Muslim Notebook Header Ads

007. Al-A'rof Ayat 181 - 182 - 183 - 184 - 185 - 186 - 187 - 188 - 189 - 190 - Tafsir Ibnu Katsir - Muslim Notebook



Al-A'raf, ayat 181

{وَمِمَّنْ خَلَقْنَا أُمَّةٌ يَهْدُونَ بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُونَ (181) }

Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.

Firman Allah Swt-.:
{وَمِمَّنْ خَلَقْنَا}
Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan. (Al-A'raf: 181)
yakni di antara sebagian umat.
{أُمًّةٌ}
ada umat. (Al-A'raf: 181)
Maksudnya, terdapat suatu umat yang menegakkan kebenaran secara teori dan prakteknya.
{يَهْدُونَ بِالْحَقِّ}
yang memberi petunjuk dengan hak. (Al-A'raf: 181)
Yaitu mereka mengatakannya dan menyeru orang lain kepadanya.
{وَبِهِ يَعْدِلُونَ}
dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan. (Al-A'raf: 181)
Dengan berpegang kepada yang hak itulah mereka beramal dan melaku­kan keadilan. Menurut banyak asar, makna yang dimaksud oleh ayat ini ialah umat Nabi Muhammad.
Sa'id telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan tafsir ayat ini; telah sampai kepadanya suatu hadis yang mengatakan bahwa Nabi Saw. apabila membaca ayat ini selalu mengucapkan: Ini bagi kalian, dan Allah telah memberi hal yang semisal kepada suatu kaum yang berada di hadapan kalian, "Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak, dan dengan yang itulah mereka menjalankan keadilan.”(Al-A'raf: 159)
قَالَ أَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ، عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {وَمِمَّنْ خَلَقْنَا أُمَّةٌ يَهْدُونَ بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُونَ} قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ مِنْ أُمَّتِي قَوْمًا عَلَى الْحَقِّ، حَتَّى يَنْزِلَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ مَتَّى مَا نَزَلَ".
Abu Ja'far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Ar-Rabi’ ibnu Anas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan. (Al-A'raf: 181) Bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya di antara umatku terdapat suatu kaum yang tetap membela kebenaran hingga Isa putra Maryam turun pada hari ia diturunkan.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Mu'awiyah ibnu Abu Sufyan yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ، وَلَا مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ -وَفِي رِوَايَةٍ -: حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ -وَفِي رِوَايَةٍ -: وَهُمْ بِالشَّامِ"
Senantiasa masih ada segolongan dari kalangan umatku yang membela kebenaran, tidak membahayakan mereka adanya orang-orang yang menghina mereka, tidak pula orang-orang yang menentang mereka hingga hari kiamat terjadi. Menurut riwayat lain disebutkan dengan lafaz berikut: hingga datang perintah Allah (hari kiamat), sedangkan mereka tetap dalam keadaan demikian (membela kebenaran), Sedangkan menurut riwayat lainnya lagi disebutkan: sedangkan mereka berada di negeri Syam.

Al-A'raf, ayat 182-183

{وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ (182) وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ (183) }

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.

Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ}
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka ketahui. (Al-A'raf: 182)
Makna yang dimaksud ialah, Allah membukakan bagi mereka semua pintu rezeki dan semua segi kehidupan di dunia, hingga mereka benar-benar teperdaya oleh apa yang sedang mereka alami, dan mereka berkeyakinan bahwa diri mereka mempunyai sesuatu pegangan. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain:
{فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ * فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka. Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An'am: 44-45)
Sedangkan dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَأُمْلِي لَهُمْ}
Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. (Al-A'raf: 183)
Artinya, Aku akan memberikan masa tangguh kepada mereka. Dengan kata lain, Aku tenggelamkan mereka di dalamnya dalam waktu yang cukup lama.
{إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ}
Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh (Al-A'raf: 183)
Yakni sangat kuat lagi sangat keras.

Al-A'raf, ayat 184

{أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِهِمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ مُبِينٌ (184) }

Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. Dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan.

Firman Allah Swt.:
{أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا}
Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan. (Al-A'raf: 184)
Maksudnya mereka yang mendustakan ayat-ayat Kami.
{مَا بِصَاحِبِهِمْ}
bahwa teman mereka tidaklah (Al-A'raf: 184)
Yang dimaksud dengan teman mereka ialah Nabi Muhammad Saw,
{مِنْ جِنَّةٍ}
berpenyakit gila. (Al-A'raf: 184)
Yakni dia tidak berpenyakit gila, bahkan dia benar-benar utusan Allah yang menyerukan kepada kebenaran.
{إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ مُبِينٌ}
Dia tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan. (Al-A'raf: 184)
Hal ini akan kelihatan jelas oleh orang yang mempunyai hati sanubari, memikirkan dan menyadarinya; perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain:
{وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ}
Dan teman kalian (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila. (At-Takwir: 22)
Adapun firman Allah Swt.:
{قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ}
Katakanlah, "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepada kalian suatu hal saja, yaitu supaya kalian menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri kemudian kalian pikirkan  (tentang Muhammad). Tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawan kalian itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kalian sebelum (menghadapi) azab yang keras.” (Saba: 46)
Artinya, sesungguhnya aku hanya menuntut kalian agar kalian menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas hanya kepada Dia, tanpa ada rasa fanatisme dan keingkaran. Hal ini dapat kalian lakukan sendiri-sendiri atau berdua-dua, yakni secara berkelompok atau terpisah-pisah. Kemudian kalian pikirkan tentang orang yang datang kepada kalian ini dengan membawa risalah dari Allah, apakah dia gila ataukah tidak? Karena sesungguhnya jika kalian melakukan hal tersebut, niscaya akan tampak jelas bagi kalian bahwa dia adalah benar utusan Allah dengan sebenar-benarnya.
Qatadah ibnu Di'amah telah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Nabi Allah Saw. pada suatu saat sedang berada di atas Bukit Safa. Lalu beliau menyeru kaum Quraisy, dalam seruannya itu beliau menyebutkan nama-nama pemimpin mereka seorang demi seorang. Beliau mengatakan, "Hai Fulan bin Fulan." Beliau Saw. mem­peringatkan mereka akan siksa Allah dan hari kiamat. Maka ada salah seorang di antara mereka yang mengatakan, "Sesungguhnya teman kalian ini benar-benar gila, dia terus berkoar-koar semalaman hingga pagi hari, atau hingga waktu subuh." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
{أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِهِمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ مُبِينٌ}
Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. Dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan. (Al-A'raf: 184)

Al-A'raf, ayat 185

{أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَدِ اقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ (185) }

Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita mana lagikah mereka akan beriman sesudah Al-Qur’an itu?

Allah Swt. berfirman, "Apakah orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami tidak memperhatikan kerajaan Allah dan kekuasaan-Nya di langit dan di bumi dan semua makhluk yang telah Dia ciptakan pada keduanya? Karenanya lalu mereka merenungkan hal itu dan mengambil pelajaran darinya. Akhirnya sampailah mereka pada suatu kesimpulan bahwa hal tersebut hanya dapat dilakukan oleh Tuhan yang tidak ada tandingan-Nya dan tidak ada yang menyerupai-Nya. Dan hal tersebut merupakan perbuatan dari Tuhan yang tidak layak diadakan penyembah­an dan agama yang murni kecuali hanya kepada Dia. Pada kesimpulan akhirnya mereka akan beriman kepada-Nya dan membenarkan Rasul­Nya, kembali kepada jalan ketaatan kepada-Nya, melepaskan semua sekutu dan berhala, merasa takut bila ajal mereka tiba dengan mendadak dalam waktu yang dekat, sedangkan mereka masih berada dalam kekafirannya, akhirnya mereka akan binasa, dan tempat kembali mereka adalah azab Allah dan siksaan-Nya yang amat pedih.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ}
Maka kepada berita mana lagikah mereka akan beriman sesudah Al-Qur'an? (Al-A'raf: 185)
Artinya maka peringatan dan ancaman mana lagikah sesudah peringatan Nabi Muhammad Saw. yang datang kepada mereka menyampaikan ayat-ayat Allah mereka akan percaya, jika mereka tidak mau percaya kepada berita yang disampaikan oleh Muhammad Saw. kepada mereka dari sisi Allah?
وَقَدْ رَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ عَنْ حَسَنِ بْنِ مُوسَى وَعَفَّانَ بْنِ مُسْلِمٍ وَعَبْدِ الصَّمَدِ بْنِ عَبْدِ الْوَارِثِ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ بن جُدْعَان، عَنْ أَبِي الصَّلْتِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "رَأَيْتُ لَيْلَةَ أَسْرِيَ بِي، لَمَّا انْتَهَيْنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ، فَنَظَرْتُ فَوْقِي، فَإِذَا أَنَا بِرَعْدٍ وَبَرْقٍ وَصَوَاعِقَ"، قَالَ: "وَأَتَيْتُ عَلَى قَوْمٍ بُطُونُهُمْ كَالْبُيُوتِ فِيهَا الْحَيَّاتُ تُرَى مِنْ خَارِجِ بُطُونِهِمْ، قلت: من هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ أَكَلَةُ الرِّبَا. فَلَمَّا نَزَلْتُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَنَظَرْتُ إِلَى أَسْفَلَ مِنِّي، فَإِذَا أَنَا برَهج وَدُخَانٍ وَأَصْوَاتٍ فَقُلْتُ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذِهِ الشَّيَاطِينُ يُحَرِّفون عَلَى أَعْيُنِ بَنِي آدَمَ أَنْ لَا يَتَفَكَّرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَوْلَا ذَلِكَ لَرَأَوُا الْعَجَائِبَ".
Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Hasan ibnu Musa, Usman ibnu Muslim, dan Abdus Samad ibnu Abdul Waris, semuanya dari Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an, dari Ab'us Silt, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Di malam aku menjalani isra, aku banyak melihat berbagai macam hal. Ketika kami (Nabi dan Jibril) sampai di langit yang ke tujuh, maka aku memandang ke arah atasku, tiba-tiba aku melihat guntur, kilat, dan petir. Dan aku mendatangi suatu kaum yang perut mereka besarnya seperti rumah, di dalamnya banyak terdapat ular yang kelihatan dari luar perut mereka Aku bertanya, "Siapakah mereka itu, hai Jibril?” Jibril menjawab.”Mereka adalah para pemakan riba." Ketika Aku turun ke langit pertama dan aku melihat ke arah bawahku, tiba-tiba aku mendengar suara gemuruh, ada asap dan suara ribut; maka saya bertanya, "Apakah ini, hai Jibril?” Jibril menjawab, "Mereka adalah setan-setan yang mengelilingi pandangan mata anak Adam agar mereka tidak memikirkan kerajaan langit dan bumi. Seandainya tidak ada itu, niscaya mereka dapat melihat keajaiban-keajaiban."
Tetapi Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an mempunyai banyak hadis yang berpredikat munkar. 

Al-A'raf, ayat 186

{مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلا هَادِيَ لَهُ وَيَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (186) }

Barang siapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk Dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.

Allah Swt. menyebutkan bahwa barang siapa yang telah ditakdirkan sesat oleh-Nya, maka tidak ada seorang pun yang dapat memberikan petunjuk kepadanya. Dan seandainya dia berusaha dengan segala kemampuannya, maka sesungguhnya hal itu tidak memberi manfaat apa pun kepadanya.
{وَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ فِتْنَتَهُ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا}
Barang siapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. (Al-Maidah: 41)
Dalam ayat lain Allah Swt. telah berfirman:
{قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ}
Katakanlah, "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Yunus: 101)

Al-A'raf, ayat 187

{يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلا هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلا بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (187) }

Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, "Bilakah terjadinya?” Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba " Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Firman Allah Swt.:
{يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ}
Mereka bertanya kepadamu tentang kiamat. (Al-A'raf: 187)
Pengertian ayat tersebut sama halnya dengan pengertian yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu:
{يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ}
Manusia bertanya kepadamu tentang hari kiamat. (Al-Ahzab: 63)
Menurut suatu pendapat, ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Quraisy. Sedangkan menurut pendapat lainnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan segolongan orang-orang Yahudi. Tetapi pendapat yang pertamalah yang lebih mendekati kebenaran, mengingat ayat ini Makkiyyah. Mereka sering menanyakan tentang terjadinya waktu kiamat, tetapi pertanyaan mereka mengandung nada tidak mempercayai keberadaannya dan mendustakannya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
Dan mereka berkata, "Bilakah (terjadinya) janji ini (hari kiamat) jika kamu adalah orang-orang  yang benar? (Yunus: 48; Yasin: 48; Al Anbiya 38; An Naml 71; Saba 29; Al-Mulk 25)
{يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ أَلا إِنَّ الَّذِينَ يُمَارُونَ فِي السَّاعَةِ لَفِي ضَلالٍ بَعِيدٍ}
Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan, dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh. (Asy-Syura: 18)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{أَيَّانَ مُرْسَاهَا}
Bilakah terjadinya. (Al-A'raf: 187)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud dari lafaz muntahaha ialah batas terakhirnya, yakni bilakah terjadinya dan kapankah usia dunia berakhir, hal itu merupakan permulaan dari waktu kiamat.
{قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلا هُوَ}
Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.” (Al-A'raf: 187)
Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya 'bila ditanya tentang saat kiamat, hendaknya ia mengembalikan pengetahuannya kepada Allah Swt., karena sesungguhnya hanya Dialah yang mengetahui bila kiamat akan terjadi', yakni Allah Swt. mengetahui perkaranya secara jelas dan mengetahui pula saat terjadinya hari kiamat secara tepat. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hal ini kecuali hanya Allah Swt. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) di langit dan di bumi. (Al-A'raf: 187)
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Kiamat itu amat berat (bagi makhluk) di langit dan di bumi. (Al-A'rlf: 187) Artinya, amat berat untuk mengetahuinya bagi semua penduduk di langit dan di bumi. Dengan kata lain, mereka sama sekali tidak mengetahuinya.
Ma'mar mengatakan bahwa Al-Hasan pernah mengatakan, "Apabila hari kiamat datang, maka terasa amat berat bagi semua penduduk di langit dan di bumi," yakni hari kiamat itu terasa amat berat oleh mereka.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Hari kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) di langit dan di bumi. (Al-A'raf: 187) Menurutnya, ayat di atas artinya 'tidak ada seorang makhluk pun melainkan tertimpa bahaya dari hari kiamat'.
Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Hari kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) di langit dan di bumi, (Al-A'raf: 187) Apabila hari kiamat tiba, maka terbelahlah langit dan bertaburanlah bintang-bintangnya. Matahari digulung dan gunung-gunung dihancurkan. Hari kiamat itu memang terjadi seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya, maka yang demikian itulah makna yang dimaksud dengan ‘amal berat’
Ibnu Jarir rahimahuttah memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah amat berat untuk mengetahui waktu terjadinya kiamat bagi penduduk langit dan bumi, seperti yang dikatakan oleh Qatadah tadi. Pengertian dari perkataan keduanya (Ibnu Jarir dan Qatadah) semakna dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
{لَا تَأْتِيكُمْ إِلا بَغْتَةً}
Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. (Al-A'raf: 187)
Akan tetapi, hal ini tidak me-nafi-kan (meniadakan) pengertian yang mengatakan bahwa kedatangan hari kiamat itu terasa amat berat bagi seluruh penduduk langit dan bumi.
As-Saddi berpendapat sehubungan dengan makna firman-Nya: Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. (Al-A'raf: 187) Menurutnya makna yang dimaksud ialah hari kiamat itu samar bagi penduduk langit dan bumi. Karena itu, tidak ada yang mengetahui saatnya, baik dia itu malaikat yang terdekat maupun sebagai nabi yang diutus.
*******************
{لَا تَأْتِيكُمْ إِلا بَغْتَةً}
Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. (Al-A'raf: 187)
Artinya, terjadinya hari kiamat mengagetkan mereka. Hari kiamat datang kepada mereka di saat mereka sedang lalai.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba (Al-A'raf: 187) Allah telah menetapkan bahwa hari kiamat itu tidaklah datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. Dan telah sampai suatu hadis kepada kami, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ السَّاعَةَ تَهِيجُ بِالنَّاسِ، وَالرَّجُلُ يَصْلِحُ حَوْضَهُ، وَالرَّجُلُ يَسْقِي مَاشِيَتَهُ، وَالرَّجُلُ يُقِيمُ سِلْعَتَهُ فِي السُّوقِ وَيُخْفِضُ مِيزَانَهُ وَيَرْفَعُهُ"
Sesungguhnya hari kiamat datang mendadak menimpa manusia, sedangkan seseorang ada yang sedang memperbaiki kolamnya, ada yang sedang memberi minum ternaknya, ada pula yang sedang menjajakan barang dagangannya di pasar seraya menurunkan dan menaikkan timbangannya.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، أَنْبَأَنَا شُعَيْبٌ، حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَإِذَا طَلَعَتْ فَرَآهَا النَّاسُ آمَنُوا أَجْمَعُونَ، فَذَلِكَ حِينَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا، وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدْ نَشَرَ الرَّجُلَانِ ثَوْبَهُمَا بَيْنَهُمَا، فَلَا يَتَبَايَعَانِهِ وَلَا يَطْوِيَانِهِ. ولتقومَنّ السَّاعَةُ وَقَدِ انْصَرَفَ الرَّجُلُ بِلَبَنِ لقْحَته فَلَا يَطْعَمُه. ولتقومَنّ السَّاعَةُ وَهُوَ يَلِيط حَوْضَهُ فَلَا يَسْقِي فِيهِ. ولتقومَنّ السَّاعَةُ وَالرَّجُلُ قَدْ رَفَعَ أَكْلَتَهُ إِلَى فِيهِ فَلَا يَطْعَمُهَا"
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Abdur Rahman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari arah baratnya, apabila matahari telah terbit dari arah baratnya dan manusia melihatnya, berimanlah mereka semuanya. Yang demikian itu terjadi di masa tidak bermanfaat iman seseorang bagi dirinya jika ia tidak beriman sebelumnya, atau semasa imannya itu ia tidak mengerjakan suatu kebaikan pun. Dan sesungguhnya hari kiamat itu terjadi ketika dua orang lelaki sedang menggelarkan kain dagangan di antara keduanya, sehingga keduanya tidak sempat melakukan jual belinya dan tidak sempat melipat kainnya. Dan sesungguhnya hari kiamat terjadi ketika seseorang pulang dengan membawa air susu hasil perahannya, sehingga ia tidak sempat meminumnya. Dan sesungguhnya hari kiamat terjadi ketika seseorang sedang memperbaiki penampungan airnya, sehingga ia tidak sempat meminum airnya. Dan sesungguhnya hari kiamat terjadi ketika seseorang sedang menyuapkan makanan ke mulutnya sehingga ia tidak sempat memakannya.
وَقَالَ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "تَقُومُ السَّاعَةُ وَالرَّجُلُ يَحْلِبُ اللِّقْحَة، فَمَا يَصِلُ الْإِنَاءُ إِلَى فِيهِ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ. وَالرَّجُلَانِ يَتَبَايَعَانِ الثَّوْبَ فَمَا يَتَبَايَعَانِهِ حَتَّى تَقُومَ. وَالرَّجُلُ يَلُوطُ حَوْضَهُ فَمَا يَصْدُرُ حَتَّى تَقُومَ"
Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya mengatakan, telah menceritakan kepadaku Zuhair ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah yang mengatakan, Rasulullah SAW telah memberitahukan kepadanya bahwa: "Hari kiamat terjadi ketika seseorang sedang memerah hewan perahannya; tetapi sebelum ia sempat mencicipi hasilnya, kiamat telah terjadi. Ketika dua orang lelaki sedang tawar menawar pakaian; sebelum keduanya melakukan transaksi jual beli hari kiamat telah terjadi. Dan ketika seorang lelaki sedang membersihkan kolam penampungan airnya; tetapi sebelum ia selesai dari pekerjaannya, hari kiamat telah terjadi."
*******************
Firman Allah Swt.:
{يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا}
Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187)
Para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai maknanya. Suatu pendapat mengatakan bahwa makna yang dimaksud adalah seperti apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman–Nya : Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Makna yang dimaksud ialah seakan-akan di antara kamu dan mereka terdapat hubungan yang intim, seakan-akan kamu adalah teman mereka.
Ibnu Abbas mengatakan, "Ketika orang-orang (Quraisy) bertanya kepada Nabi Saw. tentang hari kiamat, mereka mengajukan pertanyaan­nya seakan-akan mereka menganggap bahwa Muhammad benar-benar bersahabat karib dengan mereka. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya, bahwa sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu hanya ada di sisi-Nya. Dia sengaja menyembunyikannya dan tidak memperlihatkannya kepada seorang pun, baik ia sebagai malaikat yang terdekat dengan-Nya ataupun sebagai seorang rasul yang diutus-Nya."
Qatadah mengatakan bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada Muhammad Saw., "Sesugguhnya di antara kami dan engkau terdapat hubungan kekerabatan. Karena itu, jelaskanlah kepada kami kapankah hari kiamat akan terjadi?" Maka Allah Swt. berfirman: Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187)
Demikianlah menurut riwayat Mujahid, Ikrimah, Abu Malik, dan As-Saddi yang merupakan suatu pendapat.
Tetapi yang benar dari Mujahid ialah melalui riwayat Ibnu Abu Nujaih dan lain-lainnya sehubungan dengan makna firman-Nya berikut ini: Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Bahwa pertanyaan itu diajukan kepadamu seakan-akan kamu mengetahuinya.
Hal yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan ayat ini : Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Yakni seakan-akan kamu mengetahuinya, padahal kamu tidak mengetahuinya. Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah.” (Al-A'raf: 187)
Ma'mar telah meriwayatkan dari sebagian ulama tafsir sehubungan makna firman-Nya: seakan-akan kamu benar-benar mengetahumya. (Al-A'raf: 187) Artinya, seakan-akan kamu mengetahui hari kiamat.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Yaitu seakan-akan kamu mengetahui hari kiamat, padahal Allah menyembunyikan pengetahuan tentang hari kiamat ini dari semua makhluk-Nya. Lalu ia membacakan firman-Nya:
{إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ}
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34), hingga akhir ayat.
Pendapat ini kedudukannya lebih kuat daripada yang pertama tadi. Karena itulah dalam ayat itu disebutkan oleh firman Nya :
{قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ}
Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Al-A;'raf: 187)
Malaikat Jibril a.s. datang dalam rupa seorang Arab Badui untuk mengajarkan kepada manusia perkara agama mereka, lalu ia duduk di hadapan Rasulullah Saw. seperti duduknya orang yang mau bertanya, kemudian memohon petunjuk. Maka Jibril a.s bertanya kepada Nabi Saw. tentang Islam, lalu tentang iman dan thsan, kemudian ia bertanya, "Bilakah hari kiamat itu?" Maka Rasulullah Saw. menjawabnya melalui sabdanya:
"مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ"
Orang yang ditanya mengenainya tidaklah lebih mengetahui daripada sipenanya.
Dengan kata lain, saya bukanlah orang yang lebih mengetahui tentangnya daripada engkau; dan tidak ada seorang pun yang lebih mengetahui tentangnya daripada orang lain. Kemudian Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34), hingga akhir ayat
Menurut riwayat yang lain disebutkan bahwa lalu Jibril a.s. menanyakan tentang tanda-tanda akan terjadinya hari kiamat. Maka Nabi Saw. menjelaskan tanda-tanda hari kiamat kepadanya. Kemudian Nabi Saw. bersabda, "Ada lima perkara yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Allah." Lalu Nabi Saw. membacakan ayat ini. Semua jawaban yang diucapkan oleh Nabi Saw. selalu dijawab olehnya dengan ucapan, "Engkau benar." Karena itulah para sahabat merasa heran dengan sikap si penanya ini; dia bertanya, tetapi dia pun membenarkannya. Kemudian setelah Jibril a.s. yang menyerupai seorang lelaki Badui itu pergi, Rasulullah SAW Bersabda :
"هَذَا جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ"
Orang itu adalah Jibril yang sengaja datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian perihal agama kalian.
Menurut riwayat lain, lalu Rasulullah Saw. bersabda:
"وَمَا أَتَانِي فِي صُورَةٍ إِلَّا عَرَفْتُهُ فِيهَا، إِلَّا صُورَتَهُ هَذِهِ".
Tidak sekali-kali Jibril datang kepadaku dalam bentuk apa pun melainkan aku mengenalnya kecuali dalam rupanya yang sekarang ini.
Kami telah menuturkan hadis ini berikut semua jalur periwayatan dan teks-teksnya di dalam awal Syarah Bukhari yang saya nukil dari kitab-kitab Sahih, kitab-kitab Hasan dan kitab-kitab Musnad.
وَلَمَّا سَأَلَهُ ذَلِكَ الْأَعْرَابِيُّ وَنَادَاهُ بِصَوْتٍ جَهْوَرِيٍّ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، قَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هاء عَلَى نَحْوٍ مِنْ صَوْتِهِ -قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَيْحَكَ إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ، فَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟ " قَالَ: مَا أَعْدَدْتُ لَهَا كَبِيرَ صَلَاةٍ وَلَا صِيَامٍ، وَلَكِنِّي أَحَبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ". فَمَا فَرِحَ الْمُسْلِمُونَ بِشَيْءٍ فَرَحَهُمْ بِهَذَا الْحَدِيثِ
Ketika lelaki Arab Badui itu bertanya kepada Nabi Saw. dengan suara yang lantang dan mengatakan, "Hai Muhammad!" Maka Nabi Saw. menjawabnya dengan nada suara yang sama, "Ya, ada apa?" Ia bertanya, "Hai Muhammad, bilakah hari kiamat itu terjadinya?" Maka Rasulullah saw. menjawabnya: Celakalah kamu, sesungguhnya hari kiamat itu pasti terjadi, lalu bekal apakah yang telah engkau siapkan untuk menghadapinya? Lelaki itu menjawab, "Saya tidak membuat bekal apa pun untuk menghadapinya, baik salat yang banyak maupun puasa. Tetapi saya hanya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya." Maka Rasulullah Saw. bersabda kepadanya: Seseorang itu (akan dihimpunkan) bersama orang yang dicintainya. Maka tiada suatu hal pun yang membuat kaum muslim merasa gembira lebih dari kegembiraan mereka ketika mendengar hadis ini.
Hadis ini mempunyai banyak jalur yang bermacam-macam di dalam kitab Sahihain dan kitab-kitab lainnya dari sejumlah sahabat, dari Rasulullah Saw. Bunyi hadisnya adalah seperti berikut:
"الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ"
Seseorang itu (akan dihimpunkan) bersama orang yang dicintainya.
Hadis ini berpredikat mutawatir menurut kebanyakan para huffaz yang mendalami hadis. Di dalam hadis ini terkandung pengertian bahwa Rasulullah Saw. apabila ditanya tentang sesuatu hal yang tidak perlu mereka ketahui, maka beliau Saw. memberinya petunjuk kepada sesuatu yang lebih penting daripada itu, yaitu membuat persiapan bekal untuk menyambut hari kiamat dan mempersiapkan diri sebelum kedatangannya, sekalipun mereka tidak mengetahui waktunya secara tepat.
Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنْ هِشَامٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَتِ الْأَعْرَابُ إِذَا قَدِمُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، سَأَلُوهُ عَنِ السَّاعَةِ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَنَظَرَ إِلَى أَحْدَثِ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ فَقَالَ: "إِنَّ يَعِشْ هَذَا لَمْ يُدْرِكْهُ الْهَرَمُ حَتَّى قَامَتْ عَلَيْكُمْ سَاعَتُكُمْ"
telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah dan Abu Kuraib; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usamah, dari Hisyam, dari ayahnya, dari Siti Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa orang-orang Badui apabila datang menghadap kepada Rasulullah Saw. sering menanyakan kepada Rasulullah Saw. tentang terjadinya hari kiamat. Maka Rasulullah Saw. memandang kepada seseorang yang paling muda di antara mereka, lalu bersabda: Jika orang ini tetap hidup, sebelum dia mengalami usia pikun, maka terjadilah atas kalian kiamat kalian.
Makna yang dimaksud ialah kematian mereka, yang mengantarkan mereka ke alam barzakh, lalu ke akhirat.
Kemudian Imam Muslim mengatakan:
وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا يُونُسَ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ؛ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ السَّاعَةِ، وَعِنْدَهُ غُلَامٌ مَنَّ الْأَنْصَارِ يُقَالُ لَهُ مُحَمَّدٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أن يَعِشْ هَذَا الْغُلَامُ فَعَسَى أَلَّا يُدْرِكَهُ الهَرَم حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ".
telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas, bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang hari kiamat. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Jika pemuda ini tetap hidup, mudah-mudahan sebelum ia mencapai usia pikun hari kiamat akan terjadi.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim secara munfarid. Imam Muslim mengatakan pula bahwa:
حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ الشَّاعِرِ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، حَدَّثَنَا مَعْبَدُ بْنُ هِلَالٍ الْعَنَزِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُنَيهة، ثُمَّ نَظَرَ إِلَى غُلَامٍ بَيْنَ يَدَيْهِ مِنْ أَزْدِ شَنُوءَةَ، فَقَالَ: "إِنَّ عُمِّرَ هَذَا لَمْ يُدْرِكْهُ الْهَرَمُ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ" -قَالَ أَنَسٌ: ذَلِكَ الْغُلَامُ مِنْ أَتْرَابِي
telah menceritakan kepadaku Hajjaj ibnu Asy Sya'ir, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Hilal Al-Masri, dari Anas ibnu Malik r.a., bahwa pernah seorang lelaki bertanya kepada Nabi Saw., "Bilakah hari kiamat terjadi?" Rasulullah Saw. diam sejenak, beliau memandang ke arah seorang pemuda yang ada di hadapannya dari kalangan Azd Syanuah, lalu bersabda: Jika pemuda ini berusia panjang, sebelum dia mencapai usia pikun hari kiamat akan terjadi. Anas ibnu Malik mengatakan, "Pemuda tersebut sebaya dengan usiaku."
Imam Muslim mengatakan pula bahwa:
حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: مَرَّ غُلَامٌ لِلْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ -وَكَانَ مَنْ أقراني -فقال للنبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ يُؤَخَّرْ هَذَا لم يدركه الهرم حتى تقوم الساعة"
telah menceritakan kepada kami Harun ibnu 'Abdullah, telah menceritakan kepada kami Affan ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas yang mengatakan bahwa seorang pemuda (pelayan) milik Al-Mugirah ibnu Syu'bah yang seusia denganku lewat, lalu Nabi Saw. bersabda: Jika pemuda ini berusia panjang, sebelum dia mengalami usia pikun kiamat akan terjadi.
Imam Bukhari telah meriwayatkannya di dalam Kitabul Adab, bagian dari kitab Sahih-nya: dari Amr ibnu Asim, dari Hammam, dari Yahya, dari Qatadah, dari Anas, bahwa seorang lelaki Badui bertanya, "Wahai Rasulullah, bilakah hari kiamat terjadi?" Lalu Imam Bukhari menuturkan hadis ini, dan pada akhirnya ia menyebutkan “Kemudian Lewatlah seorang pelayan milik Al-Mugirah ibnu Syu'bah," Hingga akhir hadis.
Pengertian mutlak yang terdapat di dalam riwayat-riwayat ini dapat diartikan kiamat secara khusus bagi yang bersangkutan, yakni pengertian yang terbatas, seperti pengertian yang terdapat di dalam hadis Siti Aisyah r.a.
قَالَ ابْنُ جُرَيْج: أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ: أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قبل أَنْ يَمُوتَ بِشَهْرٍ، قَالَ: "تَسْأَلُونِي عَنِ السَّاعَةِ، وَإِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ. وَأُقْسِمُ بِاللَّهِ مَا عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ الْيَوْمَ مِنْ نَفْسٍ مَنْفُوسَةٍ، تَأْتِي عَلَيْهَا مِائَةُ سَنَةٍ"
Ibnu Juraij mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abuz Zubair; dia pernah mendengar Jabir ibnu Abdullah mengatakan bahwa dia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda sebulan sebelum beliau wafat: Kalian sering bertanya kepadaku tentang hari kiamat, sesungguh­nya pengetahuan tentang hari kiamat hanya ada di sisi Allah Dan aku bersumpah dengan nama Allah, bahwa tiada seorang pun yang ada pada hari ini di muka bumi dapat tahan hidup bila telah datang kepadanya masa seratus tahun. (Riwayat Muslim)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan hal yang semisal, dari Ibnu Umar. Ibnu Umar mengatakan, "Sesungguhnya yang dimaksud oleh Rasulullah Saw. dengan ungkapan ini hanyalah surutnya generasi tersebut."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، أَنْبَأَنَا الْعَوَّامُ، عَنْ جَبَلَةَ بْنِ سُحَيْمٍ، عَنْ مُؤْثِرِ بْنِ عَفَازة عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَقِيتُ لَيْلَةَ أُسَرِيَ بِي إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى"، قَالَ:"فَتَذَاكَرُوا أَمْرَ السَّاعَةِ"، قَالَ: "فَرَدُّوا أَمْرَهُمْ إِلَى إِبْرَاهِيمَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: لَا عِلْمَ لِي بِهَا. فَرَدُّوا أَمْرَهُمْ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ: لَا عِلْمَ لِي بِهَا. فَرَدُّوا أَمْرَهُمْ إِلَى عِيسَى، فَقَالَ عِيسَى: أَمَّا وَجْبَتُهَا فَلَا يَعْلَمُ بِهَا أَحَدٌ إِلَّا اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، وَفِيمَا عَهِدَ إليَّ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَنَّ الدَّجَّالَ خَارِجٌ"، قَالَ: "وَمَعِي قَضِيبَانِ، فَإِذَا رَآنِي ذَابَ كَمَا يَذُوبُ الرَّصَاصُ"، قَالَ: "فَيُهْلِكُهُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، إِذَا رَآنِي، حَتَّى إِنَّ الْحَجَرَ وَالشَّجَرَ يَقُولُ: يَا مُسْلِمُ، إِنْ تَحْتِي كَافِرًا تَعَالَى فَاقْتُلْهُ". قَالَ: "فَيُهْلِكُهُمُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ يَرْجِعُ النَّاسُ إِلَى بِلَادِهِمْ وَأَوْطَانِهِمْ"، قَالَ: "فَعِنْدَ ذَلِكَ يَخْرُجُ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ، وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ، فَيَطَئُونَ بِلَادَهُمْ، لَا يَأْتُونَ عَلَى شَيْءٍ إِلَّا أَهْلَكُوهُ، وَلَا يَمُرُّونَ عَلَى مَاءٍ إِلَّا شَرِبُوهُ"، قَالَ: "ثُمَّ يَرْجِعُ النَّاسُ إليَّ فَيَشْكُونَهُمْ، فَأَدْعُو اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، عَلَيْهِمْ فَيُهْلِكُهُمْ وَيُمِيتُهُمْ، حَتَّى تَجْوَى الْأَرْضُ مِنْ نَتَنِ رِيحِهِمْ -أَيْ: تُنْتِن -" قَالَ: "فَيُنْزِلُ اللَّهُ الْمَطَرَ، فَيَجْتَرِفُ أَجْسَادَهُمْ حَتَّى يَقْذِفَهُمْ فِي  الْبَحْرِ".
قَالَ أَحْمَدُ: قَالَ يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ: ثُمَّ تُنْسَفُ الْجِبَالُ، وَتُمَدُّ الْأَرْضُ مَدَّ الْأَدِيمِ -ثُمَّ رَجَعَ إِلَى حَدِيثِ هُشَيْمٍ قَالَ: فَفِيمَا عَهِدَ إِلَيَّ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَنَّ ذَلِكَ إِذَا كَانَ كَذَلِكَ، فَإِنَّ السَّاعَةَ كَالْحَامِلِ الْمُتِمِّ لَا يَدْرِي أَهْلُهَا مَتَى تُفَاجِئُهُمْ بِوِلَادِهَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Al-Awam, dari Jabalah ibnu Suhaim, dari Muassir ibnu Afarah, dari Ibnu Mas'ud r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda, "Aku bersua dengan Ibrahim, Musa, dan Isa pada malam ketika aku menjalani Isra. Mereka sedang berbincang-bincang mengenai hari kiamat." Nabi Saw. melanjutkan sabdanya, "Lalu mereka mengembalikan perkara mereka kepada Ibrahim a.s. Maka Ibrahim a.s. menjawab, 'Saya tidak mempunyai pengetahuan tentang hari kiamat." Lalu mereka mengembalikan perkaranya kepada Musa, tetapi Musa menjawab, 'Saya tidak mempunyai pengetahuan tentang hari kiamat.' Kemudian mereka mengembalikan perkara tersebut kepada Isa, dan Isa mengatakan, 'Ingatlah, mangenai waktu terjadinya kiamat, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya selain Allah Swt. Dan menurut apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kepadaku, Dajjal akan muncul. Saat itu aku memegang dua buah tombak. Apabila Dajjal melihat diriku, maka leburlah dirinya sebagaimana leburnya timah." Nabi Saw. melanjutkan kisahnya, "Kemudian Allah membinasakan Dajjal manakala Dajjal melihatnya (Nabi lsa). Sehingga pepohonan dan bebatuan mengatakan, 'Hai orang muslim, sesungguhnya di bawahku bersembunyi orang kafir, maka kemarilah dan bunuhlah dia.' Lalu Allah membinasakan orang-orang kafir, kemudian orang-orang kembali ke kota dan negerinya masing-masing. Maka pada saat itulah muncul Yajuj dan Majuj, mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Lalu mereka menginjak negeri manusia, dan tidak sekali-kali mereka mendatangi sesuatu tempat melainkan mereka merusaknya. Tidak sekali-kali pula mereka melewati suatu mata air melainkan mereka meminumnya sampai habis hingga kering. Kemudian manusia kembali datang mengadu kepada Nabi lsa, maka Nabi lsa berdoa kepada Allah Swt. Lalu Allah membinasakan mereka dan mematikan mereka semua hingga burnt menjadi busuk karena bangkai mereka yang sangat banyak dan baunya yang sangat busuk. Kemudian Allah menurunkan hujan besar dan menghanyutkan jasad-jasad mereka, lalu banjir melemparkan bangkai mereka ke laut"
Imam Ahmad mengatakan bahwa Yazid ibnu Harun menceritakan bahwa setelah itu gunung-gunung hancur, dan bumi menjadi rata seperti hamparan permadani kulit. Kemudian Imam Ahmad kembali kepada hadis Hasyim yang menyebutkan, "Menurut apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kepadaku (Nabi lsa), bahwa apabila hal itu telah terjadi, maka sesungguhnya hari kiamat bagaikan seorang wanita hamil yang sudah masanya untuk melahirkan. Suaminya tidak mengetahui bilakah istrinya akan membuat kejutan baginya dengan kelahiran bayinya, apakah di siang hari ataukah di malam hari."
Ibnu Majah telah meriwayatkannya dari Bandar, dari Yazid ibnu Harun, dari Al-Awwam ibnu Hausyab berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal.
Para nabi yang telah disebutkan di atas adalah para nabi yang terkemuka dari kalangan Ulul 'Azmi, mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang waktu hari kiamat secara tepat. Mereka mengembalikan perkara mereka kepada Isa a.s., lalu Isa menjawab mereka dengan tanda-tandanya saja; hal ini tiada lain karena dia akan diturunkan di zaman terakhir dari umat Nabi Muhammad Saw. untuk melaksanakan syariat Nabi Muhammad Saw. dan membunuh Dajjal, dan Allah menjadikan kebinasaan Ya-juj dan Ma-juj berkat doa yang dipanjatkannya. Maka Nabi Isa hanya menceritakan apa yang telah diajarkan oleh Allah kepadanya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي بُكَيْر حَدَّثَنَا عُبيد اللَّهِ بْنُ إِيَادِ بْنِ لَقِيط قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يَذْكُرُ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ السَّاعَةِ فَقَالَ: "عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيها لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ، وَلَكِنْ سَأُخْبِرُكُمْ بِمَشَارِيطِهَا، وَمَا يَكُونُ بَيْنَ يَدَيْهَا: إِنَّ بَيْنَ يَدَيْهَا فِتْنَةً وَهَرْجًا"، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الْفِتْنَةُ قَدْ عَرَفْنَاهَا، فَالْهَرْجُ مَا هُوَ؟ قَالَ بِلِسَانِ الْحَبَشَةِ: "الْقَتْلُ". قَالَ وَيُلقَى بَيْنَ النَّاسِ التَّنَاكرُ، فَلَا يَكَادُ أَحَدٌ يَعْرِفُ أَحَدًا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Bukair, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ziyad ibnu Laqit yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari Huzaifah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai hari kiamat, maka beliau Saw. menjawab: Pengetahuan hari kiamat hanya ada di sisi Tuhanku, tidak ada yang mengetahui waktunya kecuali hanya Dia. Tetapi aku akan menceritakan kepada kalian tentang syarat-syarat (tanda-tandanya) dan hal-hal yang akan terjadi dekat sebelumnya. Sesungguhnya dekat sebelum hari kiamat akan terjadi fitnah dan haraj. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah mengenai fitnah telah kami ketahui maknanya, tetapi apakah yang dimaksud dengan harqj?” Rasulullah Saw. bersabda, "Haraj adalah bahasa Habsyah yang artinya pembunuhan.” Rasulullah Saw. melanjutkan sabdanya, "Dan ditimpakan kepada semua manusia rasa tanakur (saling mengingkari). Karena itu, hampir-hampir seseorang tidak mengenal temannya.
Tidak ada seorang pun dari Sittah yang meriwayatkan hadis ini melalui jalur ini.
Waki' mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Khalid, dari Tariq ibnu Syihab yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. terus-menerus teringat tentang masalah hari kiamat, sehingga turunlah firman Allah Swt. yang mengatakan: Mereka menanyakan kepadamu tentang hari kiamat, "Bilakah terjadinya?” (Al-A'raf: 187), hingga akhir ayat.
Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Isa ibnu Yunus, dari Ismail ibnu Abu Khalid dengan sanad yang sama. Sanad ini berpredikat jayyid (baik) lagi kuat.
Nabi yang ummi ini adalah penghulu para rasul dan pemungkasnya, yaitu Nabi Muhammad Saw. yang dikenal sebagai nabi pembawa rahmat, nabi tobat, panglima perang, juga dijuluki dengan nama Al- Aqib dan Al-Muqaffa serta Al-Hasyir yang kelak di hari kiamat semua manusia dihimpunkan di bawah kedua telapak kakinya, sekalipun sabdanya yang disebutkan di dalam kitab Sahih melalui hadis Anas, Sahl ibnu Sa'd mengatakan:
"بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ"
Aku diutus, sedangkan jarak antara aku dan hari kiamat seperti keduanya ini.
Hal ini diungkapkan oleh beltau Saw. seraya mengisyaratkan dengan kedua jarinya, yaitu telunjuk dan jempol. Walaupun demikian Allah memerintahkan kepadanya agar mengembalikan pengetahuan tentang terjadinya hari kiamat kepada Dia, jika beliau ditanya mengenainya. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ}
Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah disisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Al A’raf : 187)

Al-A'raf, ayat 188

{قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرًّا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (188) }

Katakanlah, "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman."

Allah memerintahkan Nabi Saw. agar mengembalikan semua urusan kepada-Nya, dan hendaklah Nabi Saw. menyampaikan bahwa dirinya tidak mengetahui perkara gaib di masa mendatang dan tidak sedikit pun mengetahui hal tersebut kecuali sebatas apa yang telah diperlihatkan oleh Allah kepada dirinya, seperti apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا
(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu. (Al-Jin: 26)
Allah Swt. berfirman:
{وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ}
Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya. (Al-A'raf: 188)
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari As-Sauri, dari Mansur, dari Mujahid sehubungan dengan makna Firman Allah tersebut, yaitu : Sekiranya aku mengetahui bilakah aku akan mati, niscaya aku akan mengamalkan amalan yang saleh.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abu Mujaih, dari Mujahid; dan Ibnu Juraij telah mengatakan hal yang sama. Tetapi pendapat ini masih perlu diperiksa kebenarannya, mengingat amal perbuatan Rasulullah Saw. bersifat terus-menerus.
Di dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. apabila mengerjakan suatu amal, maka beliau mengukuhkannya. Semua amal perbuatan Rasulullah Saw. bersifat terus-menerus, seakan-akan beliau melihat Allah Swt. dalam semua keadaannya; kecuali jika makna yang dimaksud ialah memberikan petunjuk kepada orang lain agar membuat bekal untuk hal tersebut.
Hal yang paling baik sehubungan dengan makna ayat berikut ini ialah apa yang telah diriwayatkan oleh Ad-Dahhak dari Ibnu Abbas: Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya. (Al-A'raf: 188) Yang dimaksud dengan kebajikan atau kebaikan di sini adalah harta benda. Menurut riwayat lain, sekiranya aku mengetahui jika aku membeli sesuatu yang tidak menguntungkan aku, niscaya aku tidak akan menjual sesuatu kecuali aku mendapat keuntungan dan aku tidak pernah tertimpa kemiskinan.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa ulama lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah' seandainya aku mengetahui hal yang gaib, niscaya aku akan. membuat perbekalan di musim subur untuk menghadapi musim paceklik; dan di saat harga sedang murah untuk menghadapi masa kemahalan, yaitu dengan membuat persiapan untuk menghadapinya selagi harga sedang murah'.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. (Al-A'raf: 188) Dengan kata lain, niscaya aku akan menjauhi marabahaya sebelum terjadinya dan aku akan menghindarinya sejak dini.
Kemudian Nabi Saw. menyampaikan bahwa dirinya hanyalah seorang pemberi peringatan dan pembawa berita gembira, yakni memberikan peringatan akan adanya siksa Allah serta menyampaikan berita gembira kepada orang-orang mukmin akan pahala surga. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain, yaitu:
{فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا}
Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97)

Al-A'raf, ayat 189-190

{هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (189) فَلَمَّا آتَاهُمَا صَالِحًا جَعَلا لَهُ شُرَكَاءَ فِيمَا آتَاهُمَا فَتَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (190) }

Dialah Yang menciptakan kalian dari diri yang satu, dan darinya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah Tuhannyaseraya berkata, "Sesung­guhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah termasuk orang-orang yang bersyukur." Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang saleh, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan Allah kepada keduanya itu. Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Allah Swt. mengingatkan, sesungguhnya Dia telah menciptakan semua umat manusia dari Adam a.s. Dia pulalah yang menciptakan istrinya —yaitu Hawa— dari dirinya, kemudian Allah menyebarkan manusia dari keduanya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ}
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan: dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. (Al-Hujurat: 13)
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا}
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan istrinya. (An-Nisa: 1)
Sedangkan dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا}
dan darinya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya (Al-A'raf: 189)
Maksudnya, agar dia cenderung dan merasa tenteram kepadanya, seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً}
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih dan sayang. (Ar-Rum: 21)
Tiada kecenderungan di antara dua jiwa yang melebihi kecenderungan antara sepasang suami istri. Karena itulah Allah menyebutkan bahwa seorang penyihir adakalanya menggunakan tipu muslihatnya untuk memisahkan antara seseorang dengan istrinya.
{فَلَمَّا تَغَشَّاهَا}
Maka setelah dicampurinya. (Al-A'raf: 189)
Yakni setelah si lelaki menyetubuhi istrinya.
{حَمَلَتْ حَمْلا خَفِيفًا}
istrinya itu mengandung kandungan yang ringan. (Al-A'raf: 189)
Keadaan itu terjadi pada permulaan masa hamil, dalam masa ini seorang wanita yang mengandung tidak merasakan sakit apa pun karena sesungguhnya kandungannya itu hanya berupa nutfah, lalu 'alaqah, kemudian segumpal daging.
Firman Allah Swt.:
{فَمَرَّتْ بِهِ}
dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). (Al-A'raf: 189)
Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah si istri menjalani masa hamilnya selama beberapa waktu. Telah diriwayatkan pula dari Al-Hasan dan Ibrahim An-Nakha'i serta As-Saddi hal yang semisal.
Maimun ibnu Mahran telah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa makna yang dimaksud ialah si wanita menjalani kandungannya dengan ringan selama beberapa waktu.
Ayyub mengatakan, "Aku pernah bertanya kepada Al-Hasan mengenai firman-Nya: dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). (Al-A'raf: 189) Al-Hasan menjawab.”Seandainya aku seorang ahli bahasa, tentu aku mengetahui apa makna yang dimaksud.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). (Al-A'raf: 189) Yakni hamilnya mulai jelas.
Menurut Ibnu Jarir makna ayat tersebut ialah benih suami telah tertanam di dalam rahim si istri, si istri bangun dan tidur dengan mengandungnya selama beberapa waktu.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah si istri terus-menerus mengalami perubahan, hingga ia merasa ragu apakah dirinya sedang hamil atau tidak.
{فَلَمَّا أَثْقَلَتْ}
Kemudian tatkala dia merasa berat. (Al-A'raf: 189)
Maksudnya, kandungannya sudah mulai terasa berat.
Menurut As-Saddi, makna yang dimaksud ialah janin yang ada di dalam kandungannya mulai membesar.
{دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا}
keduanya bermohon kepada Allah Tuhannyaseraya berkata, "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, (Al-A'raf: 189)
Yang dimaksud dengan pengertian kata 'saleh' dalam ayat ini ialah seorang manusia yang utuh. Demikianlah menurut Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas; Adam dan Hawa merasa takut bila anaknya lahir berupa hewan.
Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Abul Buhturi dan Abu Malik, bahwa keduanya merasa takut bila anak yang dikandungnya nanti bukan berupa manusia. Sedangkan menurut Al-Hasan Al-Basri, makna yang dimaksud ialah sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak laki-laki.
{لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ. فَلَمَّا آتَاهُمَا صَالِحًا جَعَلا لَهُ شُرَكَاءَ فِيمَا آتَاهُمَا فَتَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ}
tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur." Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang saleh, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan Allah kepada keduanya itu. Maka Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Al-A'raf: 189-190)
Sehubungan dengan makna ayat ini ulama tafsir telah menuturkan banyak asar dan hadis yang akan kami kemukakan berikut ini disertai keterangan hal-hal yang sahih darinya.
Imam Ahmad di dalam kitab Musnad-nya mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ سُمْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "وَلَمَّا وَلَدَتْ حَوَّاءُ طَافَ بِهَا إِبْلِيسُ -وَكَانَ لَا يَعِيشُ لَهَا وَلَدٌ -فَقَالَ: سَمِّيهِ عَبْدَ الْحَارِثِ؛ فَإِنَّهُ يَعِيشُ، فَسَمَّتْهُ عَبْدَ الْحَارِثِ، فَعَاشَ وَكَانَ ذلك من وحي الشَّيْطَانِ وَأَمْرِهِ".
telah menceritakan kepada kami Abdus Samad, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Al-Hasan, dari Samurah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Ketika Hawa melahirkan, iblis berputar-putar mengelilinginya, dan Hawa tidak pernah mempunyai anak yang tetap hidup. Lalu iblis berkata, "Namailah dia Abdul Haris. maka sesungguhnya dia akan hidup.” Lalu Hawa menamai anaknya Abdul Haris. dan ternyata anaknya tetap hidup. Hal tersebut berasal dari inspirasi dan perintah setan.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Muhammad ibnu Basysyar, dari Bandar, dari Abdus Samad ibnu Abdul Waris dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi telah meriwayatkannya di dalam kitab Tafsir-nya sehubungan dengan tafsir ayat ini, dari Muhammad ibnul Musanna, dari Abdus Samad dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan, "Hadis ini hasan garib. Kami tidak mengenalnya kecuali hanya melalui hadis Umar ibnu Ibrahim. Sebagian di antara mereka ada yang meriwayatkannya dari Abdus Samad tanpa me-rafa'-kannya." Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya telah meriwayatkannya melalui hadis Abdus Samad secara marfu'. Kemudian ia mengatakan bahwa hadis ini sahih sanadnya, tetapi keduanya (Bukhari dan Mus­lim) tidak mengetengahkannya. Imam Abu Muhammad ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya di dalam kitab Tafsir, dari Abu Zar'ah Ar-Razi, dari Hilal ibnu Fayyad, dari Umar ibnu Ibrahim dengan sanad yang sama secara marfu'. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih di dalam kitab Tafsir-nya melalui hadis Syaz ibnu Fayyad, dari Umar ibnu Ibrahim secara marfu'.
Menurut hemat kami, Syaz adalah Hilal itu sendiri, Syaz itu adalah nama julukannya. Tujuan utama dari pengetengahan jalur-jalur hadis ini untuk menunjukkan bahwa hadis ini ma'lul (ada celanya) dipandang dari tiga segi:
Pertama, Umar ibnu Ibrahim adalah seorang Basri. Ia dinilai siqah oleh Ibnu Mu'in, tetapi Abu Hatim Ar-Razi mengatakan bahwa Umar ibnu Ibrahim hadisnya tidak dapat dijadikan hujah. Tetapi Ibnu Murdawaih telah meriwayatkannya melalui hadis Al-Mu'tamir, dari ayahnya, dari Al-Hasan, dari Samurah secara marfu'.
Kedua, hal ini telah diriwayatkan pula dari perkataan Samurah sendiri dan tidak marfu' seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir, bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir, dari ayahnya; telah menceritakan kepada kami Bakr ibnu Abdullah, dari Sulaiman At-Taimi, dari Abul Ala ibnusy Syikhkhir, dari Samurah ibnu Jundub, bahwa Adam menamakan anaknya dengan nama Abdul Haris.
Ketiga, Al-Hasan sendiri menafsirkan ayat ini dengan tafsiran lain. Seandainya hadis ini ada padanya dari Samurah secara marfu', niscaya dia tidak akan menyimpang darinya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami Sahi ibnu Yusuf, dari Amr, dari Al-Hasan sehubungan dengan firman-Nya: maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan Allah kepada keduanya itu. (Al-A'raf: 190) Bahwa hal ini terjadi di kalangan sebagian pengikut agama-agama lain, bukan Adam.
Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Saur, dari Ma' mar yang mengatakan bahwa Al-Hasan mengartikannya 'keturunan anak Adam dan orang-orang yang musyrik dari kalangan mereka sesudah Adam tiada', yakni makna firman-Nya: maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan Allah kepada keduanya itu. (Al-A'raf: 190)
Ibnu Jarir pun mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah yang mengatakan, "Dahulu Al-Hasan sering mengatakan bahwa yang dimaksud dengan mereka yang disebutkan dalam ayat ini adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani. Allah memberi mereka anak-anak, lalu mereka menjadikannya sebagai orang Yahudi dan orang Nasrani.”
Semua sanad yang telah disebutkan di atas berpredikat sahih dari Al-Hasan, bahwa dia menafsirkan ayat ini dengan tafsiran tersebut. Tafsir yang dikemukakannya ini adalah yang terbaik untuk makna ayat ini. Seandainya hadis ini dinilai olehnya benar-benar dari Rasulullah Saw., niscaya Al-Hasan tidak mempunyai penafsiran yang menyimpang darinya, baik dia sendiri ataupun ulama lainnya; terlebih lagi bila mengingat takwa dan tingkatan wara'-nya. Hal ini menunjukkan bahwa hadis ini mauquf hanya, sampai kepada seorang sahabat. Tetapi dapat pula diinterpretasikan bahwa Al-Hasan Al-Basri menerimanya dari sebagian Ahli Kitab yang telah beriman, seperti Ka'b atau Wahb ibnu Munabbih dan lain-lainnya, seperti yang akan kami jelaskan kemudian. Pada prinsipnya kami berlepas diri dari penilaian marfu' terhadap hadis ini.
Adapun mengenai asar-asar, antara lain diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar, dari Daud ibnul Husain, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Hawa melahirkan banyak anak untuk Adam, lalu Adam menamakan mereka dengan nama depan Abdu, kemudian di-Mudaf-kan kepada lafaz Allah, antara lain Abdullah dan Ubaidillah serta nama-nama lainnya yang semisal, tetapi ternyata mereka mati. Kemudian datanglah iblis kepada keduanya, lalu berkata, "Sesungguhnya jika kamu berdua menamakan anakmu bukan dengan nama yang biasa kamu pakai, niscaya anakmu akan hidup." Selang beberapa lama Hawa melahirkan anak lagi untuk Adam, yaitu anak laki-laki. Maka Adam menamainya Abdul Haris. Hal inilah yang dikisahkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya: Dialah Yang menciptakan kalian dari diri yang satu (Al-A’raf: 189) Sampai dengan firman-Nya: maka keduanya menjadi sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan Allah kepada keduanya ituu. (Al-A'raf: 190) hingga akhir ayat.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas firman-Nya sehubungan dengan Adam: Dialah yang menciptakan kalian dari diri yang satu (Al A’raf :189) sampai dengan firman-Nya: dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). (Al-A'raf: 189) Yakni Hawa merasa ragu apakah dirinya mengandung atau tidak. Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya bermohon kepada Allah Tuhannyaseraya berkata, "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur. (Al-A'raf: 189) Kemudian setan datang kepada keduanya dan mengatakan, "Tahukah kamu apakah yang akan dilahirkan bagi kamu berdua, atau tahukah kamu apa yang akan bakal lahir, berupa hewan ataukah bukan?" Setan membisikkan kepada keduanya hal yang batil, sesungguhnya setan itu penyesat yang nyata. Sebelum itu Hawa melahirkan dua orang anak, lalu keduanya mati, maka setan berkata kepada keduanya (Adam dan Hawa), "Sesungguhnya kamu berdua jika tidak menamai anakmu bukan dengan namaku, niscaya dia akan keluar (lahir) dalam keadaan tidak sempurna, dan ia akan mati, sama dengan saudaranya yang terdahulu." Maka keduanya menamai anaknya dengan nama Abdul Haris. Yang demikian itulah hal yang disebutkan oleh firman Allah Swt.: Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang saleh, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan Allah kepada keduanya itu. (Al-A'raf: 190)
Abdullah ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Syarik, dari Khasif, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:   Tatkala Allah members kepada keduanya seorang anak yang saleh, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah diamtgerahkan Allah kepada keduanya itu. (Al-A'raf: 190); Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah Swt. telah berfirman: Dialah Yang menciptakan kalian dari diri yang satu dan darinya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya (Al-A'raf: 189) Yakni Adam telah mencampurinya. istrinya itu mengandung. (Al-A'raf: 189) Kemudian iblis datang kepada keduanya dan mengatakan, "Sesungguhnya aku adalah teman kamu berdua yang telah menyebabkan kamu berdua dikeluarkan dari surga, agar kamu berdua taat kepadaku atau aku akan menjadikan dua tanduk menjangan buat bayi yang ada dalam kandunganmu, lalu bayi itu akan keluar dari perutmu dengan membelah-nya." Iblis mengatakan bahwa ia akan melakukan anu dan anu seraya mengancam keduanya,'akhirnya keduanya menamai anaknya dengan nama Abdul Haris. Adam dan Hawa membangkang, tidak mau menuruti kata-kata ibiis, maka anaknya lahir dalam keadaan mati. Kemudian Hawa mengandung untuk kedua kalinya, dan iblis datang lagi kepadanya, lalu berkata, "Sesungguhnya aku adalah teman kamu berdua yang telah melakukan anu dan anu, maka sesungguhnya kamu harus melakukan anu dan anu atau aku akan melakukan anu dan anu," seraya menakut-nakuti keduanya. Keduanya menolak, tidak mau taat kepada iblis, akhirnya anak keduanya lahir dalam keadaan mati. Kemudian Hawa mengandung lagi untuk ketiga kalinya, dan iblis datang kepada keduanya, lalu mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya. Karena keduanya ingin mempunyai anak, akhirnya keduanya menamakan anaknya dengan nama Abdul Haris (nama yang disarankan iblis). Hal itu disebutkan oleh firman-Nya: maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan Allah kepada keduanya itu. (Al-A'raf: 190)
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Asar ini telah diterima dari Ibnu Abbas oleh sejumlah murid-muridnya, seperti Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan Ikrimah. Sedangkan dari kalangan generasi berikutnya ialah Qatadah dan As-Saddi serta lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf dan sejumlah ulama Khalaf; dari kalangan ulama tafsir banyak sekali yang meriwayatkan asar ini. Seakan-akan asar ini —hanya Allah yang lebih mengetahui— dikutip dari kaum Ahli Kitab, mengingat Ibnu Abbas meriwayatkannya dari Ubay ibnu Ka'b.
Hal ini seperti apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Jamahir, telah menceritakan kepada kami Sa’id yakni Ibnu Basyir, dari Uqbah, dari Qatadah, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa ketika Hawa mengandung, setan datang kepadanya dan berkata, "Maukah engkau menuruti nasihatku? Maka aku jamin anakmu lahir dengan selamat. Namailah anakmu Abdul Haris." Tetapi Hawa tidak melaksanakannya. Maka ketika ia melahirkan, anaknya itu meninggal dunia. Kemudian Hawa mengandung untuk kedua kalinya, dan setan mengatakan kepadanya perkataan yang sama, tetapi Hawa tidak melakukannya. Kemudian Hawa mengandung lagi untuk yang ketiga kalinya, setan datang lagi dan mengatakan, ""Jika engkau menaatiku, niscaya anakmu selamat; jika tidak, maka kelak anakmu lahir berupa hewan." Akhirnya keduanya merasa takut, dan keduanya menaati saran setan (iblis).
Asar-asar yang telah disebutkan di atas —hanya Allah yang lebih mengetahui-merupakan kisah-kisah Ahli Kitab. Di dalam sebuah hadis sahih dari Rasulullah Saw. disebutkan bahwa beliau Saw. pernah bersabda:
"إِذَا حَدَّثكم أَهْلُ الْكِتَابِ فَلَا تُصَدِّقُوهُمْ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ"
Apabila Ahli Kitab bercerita kepada kalian, maka janganlah kalian membenarkan mereka, jangan pula kalian mendustakan mereka.
Kemudian kisah-kisah mereka terbagi menjadi tiga bagian, di antaranya ada kisah-kisah yang telah kita ketahui kebenarannya melalui apa yang ditunjukkan oleh dalil dari Kitabullah atau dari Sunnah Rasul Saw. Ada kisah yang telah kita ketahui kedustaannya melalui dalil dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw. yang bersikap berbeda dengannya. Adapula yang tidak dibicarakan oleh Kitabullah dan Sunnah Rasul. Maka jenis kisah ini dibolehkan meriwayatkannya, karena ada sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"حَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرج"
Berceritalah dari kaum Bani Israil, tidak mengapa.
Jenis kisah inilah yang tidak dibenarkan, tidak pula didustakan, karena ada sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"فَلَا تُصَدِّقُوهُمْ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ"
Maka janganlah kalian membenarkan mereka, jangan pula kalian mendustakan mereka
Kisah yang telah disebutkan di atas dapat dikatakan termasuk ke dalam bagian yang kedua, dapat pula dikatakan termasuk ke dalam bagian yang ketiga; tetapi anggapan bagian yang ketiga masih memerlukan pertimbangan. Dengan kata lain, jika kisah itu datangnya dari seorang sahabat atau seorang tabi'in, maka dikategorikan ke dalam bagian yang ketiga.
Kami pribadi lebih cenderung mengikuti pendapat yang dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri. Sehubungan dengan takwil ayat ini ia mengatakan makna yang dimaksud dari konteks ayat ini adalah bukan menyangkut Adam dan Hawa, melainkan berkenaan dengan orang-orang musyrik dari kalangan keturunannya. Karena itulah Allah Swt. berfirman pada penghujung ayat ini. yaitu:
{فَتَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ}
Maka Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Al-A'raf: 190)
Selanjutnya Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa sebutan Adam dan Hawa pada permulaan merupakan pendahuluan yang mengawali perihal kedua orang tua yang akan disebutkan sesudahnya. Ungkapan seperti ini sama dengan kelanjutan sebutan seseorang dengan menyebutkan jenis atau predikatnya. Sama halnya dengan pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّماءَ الدُّنْيا بِمَصابِيحَ
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang. (Al-Mulk: 5), hingga akhir ayat.
Telah kita maklumi pula bahwa pelita-pelita tersebut —yakni bintang-bintang yang dijadikan sebagai hiasan langit— bukanlah merupakan sesuatu sarana untuk melempar. Sesungguhnya ungkapan ini merupakan kelanjutan dari penyebutan bintang-bintang, yaitu dengan beralih kepada penyebutan jenisnya. Hai seperti ini banyak didapat di dalam Al-Qur'an.

No comments

Tafsir Jalalain

Tafsir Ibnu Katsir

Back to top