah Abu Nafil alias Amir ibnu Qais Al-Ansari. Al-Khatib Al-Bagdadi menyebutkan bahwa lelaki itu adalah Abul Yusr alias Ka'b ibnu Amr.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus dan Affan; keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Hammad (yakni Ibnu Salamah), dari Ali ibnu Zaid. Dan Affan mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu Abbas, bahwa seorang lelaki datang kepada Umar, lalu ia bertanya, "Sesungguhnya pernah ada seorang wanita datang kepadaku untuk melakukan jual beli denganku, lalu aku memasukkannya ke dalam kemah, maka aku mengerjainya selain bersetubuh." Umar berkata, "Celakalah kamu, barangkali suaminya sedang pergi berjihad di jalan Allah." Lelaki itu menjawab, "Memang benar." Umar berkata, "Datanglah kepada Abu Bakar dan bertanyalah kepadanya!" Lalu lelaki itu datang kepada Abu Bakar. Abu Bakar berkata, "Barangkali dia adalah wanita yang ditinggal suaminya pergi berjihad di jalan Allah." Ternyata Abu Bakar mengatakan hal yang sama seperti apa yang dikatakan oleh Umar. Lelaki itu datang kepada Nabi Saw. Nabi pun mengatakan hal yang sama, yaitu: "Barangkali dia sedang ditinggal pergi berjihad di jalan Allah oleh suaminya." Lalu turunlah firman-Nya: Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-per­buatan yang buruk. (Hud: 114), hingga akhir ayat. Lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah hal ini khusus bagiku, ataukah umum bagi semua orang?" Maka Umar memukul dadanya dengan tangannya dan berkata, "Tidak, tidak, bahkan untuk semua orang." Dan Rasulullah Saw. bersabda, "Benarlah apa yang dikatakan Umar."
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui hadis Qais ibnur Rabi', dari Usman ibnu Mauhid Musa ibnu Talhah, dari Abul Yusr Ka'b ibnu Amr Al-Ansari yang mengatakan, "Pernah ada seorang wanita datang kepadaku untuk membeli buah kurma sebanyak satu dirham. Lalu aku berkata kepadanya bahwa sesungguhnya di dalam rumah terdapat sejumlah buah kurma yang jauh lebih baik daripada ini. Wanita itu masuk ke dalam rumah, lalu aku memeluk dan menciuminya. Setelah itu aku datang menemui Umar dan bertanya kepadanya mengenai masalah itu. Maka Umar berkata, 'Bertakwalah kamu kepada Allah, dan tutupilah perbuatanmu itu, jangan kamu ceritakan kepada seorang pun.' Tetapi aku tidak sabar, lalu aku datang kepada Abu Bakar untuk menanyakan hal itu kepadanya. Abu Bakar menjawab, 'Bertakwalah kamu kepada Allah, tutupilah perbuatanmu itu, dan jangan sekali-kali kamu menceritakannya kepada seorang pun.' Aku tidak sabar, maka aku datang kepada Nabi Saw. dan menceritakan hal itu kepadanya. Rasulullah Saw. bersabda: “Apakah kamu berani berbuat demikian terhadap keluarga seorang lelaki yang sedang pergi berjihad di jalan Allah?' Sehingga aku menduga bahwa diriku termasuk ahli neraka, dan aku berangan-angan seandainya saja aku baru masuk Islam saat itu. Rasulullah Saw. menundukkan kepalanya sesaat, dan Jibril turun." Abul Yusr mengatakan bahwa lalu ia datang menghadap Rasulullah Saw. (di lain waktu). Maka Rasulullah Saw. membacakan kepadanya ayat berikut: Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. (Hud: 114) Lalu ada seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah hal ini khusus baginya ataukah umum bagi semua orang?" Rasulullah Saw. menjawab, "Umum bagi semua orang."
Al-Hafiz Abul Hasan Ad-Daruqutni mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Sahl Al-Muhamili, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Mu'az ibnu Jabal, bahwa ketika ia sedang duduk di hadapan Nabi Saw., tiba-tiba datang menghadap kepada Nabi Saw. seorang lelaki dan bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu tentang seorang lelaki yang mengerjai wanita yang tidak halal baginya; dia tidak menyia-nyiakan suatu kesempatan ini barang sedikit pun, perihalnya sama seperti apa yang dilakukan oleh seorang lelaki terhadap istrinya, hanya saja dia tidak menyetubuhinya?" Maka Nabi Saw. bersabda kepadanya: Lakukanlah wudu dengan baik lalu berdirilah dan kerjakanlah salat. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang). (Hud: 114) Lalu Mu'az bertanya, "Apakah ayat ini khusus baginya ataukah bagi seluruh kaum muslim?" Nabi Saw. menjawab, "Tidak, bahkan buat seluruh kaum muslim."
Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Abdul Malik ibnu Umair dengan sanad yang sama.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu muslim, dari Amr ibnu Dinar, dari Yahya ibnu Ja'dah, bahwa seorang lelaki dari kalangan sahabat Nabi Saw. teringat akan seorang wanita. Saat itu lelaki tersebut sedang duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu lelaki itu meminta izin kepada Rasulullah Saw. untuk suatu keperluannya, dan Rasulullah Saw. mengizinkannya. Kemudian lelaki itu pergi mencari wanita yang diingatnya tadi, tetapi tidak menjumpainya. Lelaki itu kembali dengan maksud akan memberitahukan kepada Nabi Saw. berita gembira akan datangnya hujan. Di tengah perjalanan ia menjumpai wanita itu sedang duduk di atas pancuran air. Lalu ia men­dorong wanita itu hingga telentang dan menindihinya di antara kedua kakinya, sehingga penisnya lemas seperti ujung kain (karena telah mengeluarkan air mani). Kemudian ia bangkit dengan rasa menyesali perbuatannya, dan ia langsung pergi hingga datang ke hadapan Nabi Saw., menceritakan apa yang telah diperbuatnya itu. Maka Nabi Saw. bersabda kepadanya: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu dan kerjakanlah salat empat rakaat! Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. (Hud: 114), hingga akhir ayat.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Ahmad ibnu Sibawaih, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Salim, dari Az-Zubaidi Salim ibnu Amir; ia pernah mendengar Abu Umamah mengatakan bahwa se­sungguhnya pernah ada seorang lelaki datang menghadap kepada Nabi Saw., lalu berkata: "Wahai Rasulullah, laksanakanlah hukuman had Allah atas diriku," sebanyak sekali atau dua kali, tetapi Rasulullah Saw. berpaling darinya. Tidak lama kemudian salat didirikan; dan setelah Rasulullah Saw. merampungkan salatnya, beliau bertanya, "Ke manakah orang yang tadi meminta agar aku menegakkan hukuman had Allah atas dirinya?" Lelaki itu menjawab, "Inilah saya." Rasulullah Saw. bersabda, "Apakah engkau telah melakukan wudumu dengan baik dan salat bersama kami tadi?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Maka sesungguhnya engkau (telah dibersihkan) dari dosa-dosamu seperti pada hari engkau dilahirkan oleh ibumu, maka janganlah kamu ulangi perbuatan itu! Dan Allah Swt. menurunkan atas Rasul-Nya firman berikut: Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (Hud: 114)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Abu Usman yang mengatakan bahwa ketika ia sedang bersama Salman Al-Farisi di bawah sebuah pohon, lalu Salman mengambil salah satu dari rantingnya yang kering dan ia menggoyah-goyahkannya sehingga berguguranlah dedaunannya. Kemudian Salman berkata, "Hai Abu Usman, mengapa engkau tidak bertanya kepadaku tentang apa yang aku lakukan tadi?" Ia bertanya, "Mengapa engkau melakukannya?" Salman menjawab, bahwa demikianlah ia pernah melihat Rasulullah Saw. melakukannya, lalu Rasulullah Saw. bersabda:
"إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ صَلَّى الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ، تَحَاتَّتْ خَطَايَاهُ كَمَا يَتَحَاتُّ هَذَا الْوَرَقُ.
Sesungguhnya orang muslim itu apabila berwudu dan ia lakukan wudunya itu dengan baik, lalu mengerjakan salat lima waktunya, maka berguguranlah dosa-dosanya sebagaimana dedaunan ini berguguran.
Lalu Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (Hud: 114)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Habib ibnu Abu Sabit, dari Maimun ibnu Abu Syabib, dari Mu'az, bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepadanya:
"يَا مُعَاذُ، أَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ"
Hai Mu'az, ikutilah amal yang buruk dengan amal yang baik, amal yang baik itu dapat menghapuskannya; dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Habib, dari Maimun ibnu Abu Syabib, dari Abu Zar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ"
Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, dan ikuti­lah amal yang buruk dengan amal yang baik, niscaya amal baik itu menghapus dosanya, dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Syamr Ibnu Atiyyah, dari guru-gurunya, dari Abu Zar yang menceritakan bahwa ia pernah berkata kepada Nabi Saw., "Wahai Rasulullah, berwasiatlah kepadaku." Rasulullah Saw. menjawab:
"إِذَا عَمِلْتَ سَيِّئَةً فَأَتْبِعْهَا حَسَنَةً تَمْحُهَا". قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَمِنَ الْحَسَنَاتِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ؟ قَالَ: "هِيَ أَفْضَلُ الْحَسَنَاتِ"
Apabila kamu berbuat suatu keburukan, maka iringilah ia dengan perbuatan yang baik, niscaya perbuatan yang baik itu menghapus (dosa)nya. Abu Zar kembali berkata, "Wahai Rasulullah, apakah kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah' termasuk amal yang baik?" Rasulullah Saw. bersabda: Kalimah itu adalah amal baik yang paling utama.
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Huzail ibnu Ibrahim Al-Jumani, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abdur Rahman Az-Zuhr (salah seorang putra Sa'd ibnu Abu Waqqas), dan Az-Zuhri, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَا قَالَ عَبْد: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فِي سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ، إِلَّا طَلَست مَا فِي الصَّحِيفَةِ مِنَ السَّيِّئَاتِ، حَتَّى تَسْكُنَ إِلَى مِثْلِهَا مِنَ الْحَسَنَاتِ"
Tidak sekali-kali seorang hamba mengucapkan 'Tidak ada Tuhan selain Allah' dalam suatu saat dari malam atau siang hari melainkan dihapuskan semua dosa yang ada dalam buku catatan amalnya, lalu di bubuhkan kepadanya catatan amal kebaikan yang semisal dengannya.
Usman ibnu Abdur Rahman yang dikenal dengan nama julukan Al-Waqqasi orangnya agak daif.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Adam dan Zaid ibnu Akhram; keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ad-Dahhak ibnu Makhlad, telah menceritakan kepada kami Mastur ibnu Abbad, dari Sabit, dari Anas, bahwa pernah ada seorang lelaki berkata, "Wahai Rasulullah, aku belum pernah membiarkan suatu keperluan pun, tidak pula sesuatu hal pun." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Apakah kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku adalah utusan Allah?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Rasulullah Saw. bersabda:
"فَإِنَّ هَذَا يَأْتِي عَلَى ذَلِكَ"
Sesungguhnya yang ini menghapus yang tadi.
Mastur meriwayatkan hadis ini secara munfarid melalui jalur ini.

Hud, ayat 116-117

{فَلَوْلا كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِي الأرْضِ إِلا قَلِيلا مِمَّنْ أَنْجَيْنَا مِنْهُمْ وَاتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مَا أُتْرِفُوا فِيهِ وَكَانُوا مُجْرِمِينَ (116) وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ (117) }

Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kalian orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang dari (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka ada­lah orang-orang yang berdosa. Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedangkan penduduk­nya orang-orang yang berbuat kebaikan.

Allah Swt. berfirman, "Mengapa tidak ada dari umat-umat yang terdahulu orang-orang yang masih berbuat kebaikan, di mana mereka mengerjakan nahi munkar di kalangan sesama mereka terhadap perbuatan-perbuatan jahat yang dikerjakan di antara mereka, juga terhadap perbuatan-perbuatan kemungkaran dan kerusakan di muka bumi ini?"
Firman Allah Swt.:
{إِلا قَلِيلا}
kecuali sebagian kecil. (Hud: 116)
Dengan kata lain, memang di kalangan mereka terdapat sejumlah orang dari jenis ini, tetapi tidak banyak. Mereka adalah orang-orang yang diselamatkan oleh Allah Swt. di kala murka Allah dan azab-Nya datang menimpa mereka secara tiba-tiba. Karena itulah maka Allah Swt. memerintahkan kepada umat yang dimuliakan ini (umat Nabi Saw.), hendaklah di kalangan mereka terdapat orang-orang yang menggalakkan amar maruf dan nahi munkar, seperti yang disebutkan Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ}
Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran: 104)
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الْمُنْكِرَ فَلَمْ يُغَيِّرُوهُ، أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُم اللَّهُ بِعِقَابٍ"
Sesungguhnya manusia itu apabila melihat perkara mungkar, lalu mereka tidak mencegahnya, niscaya dalam waktu yang dekat Allah akan menimpakan siksaan secara umum kepada mereka.
Untuk itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
{فَلَوْلا كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِي الأرْضِ إِلا قَلِيلا مِمَّنْ أَنْجَيْنَا مِنْهُمْ}
Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kalian orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang dari (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka. (Hud: 116)
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مَا أُتْرِفُوا فِيهِ}
dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka. (Hud: 116)
Dengan kata lain, mereka tetap mengerjakan maksiat dan perkara mung­kar yang biasa mereka lakukan, dan sama sekali tidak tergerak untuk mengingkarinya. Mereka adalah orang-orang yang bakal dikejutkan oleh azab Allah yang menimpa mereka secara tiba-tiba.
{وَكَانُوا مُجْرِمِينَ}
dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. (Hud: 116)
Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa tidak sekali-kali Dia membinasakan suatu penduduk kota melainkan bila penduduk kota itu berbuat aniaya terhadap diri mereka sendiri. Dan tidak sekali-kali azab dan pembalasan-Nya datang menimpa suatu penduduk kota yang berbuat baik, kecuali bila mereka berbuat aniaya. Sehubungan dengan hal ini Allah Swt. telah berfirman:
{وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ}
Dan Kami tidaklah menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Hud: 101)
{وَمَا رَبُّكَ بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ}
dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-Nya. (Fushshilat: 46)

Hud, ayat 118-119

{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ (118) إِلا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (119) }

Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan, bahwa sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) kesemuanya.

Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia berkuasa untuk menjadikan seluruh manusia sebagai umat yang satu dalam hal keimanan atau kekufurannya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan-Nya dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَنْ فِي الأرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا}
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. (Yunus: 99)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ}
tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. (Hud: 118-119)
Maksudnya, perselisihan masih tetap ada di kalangan manusia dalam masalah agama, dan akidah mereka menjadi terbagi ke dalam berbagai mazhab dan pendapat.
Ikrimah mengatakan bahwa mereka masih tetap berselisih pendapat dalam hal petunjuk. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, mereka berselisih pendapat dalam masalah rezeki; sebagian dari mereka menguasai sebagian yang lain. Tetapi pendapat yang terkenal dan yang sahih adalah yang pertama tadi.
Firman Allah Swt.:
{إِلا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ}
kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. (Hud: 119)
Artinya, kecuali orang-orang yang diberi rahmat dari kalangan para pengikut rasul-rasul; yaitu mereka yang tetap berpegang teguh kepada perintah-perintah agama yang diwajibkan atas diri mereka dan disampaikan oleh rasul-rasul Allah kepada mereka. Demikianlah keadaan mereka secara terus-menerus hingga datanglah Nabi Saw. sebagai akhir dari para rasul dan para nabi, lalu mereka mengikutinya, membenarkan dan membantu perjuangannya. Akhirnya mereka beruntung karena meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, mereka adalah golongan yang di­selamatkan; seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang di­riwayatkan di dalam kitab-kitab musnad dan kitab-kitab sunnah melalui berbagai jalur yang sebagian darinya memperkuat sebagian yang lain, yaitu:
"إِنَّ الْيَهُودَ افترقت على إِحْدَى  وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَإِنَّ النَّصَارَى افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَسَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا فِرْقَةَ وَاحِدَةً". قَالُوا: وَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي".
Sesungguhnya orang-orang Yahudi itu telah berpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan, dan sesungguhnya orang-orang Nasrani itu telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan kelak umat  ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu golongan. Lalu para sahabat bertanya, "Siapakah mereka yang satu golongan itu, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab: (Orang-orang yang) mengerjakan apa yang aku dan sahabat-sahabatku mengerjakannya.
Imam Hakim meriwayatkannya di dalam kitab Mustadrak-nya dengan tambahan ini.
Ata mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. (Hud: 118) Yakni orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Majusi. kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. (Hud: 119) Yaitu orang-orang yang memeluk agama yang hanif (agama Islam).
Qatadah mengatakan bahwa orang-orang yang dirahmati oleh Allah adalah ahlul jama'ah, sekalipun tempat tinggal dan kebangsaan mereka berbeda-beda. Dan orang-orang yang ahli maksiat adalah ahli dalam perpecahan, sekalipun tempat tinggal dan kebangsaan mereka sama.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ}
Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. (Hud: 119)
Al-Hasan Al-Basri —menurut suatu riwayat yang bersumberkan dari­nya— menyebutkan bahwa makna ayat ini ialah 'mereka diciptakan untuk berselisih pendapat'.
Makki ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah menciptakan mereka dalam keadaan berpecah belah, yakni berbeda-beda. Pengertiannya sama saja dengan firman Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:
{فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ}
maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. (Hud: 105)
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah Allah menciptakan mereka untuk dirahmati.
Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muslim ibnu Khalid, dari Abu Najih, dari Tawus, bahwa pernah ada dua orang lelaki bersengketa kepadanya dengan persengketaan yang sengit. Lalu Tawus berkata, "Kalian sering bertengkar dan berselisih pendapat." Salah seorang di antara keduanya menjawab, "Memang demikianlah kita diciptakan.' Tawus berkata, "Kamu dusta." Lalu lelaki itu berkata, "Bukankah Allah Swt. telah berfirman: 'tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka.” (Hud: 118-119)?" Tawus berkata, "Allah tidaklah menciptakan mereka agar mereka berselisih pendapat, tetapi Dia menciptakan mereka agar bersatu dan untuk dirahmati." Seperti yang telah diriwayatkan oleh Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa mereka diciptakan untuk dirahmati, bukan untuk diazab.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ad-Dahhak, dan Qatadah. Kesimpulan pendapat ini merujuk kepada pengertian yang terkandung di dalam firman Allah Swt.:
{وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ}
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56)
Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah bahwa untuk rahmat dan perselisihan Allah menciptakan mereka.
Seperti yang dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri dalam suatu riwayat yang bersumberkan darinya sehubungan dengan makna firman-Nya: tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. (Hud: 118-119) Bahwa manusia itu senantiasa berselisih pendapat dalam masalah agamanya hingga terbagi-bagi menjadi berbagai macam pendapat. kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. (Hud: 119) Maka barang siapa yang dirahmati oleh Tuhanmu, berarti dia tidak berselisih pendapat. Ketika dikatakan kepadanya, "Untuk itulah Allah menciptakan mereka." Al-Hasan Al-Basri menjawab, "Allah men­ciptakan sebagian dari mereka untuk surganya, sebagian yang lainnya untuk neraka-Nya, dan sebagian yang lain untuk azab-Nya."
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ata ibnu Abu Rabah dan Al-A'masy.
Ibnu Wahb pernah mengatakan bahwa ia telah bertanya kepada Malik tentang makna firman-Nya: tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. (Hud: 118-119) Malik menjawab bahwa segolongan dimasukkan ke dalam surga dan segolongan yang lain dimasukkan ke dalam neraka sa'ir. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir dan Abu Ubaid Al-Farra.
Dari Malik, menurut apa yang telah kami riwayatkan darinya di dalam kitab Tafsir sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. (Hud: 119) Disebutkan bahwa mereka diciptakan untuk dirahmati. Sedangkan suatu kaum dari kalangan ulama mengatakan bahwa mereka diciptakan untuk berselisih.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ}
Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan bahwa sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) kesemuanya. (Hud: 119)
Allah Swt. menyebutkan bahwa telah ditetapkan di dalam qada dan takdir­Nya berkat pengetahuan-Nya yang Maha Sempurna dan kebijaksanaan­Nya yang Mahaperiksa, bahwa di antara makhluk yang diciptakan-Nya ada yang berhak mendapat surga, ada pula yang berhak mendapat neraka. Dan sudah merupakan suatu kepastian bahwa Dia akan memenuhi neraka Jahanam dari kedua jenis makhluknya, yaitu jin dan manusia. Allah mempunyai hujah yang kuat dan kebijakan yang sempurna dalam semua perbuatan-Nya. Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"اخْتَصَمَتِ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ، فَقَالَتِ الْجَنَّةُ: مَا لِي لَا يَدْخُلُنِي إِلَّا ضَعَفَةُ النَّاسِ وسَقطُهم؟ وَقَالَتِ النَّارَ: أُوثِرْتُ بِالْمُتَكَبِّرِينَ وَالْمُتَجَبِّرِينَ. فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِلْجَنَّةِ، أَنْتِ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ. وَقَالَ لِلنَّارِ: أَنْتَ عَذَابِي، أَنْتَقِمُ بِكِ مِمَّنْ أَشَاءُ، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْكُمَا مِلْؤُهَا. فَأَمَّا الْجَنَّةُ فَلَا يَزَالُ فِيهَا فَضْلٌ، حَتَّى يُنْشِئَ اللَّهُ لَهَا خَلْقًا يَسْكُنُ فَضْلَ الْجَنَّةِ، وَأَمَّا النَّارُ فَلَا تَزَالُ تَقُولُ: هَلْ مِنْ مَزِيدٍ؟ حَتَّى يَضَعَ عَلَيْهِ رَبُّ الْعِزَّةِ قَدمه، فَتَقُولُ: قَطْ قَطٍ، وَعَزَّتِكُ"
Surga dan neraka mengadu (kepada Allah). Surga berkata, "Mengapa aku, tiada yang memasuki aku kecuali hanya orang-orang yang lemah dan orang-orang yang rendah?” Neraka berkata, "Aku dipilih untuk tempat orang-orang yang angkuh dan orang-orang yang kelewat batas.” Maka Allah Swt. berfirman kepada surga, 'Engkau adalah rahmat-Ku, Aku merahmati orang yang Aku kehendaki denganmu.” Dan berfirman kepada neraka, 'Engkau adalah azab-Ku, Aku membalas denganmu terhadap orang yang Aku kehendaki. Dan bagi masing-masing dari kamu berdua Aku akan memenuhinya.” Adapun surga, maka di dalamnya masih terus-menerus terjadi lebihan hingga Allah menciptakan baginya suatu ciptaan yang membuat lebihan surga menjadi terisi. Sedangkan neraka, maka ia masih terus mengatakan, "Apakah masih ada tambahan lagi, " hingga Allah meletakkan padanya telapak kaki kekuasaan-Nya; maka saat itu barulah neraka mengatakan "Cukup, cukup, demi keagungan-Mu.”

Hud, ayat 120

{وَكُلا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ (120) }

Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.

Allah Swt. menyebutkan bahwa semua kisah para rasul terdahulu bersama umatnya masing-masing sebelum engkau (Muhammad) Kami ceritakan kepadamu perihal mereka. Juga perihal pertentangan dan permusuhan yang dilancarkan oleh mereka terhadap nabinya masing-masing, dan pendustaan serta gangguan mereka yang dilancarkan terhadap para nabinya. Lalu Allah menolong golongan orang-orang yang beriman dan menghinakan musuh-musuh-Nya yang kafir. Semuanya itu diceritakan untuk meneguhkan hatimu, hai Muhammad. Dan agar engkau mempunyai suri teladan dari kalangan saudara-saudaramu para rasul yang terdahulu.
Firman Allah Swt.:
{وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ}
dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran. (Hud: 120)
Yakni di dalam surat ini. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Mujahid, dan sejumlah ulama Salaf.
Menurut suatu riwayat yang bersumber dari Al-Hasan dan Qatadah disebutkan di dalam dunia ini. Tetapi pendapat yang benar ialah yang mengatakan di dalam surat ini yang mengandung kisah-kisah para nabi. Bagaimana Allah menyelamatkan mereka bersama orang-orang yang beriman kepada mereka, lalu Allah membinasakan orang-orang yang kafir. Surat ini disampaikan kepadamu yang di dalamnya terkandung kisah-kisah yang benar dan berita yang benar serta sebagai pelajaran untuk membuat jera orang-orang kafir, juga sebagai peringatan buat orang-orang yang beriman.

Hud, ayat 121-122

{وَقُلْ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ إِنَّا عَامِلُونَ (121) وَانْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُونَ (122) }

Dan katakanlah kepada orang-orang yang tidak beriman, "Berbuatlah menurut kemampuan kalian, sesungguhnya kami pun berbuat (pula).” Dan tunggulah (akibat perbuatan kalian), sesungguhnya kami pun menunggu (pula).”

Allah Swt. berfirman memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mengatakan kepada orang-orang yang tidak beriman kepada apa yang telah disampaikan olehnya dari Tuhannya dengan nada ancaman:
{اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ}
Berbuatlah menurut kemampuan kalian. (Hud: 121)
Yakni menurut cara dan metode kalian sendiri.
{إِنَّا عَامِلُونَ}
sesungguhnya kami pun berbuat (pula). (Hud: 87)
Yaitu menurut cara dan metode Kami sendiri.
{وَانْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُونَ}
Dan tunggulah (akibat perbuatan kalian); sesungguhnya kami pun menunggu (pula)." (Hud: 122)
Dengan kata lain seperti apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lainnya, yaitu:
فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدَّارِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Kelak kalian akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan. (Al-An'am: 135)
Allah menunaikan kepada Rasul-Nya janji yang telah diutarakan-Nya, dan Allah mendukungnya serta menjadikan kalimah-Nya tinggi dan menjadikan kalimah orang-orang yang kafir rendah dan hina. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Hud, ayat 123

{وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الأمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (123) }

Dan kepunyaan Allah-lah apa yang gaib di langit dan di bumi dan kepada-Nyalah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kalian kerjakan.

Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang gaib yang terdapat di langit dan di bumi, dan hanya kepada-Nyalah semuanya akan dikembalikan. Lalu Dia akan memberikan kepada setiap orang apa yang diamalkannya selama di dunia kelak pada hari perhitungan amal perbuatan. Dan hanya milik Dialah semua makhluk serta semua urusan. Allah telah memerintahkan agar diri-Nya disembah dan sebagai sandaran untuk bertawakal, karena sesungguhnya Dia akan memberikan kecukupan kepada siapa yang bertawakal dan kembali kepada-Nya.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ}
Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kalian kerjakan. (Hud: 123)
Maksudnya, tiada sesuatu pun yang samar dari apa yang disembunyikan oleh orang-orang yang mendustakanmu, hai Muhammad. Bahkan Dia Maha Mengetahui semua sikap dan ucapan mereka. Maka kelak Dia akan memberikan balasannya kepada mereka dengan balasan yang sempurna di dunia ini dan di akhirat nanti mereka dengan balasan yang sempurna di dunia ini dan di akhirat nanti. Dan Allah akan menolongmu bersama golonganmu dalam menghadapi mereka di dunia dan akhirat.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Hubab, dari Ja'far ibnu Sulaiman, dari Abu Imran Al-Jauni, dari Abdullah ibnu Rabah, dari Ka'b yang telah mengatakan bahwa penutup kitab Taurat sama dengan penutup surat Hud.

No comments

Tafsir Jalalain

Tafsir Ibnu Katsir

Back to top