Muslim Notebook Header Ads

010. Yunus Ayat 83 - 84 - 85 - 86 - 87 - 88 - 89 - 90 - 91 - 92 - Tafsir Ibnu Katsir - Muslim Notebook

Yunus, ayat 83

{فَمَا آمَنَ لِمُوسَى إِلا ذُرِّيَّةٌ مِنْ قَوْمِهِ عَلَى خَوْفٍ مِنْ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ أَنْ يَفْتِنَهُمْ وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الأرْضِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الْمُسْرِفِينَ (83) }

(83). Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Fir'aun) dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguh­nya Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.

Allah Swt. menceritakan bahwa tidak ada yang beriman kepada Musa a.s. —sekalipun ia datang dengan membawa ayat-ayat yang jelas, hujah-hujah yang pasti, dan bukti-bukti yang jelas— melainkan hanya segolongan kecil dari kalangan kaum Fir'aun, yaitu terdiri atas para pemuda. Itu pun dengan dicekam oleh rasa takut dan khawatir terhadap pemuka-pemuka kaum Fir'aun, bila mereka mengembalikannya ke dalam kekufuran yang semula. Karena Fir'aun, la’natullah, adalah orang yang angkara murka, pengingkar kebenaran, dan melampaui batas dalam kecongkakan dan keingkarannya. Dia adalah orang yang sangat kejam sehingga rakyatnya sangat takut kepadanya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka tidak ada yang beriman kepada Musa melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Fir'aun) dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. (Yunus: 83) Menurutnya, para pemuda yang beriman kepada Musa adalah dari kalangan selain Bani Israil, yaitu dari kalangan kaumnya Fir'aun; jumlah mereka sedikit. Antara lain ialah istri Fir'aun sendiri, orang-orang yang beriman dari kalangan keluarga Fir'aun, dan bendahara Fir'aun beserta istrinya.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas Maka tidak ada yang beriman kepada Musa melainkan pemuda-pemuda dari kalangan kaumnya (Fir'aun). (Yunus: 83) Yakni dari kalangan Bani Israil.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ad-Dahhak, dan Qatadah, bahwa makna zurriyyah ialah sejumlah kecil.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali pemuda-pemuda dari kalangan kaumnya. (Yunus: 83) Bahwa mereka adalah anak-anak dari orang-orang yang Musa diutus kepada mereka sejak semula, sedangkan bapak-bapak mereka telah meninggal dunia.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang dikatakan oleh Mujahid sehubungan dengan pengertian zurriyyah ini, yaitu bahwa mereka adalah dari kalangan kaum Bani Israil. bukan dari kalangan kaum Fir'aun, mengingat kembalinya damir adalah kepada lafaz yang paling dekat dengannya.
Pendapat ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya. Menurutnya, yang dimaksud dengan istilah zurriyyah adalah para pemuda, dan bahwa mereka adalah dari kalangan Bani Israil; mengingat hal yang telah dimaklumi menyatakan bahwa kaum Bani Israil seluruhnya telah beriman kepada Musa a.s. dan mereka selalu menanti-nanti kedatangannya. Sebelum itu mereka telah mengenal ciri dan sifatnya serta berita gembira akan kedatangannya melalui kitab-kitab terdahulu. Dikatakan pula bahwa Allah kelak akan menyelamatkan mereka dari penindasan Fir'aun, dan Allah akan memenangkan mereka atas Fir'aun. Karena itulah setelah berita itu sampai kepada Fir'aun, maka Fir'aun bersikap sangat waspada, tetapi ia tidak mempunyai jalan untuk menemukannya. Setelah Musa datang, barulah Fir'aun menindas kaum Bani Israil dengan penindasan yang keras. Disebutkan oleh firman Allah Swt:
{قَالُوا أُوذِينَا مِنْ قَبْلِ أَنْ تَأْتِيَنَا وَمِنْ بَعْدِ مَا جِئْتَنَا قَالَ عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُهْلِكَ عَدُوَّكُمْ وَيَسْتَخْلِفَكُمْ فِي الأرْضِ فَيَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ}
Kaum Musa berkata, "Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kedatanganmu kepada kami dan sesudah kamu datang.” Musa menjawab, "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh kalian dan menjadikan kalian khalifah di bumi-(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatan kalian.” (Al-A'raf: 129)
Apabila telah terbukti hal ini, maka bagaimana mungkin bila makna yang dimaksud dari lafaz zuriyyah diartikan para pemuda dari kalangan kaum Musa, sedangkan mereka adalah kaum Bani Israil?
*******************
Firman Allah Swt.:
{عَلَى خَوْفٍ مِنْ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ}
dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. (Yunus: 83)
Maksudnya, orang-orang yang terkemuka dari kalangan kaum mereka akan menyiksa mereka, yakni pemuka-pemuka kaum Fir'aun. Di kalangan kaum Bani Israil sendiri tidak terdapat seorang pun yang dikhawatirkan akan terfitnah dari keimanannya selain Qarun. Sesungguhnya dia berasal dari kaum Musa, tetapi ia berbuat aniaya terhadap kaumnya, memihak kepada Fir'aun, dan bersahabat dengannya.
Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa damir pada lafaz wamala-ihim kembali kepada Fir'aun dan para pembesar kerajaannya yang mengikutinya. Atau ada yang tidak disebutkan, yaitu lafaz aji; lalu kedudukannya diganti oleh mudaf ilaih. Tetapi pendapat ini jauh dari kebenaran, sekalipun Ibnu Jarir meriwayatkannya dari sebagian ahli Nahwu.
Dalil lainnya yang menunjukkan bahwa di kalangan Bani Israil tidak terdapat seorang pun kecuali beriman kepada Musa ialah firman Allah Swt. berikutnya.

Yunus, 84-86

{وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ (84) فَقَالُوا عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (85) وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (86) }

(84). Berkata Musa, "Hai kaumku, jika kalian beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kalian benar-benar orang yang berserah diri.” 
(85). Lalu mereka berkata, "Kepada Allah-lah kami bertawakal! Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, 
(86). dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir.”

Allah Swt. berfirman menceritakan tentang Musa, bahwa ia berkata kepada kaum Bani Israil:
{يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ}
Hai kaumku, jika kalian beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kalian benar-benar orang yang berserah diri. (Yunus: 84)
Maka sesungguhnya Allah akan mencukupi orang yang bertawakal kepada-Nya, seperti yang dinyatakan oleh firman-Nya:
{أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ}
Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. (Az-Zumar: 36)

{وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ}
Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (At-Talaq: 3)
Allah Swt. sering kali menyebutkan ibadah dan bertawakal secara beriringan, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ}
maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. (Hud: 123)
{قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا}
Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakal.” (Al-Mulk: 29)
{رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلا}
(Dialah) Tuhan masyriq dan magrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. (Al-Muzzammil: 9)
Allah Swt. pun telah memerintahkan orang-orang mukmin untuk mengucapkan ayat berikut ini secara berkali-kali dalam salat mereka:
{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (Al-Fatihah: 5)
Kaum Bani Israil telah melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan:
{عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ}
Kepada Allah-lah kami bertawakal! Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim. (Yunus: 85)
Maksudnya, Janganlah Engkau memberikan kemenangan kepada mereka atas kami dan menjadikan mereka berkuasa atas kami sehingga mereka mengira bahwa semata-mata mereka berkuasa karena berada dipihak  yang benar sedangkan kita berada dipihak yang batil, ini menyebabkan mereka berada di atas angin.
Hal yang sama telah diriwayatkan yang bersumber dari Abu Mijlaz dan Abud-Duha. Sedangkan Ibnu Abu Nujaih dan lain-lainnya meriwayatkan dari Mujahid, Janganlah Engkau mengazab kami melalui kekuatan Fir'aun dan pasukannya, dan jangan pula melalui tangan kekuasaan (malaikat) dari sisi Engkau yang pada akhirnya kaum Fir'aun akan mengatakan "Seandainya mereka berada di pihak yang benar, tentulah mereka tidak disiksa dan kita pun tidak dapat berkuasa atas mereka. Terlebih lagi menindas kita."
Abdur-Razzak telah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyainah dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid mengenai firman-Nya: Ya Tahan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim. (Yunus: 85) Maksudnya, janganlah Engkau membiarkan mereka dapat menguasai kami karena mereka pasti akan memfitnah kami.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ}
dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau. (Yunus: 86)
Yakni bebaskanlah kami berkat rahmat dan kebaikan dari-Mu.
{مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ}
dari (tipu daya) orang-orang yang kafir. (Yunus: 86)
Yaitu dari orang-orang yang kafir terhadap perkara yang hak dan yang berusaha membungkamnya. Kami telah beriman kepada Engkau dan bertawakal kepada Engkau.

Yunus, ayat 87

{وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى وَأَخِيهِ أَنْ تَبَوَّآ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (87) }

(87). Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya, "Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu, dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat, dan dirikanlah oleh kalian sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman.”

Allah Swt. menyebutkan penyebab yang menyelamatkan kaum Bani Israil dari Fir'aun dan kaumnya, serta bagaimana mereka lolos dari Fir'aun dan kaumnya. Pada mulanya Allah Swt. memerintahkan Musa dan Harun (saudaranya) untuk mengambil rumah-rumah di Mesir sebagai tempat tinggal buat kaumnya.
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna firman-Nya:
{وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً}
dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat. (Yunus: 87)
Menurut As-Sauri dan lain-lainnya, dari Khasif, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, firman Allah Swt.: dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat. (Yunus: 87) Maksudnya adalah, mereka diperintahkan untuk menjadikannya sebagai masjid-masjid untuk salat mereka.
As-Sauri telah meriwayatkan pula dari Ibnu Mansur, dari Ibrahim, sehubungan dengan makna firman-Nya: dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat. (Yunus: 87) Bahwa mereka dicekam oleh rasa takut, lalu mereka diperintahkan untuk melakukan salat di rumah masing-masing. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abu Malik, Ar-Rabi' ibnu Anas, Ad-Dahhak, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan ayahnya (yaitu Zaid ibnu Aslam).
Seakan-akan hal tersebut, hanya Allah yang lebih mengetahui, di saat penindasan dari Fir'aun dan kaumnya terasa makin keras atas diri mereka yang mempersempit ruang gerak mereka; maka mereka diperintahkan untuk banyak melakukan salat. Perihalnya sama dengan pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ}
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolong kalian. (Al-Baqarah: 153)
Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. apabila meng­alami suatu musibah, maka beliau salat. Hadis diketengahkan oleh Imam Abu Daud.
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ}
dan jadikanlah rumah-rumah itu oleh kalian tempat salat, dan dirikanlah oleh kalian sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman. (Yunus: 87)
Yakni dengan pahala dan kemenangan yang dekat waktunya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa orang-orang Bani Israil berkata kepada Musa a.s., "Kami tidak mampu menampakkan salat kami kepada kaki tangan Fir'aun itu." Maka Allah mengizinkan mereka melakukan salat di rumah masing-masing. Dan Allah memerintahkan kepada mereka untuk menjadikan rumah-rumah mereka menghadap ke arah kiblat.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu sebagai tempat salat. (Yunus: 87) Ketika kaum Bani Israil merasa takut Fir'aun akan membunuh mereka di gereja-gereja tempat mereka berkumpul melakukan ibadahnya, maka mereka diperintahkan menjadikan rumah-rumah mereka sebagai masjid-masjidnya dengan menghadap ke arah Ka'bah; mereka boleh melakukan sembahyangnya di dalam rumah masing-masing secara sembunyi-sembunyi. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan Ad-Dahhak.
Sa'id ibnu Jubair telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah itu tempat ibadah. (Yunus: 87) Bahwa yang dimaksud dengan istilah qiblah ialah berhadapan, yakni sebagian darinya berhadapan dengan yang lainnya.

Yunus, ayat 88-89

{وَقَالَ مُوسَى رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلأهُ زِينَةً وَأَمْوَالا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ (88) قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا وَلا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ (89) }

(88). Musa berkata.”Ya Tuhan kami. sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami. binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman sehingga mereka melihat siksaan yang pedih.” 
(89). Allah berfirman, "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua. Karena itu, tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui.”

Ayat ini menceritakan doa yang dipanjatkan oleh Nabi Musa a.s. kepada Allah Swt. untuk kebinasaan Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya, setelah mereka menolak perkara yang hak dan terus-menerus berada dalam kesesatan dan kekufuran mereka seraya menentang dan ingkar; karena perbuatan aniaya, kecongkakan, kesombongan, dan keangkara-murkaan mereka. Nabi Musa a.s. berkata dalam doanya:
{رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلأهُ زِينَةً}
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan. (Yunus: 88)
berupa perhiasan duniawi dan kesenangan-kesenangannya.
{وَأَمْوَالًا}
dan harta kekayaan. (Yunus: 88)
Yakni harta kekayaan yang banyak lagi berlimpah.
{فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيَضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ}
dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. (Yunus: 88)
Kalau menurut bacaan, liyadillu artinya Engkau telah memberi mereka hal tersebut, padahal Engkau mengetahui bahwa mereka tidak akan beriman kepada apa yang Engkau utuskan melaluiku kepada mereka, sebagai istidraj dari Engkau buat mereka. Pengertian ini sama dengan yang ada pada firman-Nya:
{لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ}
untuk Kami cobai mereka dengannya. (Thaha: 131)
Sedangkan ulama lainnya ada yang membacanya {لِيُضِلُّوا} dengan ya yang di-dammah-kan, artinya 'akibat dari apa yang Engkau berikan kepada mereka itu, maka mereka menyesatkan orang-orang yang Engkau kehendaki kesesatannya dari kalangan makhluk-Mu". Agar orang yang Engkau sesatkan itu menduga bahwa sesungguhnya Engkau memberi hal tersebut kepada mereka hanyalah karena kecintaan-Mu kepada mereka dan perhatian-Mu kepada mereka.
{رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ}
Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka. (Yunus: 88)
Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid, maknanya ialah 'binasakanlah harta benda mereka'.
Menurut Ad-Dahhak, Abul Aliyah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas, makna yang dimaksud ialah 'Allah menyerapah harta benda mereka menjadi batu-batuan dalam keadaan terukir, persis seperti bentuknya yang semula'.
Menurut Qatadah, telah sampai kepada kami suatu riwayat yang mengatakan bahwa tanam-tanaman mereka berubah menjadi batu.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa Allah menjadikan tebu-tebu mereka menjadi batu.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abul Haris telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu  Abu Bukair, dari Abu Ma'syar, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Qais, bahwa Muhammad ibnu Ka'b membaca surat Yunus di hada­pan Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz, hingga sampai pada firman-Nya: Musa berkata.”Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. (Yunus: 88) sampai dengan firman-Nya: Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka. (Yunus: 88), hingga akhir ayat. Maka Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz bertanya, "Hai Abu Hamzah, apakah yang dimaksud dengan istilah At- Tams? Muhammad ibnu Ka'b yang nama panggilannya Abu Hamzah menjawab, "Semua harta benda mereka berubah menjadi batu." Maka Umar ibnu Abdul Aziz berkata kepada seorang pelayannya, "Datangkanlah kepadaku satu karung makanan." Maka si pelayan mengambil sebuah karung yang berisi biji kacang hums yang ketika dibuka telah berubah menjadi batu.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ}
dan kunci matilah hati mereka. (Yunus: 88)
Menurut Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah kunci matilah hati mereka.
{فَلا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih. (Yunus: 88)
Doa yang dipanjatkan oieh Nabi Musa a.s. ini merupakan ungkapan kemarahannya demi membela Allah dan agama-Nya terhadap Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya, karena menurut pandangannya mereka telah jelas tidak ada manfaatnya dan tiada kebaikan barang sedikit pun dalam diri mereka. Perihalnya sama dengan doa Nabi Nuh a.s. yang disitir oleh firman-Nya:
{رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الأرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلا يَلِدُوا إِلا فَاجِرًا كَفَّارًا}
"Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.” (Nuh: 26-27)
Karena itulah Allah Swt. memperkenankan doa Musa a.s. terhadap mereka, sedangkan saudaranya (Harun) mengamininya. Allah Swt. berfirman:
{قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا}
Sesungguhnya telah diperkenankan doa kamu berdua. (Yunus: 89)
Abul Aliyah, Abu Saleh, Ikrimah, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa Nabi Musa berdoa, sedangkan Harun mengamininya. Makna ayat ialah 'sesungguhnya Kami telah memperkenankan permohonan kamu berdua yang meminta agar Fir'aun beserta orang-orangnya dihancurkan'.
Ayat ini dapat pula dijadikan sebagai dalil yang menunjukkan bahwa bacaan amin makmum atas bacaan surat Al-Fatihah imamnya kedudukannya sama dengan bacaan makmum sendiri; karena Nabi Musa berdoa, sedangkan Harun mengamininya, dan Allah menyebutkan dalam firmannya: Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua. Karena itu, tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus. (Yunus: 89), hingga akhir ayat. Dengan kata lain. sebagaimana telah diperkenankan permohonan kamu berdua, maka tetaplah kamu berdua pada perintah-Ku.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: maka tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus. (Yunus: 89) Maksudnya, berjalan teruslah kamu berdua pada perintah-Ku, yakni istiqamah.
Ibnu Juraij mengatakan, "Para ulama mengatakan bahwa Fir'aun tinggal selama empat puluh tahun sesudah adanya doa ini."
Tetapi menu­rut Muhammad ibnu Ka'b dan Ali ibnul Husain hanya empat puluh hari.

Yunus, ayat 90-92

{وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ (90) آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (91) فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ (92) }

(90). Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam, berkatalah dia, "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” 
(91). Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. 
(92). Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu, dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.

Allah Swt. menceritakan tentang penenggelaman Fir'aun bersama bala tentaranya. Sesungguhnya orang-orang Bani Israil ketika pergi meninggalkan negeri Mesir mengiringi Nabi Musa a.s.. jumlah mereka —menurut suatu pendapat— ada enam ratus ribu orang selain keluarga mereka. Sebelum itu mereka pernah meminjam dari orang-orang Qibti (Egypt) banyak perhiasan emas yang belum sempat mereka kembalikan kepada para pemiliknya, akhirnya perhiasan itu dibawa oleh mereka.
Mendengar berita kepergian mereka, kemarahan Fir'aun semakin menjadi-jadi terhadap kaum Bani Israil. Maka ia mengirimkan banyak utusannya untuk mengumpulkan bala tentaranya dari berbagai kota besar yang berada di bawah kekuasaannya. Lalu ia menaiki kendaraannya dan pergi mengejar kaum Bani Israil, diikuti oleh pasukan yang sangat besar jumlahnya, sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah Swt. terhadap mereka. Tidak ada seorang pun yang tertinggal dari Fir'aun, termasuk kalangan orang-orang yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan di berbagai wilayah kerajaannya.
Fir'aun bersama bala tentaranya akhirnya berhasil mengejar kaum Bani Israil di waktu matahari terbit. Disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ}
Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” (Asy-Syuara: 61)
Demikian itu terjadi setelah kaum Bani Israil sampai di tepi laut. sedangkan Fir'aun dan pasukannya berada di belakang mereka; dan tiada jalan lain bagi kedua belah pihak melainkan hanya berperang.
Pengikut-pengikut Nabi Musa a.s. mendesaknya untuk mencari jalan selamat dari kejaran mereka. Maka Nabi Musa a.s. menjawab bahwa ia diperintahkan oleh Allah untuk menempuh jalan itu.
{كَلا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ}
Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. (Asy-Syu'ara: 62)
Bilamana dalam keadaan terjepit, maka jalan keluar menjadi luas. Allah memerintahkan kepada Nabi Musa untuk memukul laut yang ada di hadapannya dengan tongkatnya. Maka Musa memukul laut itu dengan tongkatnya, dan laut itu pun terbelah. Tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar, semuanya ada dua belas belahan, sehingga tiap-tiap sibt (kabilah) Bani Israil menempuh satu jalan darinya. Dan Allah memerintahkan kepada angin untuk bertiup sehingga mengeringkan tanahnya.
{فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلا تَخْشَى}
maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah takut akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam). (Thaha: 77)
Sepanjang jalan air itu berlubang seperti jendela agar masing-masing kaum dapat melihat kaum lainnya dan agar mereka jangan menduga bahwa teman mereka binasa. Akhirnya kaum Bani Israil dapat melewati laut itu dengan selamat.
Setelah mereka sampai di tepi yang lainnya tanpa ada yang ketinggalan, maka Fir'aun dan bala tentaranya baru sampai ke tepi laut dari arah yang berlawanan. Saat itu Fir'aun bersama seratus ribu pasukan berkuda dan pasukan lainnya yang beraneka ragam.
Ketika melihat laut terbelah, ia merasa ngeri dan surut serta berniat akan kembali bersama pasukannya. Akan tetapi, hal itu tidak mungkin terjadi, tiada jalan untuk menghindar dari takdir yang telah dipastikan. Doa Nabi Musa telah diperkenankan, akhirnya datanglah Malaikat Jibril a.s. seraya menunggang kudanya yang menarik, lalu kuda Malaikat Jibril lewat di dekat (di samping) kuda Fir'aun dan merayunya. Kemudian Malaikat Jibril langsung masuk ke jalan laut itu, maka semua kuda yang ada di belakangnya ikut memasuki laut itu menyusulnya.
Fir'aun tidak dapat berbuat apa-apa, maka ia memberikan semangat kepada pembesar-pembesar kaumnya, "Bani Israil bukanlah orang-orang yang lebih berhak untuk menempuh laut ini daripada kita." Maka semuanya masuk ke dalam laut, dan Malaikat Mikail berada di belakang mereka menggiring semuanya tanpa ada seorang pun yang dibiarkannya melainkan ikut menyusul teman-temannya.
Setelah semua pasukan berada di dalam laut tanpa ada yang ketinggalan, dan yang terdepan dari seluruh rombongan mereka hampir sampai di tepi laut yang lainnya, maka Allah Yang Mahakuasa memerin­tahkan kepada laut agar menutup dan menelan mereka. Maka laut menelan mereka semuanya tanpa ada seorang pun dari mereka yang selamat. Ombak laut mengombang-ambingkan mereka, mencampakkan dan membantingnya, menelan Fir'aun dan mengungkungnya sehingga Fir'aun menghadapi sakaratul maut. Maka pada saat itu juga Fir'aun berkata, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ}
Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). (Yunus: 90)
Fir'aun baru beriman di saat iman tiada manfaatnya lagi baginya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ}
Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata, "Kami beriman hanya kepada Allah saja, dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami mempersekutukan(nya) dengan Allah.” Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir. (Al-Mu’min: 84-85)
Karena itulah Allah Swt. berfirman dalam menjawab Fir'aun yang telah mengatakan kata-kata tersebut, yaitu:
{آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ}
Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu. (Yunus: 91)
Dengan kata lain. apakah baru sekarang kamu mengatakannya, padahal sesungguhnya kamu telah durhaka terhadap Allah sebelum ini.
{وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ}
dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus: 91)
Yakni di muka bumi karena telah menyesatkan manusia.
{وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ}
Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka, dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (Al-Qashash: 41)
Kisah yang diceritakan oleh Allah Swt. tentang Fir'aun ini merupakan salah satu dari berita gaib yang diajarkan oleh Allah Swt. kepada Rasul-Nya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ مهْران، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمَّا قَالَ فِرْعَوْنُ: {آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ} قَالَ: قَالَ لِي جِبْرِيلُ: [يَا مُحَمَّدُ] لَوْ رَأَيْتَنِي وَقَدْ أَخَذْتُ [حَالًا] مِنْ حَالِ الْبَحْرِ، فَدَسَسْتُهُ فِي فِيهِ مَخَافَةَ أن تناله الرحمة"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah. dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahran. dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ketika Fir'aun berkata, "Aku beriman, bahwa tidak ada Tuhan kecuali Tuhan yang diimani oleh Bani Israil, " Jibril berkata kepadaku, "Sekiranya engkau melihatku ketika aku mengambil tanah liat dari laut, lalu aku jejalkan ke dalam mulut Fir’aun, karena khawatir bila ia akan mendapat rahmat (niscaya engkau akan melihat pemandangan yang mengerikan)."
Imam Turmuzi, Imam Ibnu Jarir, dan Imam Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya di dalam kitab tafsirnya masing-masing melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.
قَالَ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَدِيِّ بْنِ ثَابِتٍ وَعَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قَالَ لِي جِبْرِيلُ: لَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا آخِذٌ مِنْ حَالِ الْبَحْرِ، فَأَدُسُّهُ فِي فَمِ فِرْعَوْنَ مَخَافَةَ أَنْ تُدْرِكَهُ الرَّحْمَةُ"
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Addi ibnu Sabit dan Ata ibnus Saib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah ber­sabda: Jibril mengatakan kepadaku, "Sekiranya engkau melihatku ketika Fir’aun, karena takut akan mendapat rahmat (niscaya engkau akan melihat pemandangan yang mengerikan).”
Abu Isa At-Turmuzi telah meriwayatkannya pula bersama Ibnu Jarir yang bukan hanya satu jalur, dari Syu'bah dengan sanad yang sama, lalu disebutkan hadis yang semisal dengan hadis di atas. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan, garib, juga sahih, dan dalam riwayat yang lain disebutkan pada Ibnu Jarir, dari Muhammad ibnul Musanna, dari Gundar. dari Syu'bah, dari Ata, dari Addi, dari Sa'id, dari Ibnu Abbas; salah seorang di antara keduanya ada yang me-marfu'-kannya, seakan-akan salah seorang dari keduanya ada yang tidak me-marfu'-kannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar, dari Umar ibnu Abdullah ibnu Ya'la As-Saqafi, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ketika Allah menenggelamkan Fir'aun, Fir'aun mengisyaratkan dengan jari telunjuknya seraya mengucapkan kalimat berikut dengan suara yang keras, yaitu kalimat yang disebutkan oleh firman-Nya: Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil. (Yunus: 90) Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Saat itu Malaikat Jibril merasa khawatir bila rahmat Allah mendahului murka-Nya. Maka Jibril mengambil tanah liat dengan kedua sayapnya, lalu tanah liat itu dipukulkan ke wajah Fir'aun dan menyumbat semua rongga kepalanya."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Sufyan ibnu Waki', dari Abu Khalid dengan sanad yang sama secara mauauf.
Telah diriwayatkan pula melalui hadis Abu Hurairah juga. Untuk itu, Ibnu Jarir mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا ابْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنَا حَكَّام، عَنْ عَنْبَسة -هُوَ ابْنُ سَعِيدٍ -عَنْ كَثِيرِ بْنِ زَاذَانَ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قَالَ لِي جِبْرِيلُ: يَا مُحَمَّدُ، لَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا أَغُطُّهُ وَأَدُسُّ مِنَ الْحَالِ  فِي فِيهِ، مَخَافَةَ أَنْ تُدْرِكَهُ رَحْمَةُ اللَّهِ فَيَغْفِرَ لَهُ" يَعْنِي: فِرْعَوْنَ
telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Hakam, dari Anbasah (yaitu Ibnu Abu Sa'id), dari Kasir ibnu Zazan, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah r.a. an; men atakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Jibril berkata kepadaku, "Hai Muhammad, sekiranya engkau melihatku di saat aku menyumbat dan menjejalkan mulutnya dengan tanah liat, karena takut bila dia mendapat rahmat dari Allah, lalu Allah mengampuninya (niscaya engkau akan melihat hal yang mengerikan)." Maksudnya adalah Fir'aun.
Menurut Ibnu Mu'in, Kasir ibnu Zazan ini orangnya tidak ia kenal. Abu Zar'ah dan Abu Hatim mengatakan bahwa dia adalah orang yang tidak dikenal. Tetapi perawi lainnya dalam sanad hadis ini semuanya berpredikat siqah. Hadis ini telah di-mursal-kan oleh sejumlah ulama Salaf, seperti Qatadah, Ibrahim At-Taimi, dan Maimun ibnu Mahran. Telah dinukil pula dari Ad-Dahhak ibnu Qais, bahwa ia menceritakan hadis ini dalam khotbahnya kepada orang banyak.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً}
Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu. (Yunus: 92)
Ibnu Abbas dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf mengatakan bahwa sebagian kalangan Bani Israil merasa ragu dengan kematian Fir'aun. Maka Allah Swt. memerintahkan kepada laut agar mencampak­kan tubuh Fir'aun secara utuh tanpa roh dengan memakai baju besinya yang terkenal itu ke daratan yang tinggi agar mereka dapat mengecek kebenaran atas kematiannya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Maka pada hari ini Kami selamatkan Kamu (Yunus : 92) Maksudnya, Kami angkat kamu ke suatu dataran yang tinggi. yakni tubuhmu. (Yunus: 92)
Menurut Mujahid, maknanya ialah jasadnya; sedangkan menurut Al-Hasan adalah jasad tanpa roh. Menurut Abdullah ibnu Syaddad yaitu keadaan tubuh yang utuh, yakni tidak ada yang sobek, agar mereka mengecek dan mengenalnya. Menurut Abu Sakhr berikut dengan baju besinya. Semua pendapat ini tidak ada pertentangan satu sama lainnya, melainkan saling melengkapi, seperti keterangan di atas.
*******************
Firman Allah Swt.:
{لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً}
supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu. (Yunus: 92)
Yakni agar kamu dapat menjadi bukti bagi kaum Bani Israil bahwa kamu telah mati dan binasa; dan bahwa Allah, Dialah Yang Mahakuasa yang semua jiwa makhluk hidup berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat bertahan di hadapan kemurkaan-­Nya.
Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa firman-Nya: supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (Yunus: 92) Yaitu tidak mau mengambil pelajaran dan peringatan darinya.
Kebinasaan Fir'aun beserta kaumnya terjadi pada hari 'Asyura, seperti apa yang dikatakan oleh Imam Bukhari dalam riwayat hadisnya. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا غُنْدَر، حَدَّثَنَا شُعْبَةَ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المدينَة، وَالْيَهُودُ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالُوا: هَذَا يَوْمٌ ظَهَرَ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: "أَنْتُمْ أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْهُمْ، فَصُومُوهُ"
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Gundar, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Nabi Saw. tiba di Madinah, orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari 'Asyura. Maka Nabi Saw. bertanya, "Hari apakah sekarang yang kalian melakukan puasa padanya?" Mereka menjawab, "Hari ini adalah hari kemenangan Musa atas Fir'aun." Maka Nabi Saw. bersabda kepada para sahabatnya: Kalian lebih berhak terhadap Musa daripada mereka, maka puasalah kalian pada hari ini.

No comments

Tafsir Jalalain

Tafsir Ibnu Katsir

Back to top