004. Surat An-Nisa Ayat 136 - 137 - 138 - 139 - 140 - 141 - 142 - 143 - 144 - 145 - 146 - 147 - Tafsir Ibnu Katsir - Muslim Notebook
Terjemah Tafsir Ibnu Katsir Al-Quran Surat Ke-4 An-Nisa Ayat 136 - 137 - 138 - 139 - 140 - 141 - 142 - 143 - 144 - 145 - 146 - 147 - Tentang Kejelekan Orang Munafik - Muslim Notebook
An-Nisa, ayat 136
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتابِ الَّذِي
نَزَّلَ عَلى رَسُولِهِ وَالْكِتابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ
بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ
ضَلالاً بَعِيدًا (136)
(136) Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada
Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk
mengamalkan semua syariat iman dan cabang-cabangnya, rukun-rukunnya serta semua
penyanggahnya. Tetapi hal ini bukan termasuk ke dalam pengertian perintah yang
menganjurkan untuk merealisasikan hal tersebut, melainkan termasuk ke dalam Bab
"Menyempurnakan Hal yang Telah Sempurna, Mengukuhkannya, dan Melestarikannya".
Perihalnya sama dengan apa yang diucapkan oleh seorang mukmin dalam setiap
salatnya, yaitu bacaan firman-Nya:
اهْدِنَا
الصِّراطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami ke jalan yang lurus. (Al-Fatihah: 6)
Dengan kata lain, terangilah kami ke jalan yang lurus, dan tambahkanlah
kepada kami hidayah serta mantapkanlah kami di jalan yang lurus. Allah Swt.
memerintahkan kepada mereka untuk beriman kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya,
seperti pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berimanlah
kepada Rasul-Nya. (Al-Hadid: 28)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَالْكِتَابِ
الَّذِي نزلَ عَلَى رَسُولِهِ}
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya. (An-Nisa: 136)
Yakni Al-Qur'an.
{وَالْكِتَابِ
الَّذِي أَنزلَ مِنْ قَبْلُ}
serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. (An-Nisa: 136)
Makna yang dimaksud ialah semua jenis kitab yang terdahulu. Sedangkan
mengenai kitab Al-Qur'an, hal ini diungkapkan dengan memakai lafaz
nazzala, karena Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur lagi
terpisah-pisah disesuaikan dengan kejadian-kejadiannya menurut apa yang
diperlukan oleh semua hamba dalam kehidupan di dunia dan kehidupan akhirat
mereka. Adapun kitab-kitab terdahulu, maka semuanya diturunkan sekaligus. Karena
itulah dalam ayat ini disebutkan:
{وَالْكِتَابِ
الَّذِي أَنزلَ مِنْ قَبْلُ}
serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. (An-Nisa: 136)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَمَنْ
يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا}
Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu
telah sesat sejauh-jauhnya. (An-Nisa: 136)
Dia telah keluar dari jalan hidayah dan jauh dari jalan yang benar dengan
kejauhan yang sangat.
An-Nisa, ayat 137-140
إِنَّ
الَّذِينَ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا ثُمَّ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا ثُمَّ ازْدادُوا
كُفْرًا لَمْ يَكُنِ اللَّهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلا لِيَهْدِيَهُمْ سَبِيلاً (137)
بَشِّرِ الْمُنافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذابًا أَلِيماً (138) الَّذِينَ
يَتَّخِذُونَ الْكافِرِينَ أَوْلِياءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ
عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا (139) وَقَدْ نَزَّلَ
عَلَيْكُمْ فِي الْكِتابِ أَنْ إِذا سَمِعْتُمْ آياتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِها
وَيُسْتَهْزَأُ بِها فَلا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ
غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذاً مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جامِعُ الْمُنافِقِينَ
وَالْكافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعاً (140)
(137) Sesungguhnya orang-orang yang beriman, kemudian
kafir, kemudian beriman (pula), kemudian kafir lagi, kemudian bertambah
kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka,
dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.
(138) Kabarkanlah kepada
orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih,
(139) (yaitu)
orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang
kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.
(140) Dan sungguh Allah
telah menurunkan kepada kalian di dalam Al-Qur'an, bahwa apabila kalian
mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang
kafir), maka janganlah kalian duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki
pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kalian berbuat demikian),
tentulah kalian serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua
orang munafik dan orang kafir di dalam Jahannam.
Allah Swt. menceritakan perihal orang yang beriman, lalu ia kafir, kemudian
kembali beriman lagi; dan terakhir ia kafir, lalu berkelanjutan dalam
kesesatannya dan makin bertambah hingga mati. Maka sesungguhnya tiada tobat
baginya sesudah mati, dan Allah tidak akan memberikan ampunan baginya, juga
tidak akan menjadikan baginya sesuatu yang dapat menuntunnya ke arah hidayah.
Karena itulah disebutkan melalui firman-Nya:
{لَمْ
يَكُنِ اللَّهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلا لِيَهْدِيَهُمْ سَبِيلا}
maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka dan tidak
(pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus. (An-Nisa: 137)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdah, telah menceritakan kepada kami Hafs
ibnu Jami', dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
firman-Nya: kemudian bertambah kekafirannya. (An-Nisa: 137) Bahwa makna
yang dimaksud ialah mereka berkepanjangan di dalam kekafirannya hingga mati. Hal
yang sama dikatakan oleh Mujahid.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui jalur Jabir Al-Ma'la, dari Amir
Asy-Sya'bi, dari Ali r.a., bahwa ia pernah mengatakan, "Orang yang murtad
disuruh bertobat sebanyak tiga kali." Kemudian ia membacakan firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, kemudian kafir, kemudian beriman
(pula), kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali
Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki
mereka kepada jalan yang lurus. (An-Nisa: 137)
*******************
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
بَشِّرِ
الْمُنافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذاباً أَلِيماً
Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksa
yang pedih. (An-Nisa: 138)
Bahwa orang-orang munafik itu adalah yang mempunyai sifat demikian, karena
sesungguhnya pada mulanya mereka beriman, kemudian kafir, lalu hati mereka
dikunci mati. Kemudian Allah menyebutkan sifat mereka yang lain, bahwa mereka
mengambil orang-orang kafir sebagai pemimpin mereka selain orang-orang mukmin.
Dengan kata lain, mereka pada hakikatnya berpihak kepada orang-orang kafir dan
menyembunyikan rasa cinta mereka kepada orang-orang kafir. Apabila mereka
kembali kepada orang-orang kafir, mereka mengatakan, "Sesungguhnya kami
sependirian dengan kalian, kami hanyalah berolok-olok," yakni terhadap
orang-orang mukmin dengan menampakkan sikap sependirian dengan mereka secara
lahiriah.
Allah Swt. mengingkari sepak terjang mereka yang berpihak kepada orang-orang
kafir, yang hal ini diungkapkan oleh firman-Nya:
{أَيَبْتَغُونَ
عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ}
Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? (An-Nisa:
139)
Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa kekuatan itu seluruhnya hanyalah
milik Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan Dia memberikannya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dalam ayat yang lain disebutkan hal yang semakna, yaitu:
مَنْ
كانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعاً
Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah
kemuliaan itu semuanya. (Fathir: 10)
Firman Allah Swt. yang mengatakan:
وَلِلَّهِ
الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلكِنَّ الْمُنافِقِينَ لَا
يَعْلَمُونَ
Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi
orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.
(Al-Munafiqun: 8)
Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah menggerakkan hati mereka untuk
mencari kekuatan (kemuliaan) di sisi Allah, beribadah kepada-Nya dengan ikhlas,
dan menggabungkan diri ke dalam barisan hamba-hamba-Nya yang beriman, karena
hanya merekalah yang mendapat pertolongan di dalam kehidupan dunia ini dan di
hari semua saksi dibangkitkan (hari kiamat).
Kiranya sesuai bila dalam pembahasan ini kami ketengahkan sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ حُمَيْد
الْكِنْدِيِّ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ نُسَيِّ، عَنْ أَبِي رَيْحَانَةَ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنِ انْتَسَبَ إِلَى
تِسْعَةِ آبَاءٍ كُفَّارٍ، يُرِيدُ بِهِمْ عِزًّا وَفَخْرًا، فَهُوَ عَاشِرُهُمْ
فِي النَّارِ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, Abu
Bakar ibnu Ayyasy, dari Humaid Al-Kindi, dari Ubadah ibnu Nissi, dari Abu
Raihanah, bahwa Nabi Saw. telah bersabda: Barang siapa yang menyebutkan
nasabnya sampai kepada sembilan orang kakek moyangnya yang semuanya kafir dengan
maksud memuliakan diri dengan mereka dan berbangga diri dengan mereka, maka dia
akan menemani mereka di dalam neraka.
Hadis ini diriwayatkan secara munfarid (menyendiri) oleh Imam Ahmad.
Abu Raihanah yang disebut di dalam sanadnya adalah seorang dari kabilah Azd.
Menurut pendapat yang lain, dia adalah seorang Ansar, nama aslinya ialah
Syam'un. Demikianlah menurut Imam Bukhari. Sedangkan menurut yang lainnya, nama
aslinya adalah Sam'un.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَقَدْ
نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتابِ أَنْ إِذا سَمِعْتُمْ آياتِ اللَّهِ يُكْفَرُ
بِها وَيُسْتَهْزَأُ بِها فَلا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ
غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذاً مِثْلُهُمْ
Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kalian di dalam Al-Qur'an bahwa
apabila kalian mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh
orang-orang kafir), maka janganlah kalian duduk beserta mereka, sehingga mereka
memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kalian berbuat
demikian) tentulah kalian serupa dengan mereka. (An-Nisa: 140)
Sesungguhnya jika kalian melakukan hal yang terlarang sesudah larangan sampai
kepada kalian, dan kalian rela duduk bersama-sama mereka di tempat yang padanya
diingkari ayat-ayat Allah, diperolok-olokkan serta dikecam dengan pedas, lalu
kalian menyetujui hal tersebut, berarti sesungguhnya kalian berserikat dan
bersekongkol dengan mereka dalam hal itu.
Karena itulah dinyatakan oleh firman-Nya:
{إِنَّكُمْ
إِذًا مِثْلُهُمْ}
tentulah kalian serupa dengan mereka. (An-Nisa: 140)
Yakni dalam hal dosa, seperti yang disebut di dalam sebuah hadis:
«مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، فَلَا يَجْلِسْ عَلَى مَائِدَةٍ
يُدَارُ عَلَيْهَا الْخَمْرُ»
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka janganlah
ia duduk di dalam sebuah hidangan yang disediakan padanya minuman khamr.
Larangan mengenai hal tersebut yang ada dalam ayat ini, cara menanggulanginya
disebutkan di dalam ayat surat Al-An'am melalui firman-Nya:
وَإِذا
رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آياتِنا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ
Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami,
maka tinggalkanlah mereka. (Al-An'am: 68), hingga akhir ayat.
Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa ayat surat Al-An'am ini menasakh
firman-Nya: tentulah kalian serupa dengan mereka. (An-Nisa: 140) Karena
ada dalil firman Allah yang mengatakan:
وَما
عَلَى الَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنْ حِسابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَلكِنْ ذِكْرى
لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikit pun atas orang-orang yang
memelihara dirinya terhadap dosa mereka (yang memperolok-olokkan ayat-ayat
Allah); tetapi (kewajibannya ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa.
(Al-An'am: 69)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
إِنَّ
اللَّهَ جامِعُ الْمُنافِقِينَ وَالْكافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ
جَمِيعاً
Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan
orang-orang kafir di dalam Jahannam. (An-Nisa: 140)
Maksudnya, sebagaimana orang-orang munafik itu bersekutu dengan orang-orang
kafir dalam kekufuran, maka Allah pun menghimpun di antara mereka dalam
kekekalan di neraka Jahannam untuk selama-lamanya, dan Dia mengumpulkan mereka
semua di dalam rumah siksaan dan pembalasan dengan belenggu dan rantai yang
mengikat mereka serta minuman air yang mendidih —bukan air yang tawar— dan
makanan berupa darah dan nanah.
An-Nisa, ayat 141
الَّذِينَ
يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قالُوا أَلَمْ
نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كانَ لِلْكافِرِينَ نَصِيبٌ قالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ
عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ
يَوْمَ الْقِيامَةِ وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
سَبِيلًا (141)
(141) (yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu
(peristiwa) yang akan terjadi pada diri kalian (hai orang-orang mukmin). Maka
jika terjadi bagi kalian kemenangan dari Allah mereka berkata, "Bukankah kami
(turut berperang) beserta kalian?" Dan jika orang-orang kafir mendapat
keberuntungan (kemenangan) mereka berkata, "Bukankah kami turut memenangkan
kalian, dan membela kalian dari orang-orang yang beriman?" Maka Allah akan
memberi keputusan di antara kalian di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak
akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang
beriman.
Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang munafik, bahwa mereka selalu
mengintai kehancuran bagi orang-orang mukmin di setiap saatnya. Dengan kata
lain, mereka selalu menunggu-nunggu kehancuran kekuasaan orang-orang mukmin dan
kemenangan orang-orang kafir atas mereka, hingga agama orang-orang mukmin
lenyap.
{فَإِنْ
كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ}
Maka jika terjadi bagi kalian kemenangan dari Allah. (An-Nisa: 141)
Yaitu pertolongan, dukungan, keberuntungan, dan ganimah dari Allah.
{قَالُوا
أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ}
mereka berkata, "Bukankah kami (turut berperang) beserta kalian?"
(An-Nisa: 141)
Yaitu menjilat kepada orang-orang mukmin dengan kata-kata tersebut.
{وَإِنْ
كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ}
Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan).
(An-Nisa: 141)
Adakalanya orang-orang kafir itu memperoleh kemenangan atas orang-orang
mukmin, seperti yang terjadi dalam Perang Uhud. Karena sesungguhnya para rasul
itu pasti mendapat cobaan, tetapi pada akhirnya para rasul beroleh kemenangan
dan akibat yang terpuji.
{قَالُوا
أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ}
mereka berkata, "Bukankah kami turut memenangkan kalian, dan membela
kalian dari orang-orang yang beriman?" (An-Nisa: 141)
Artinya, kami telah membantu kalian secara rahasia, dan tiada henti-hentinya
kami tipu dan kami perdayai mereka sehingga kalian menang atas mereka.
As-Saddi mengatakan bahwa makna firman-Nya: kami turut memenangkan
kalian. (An-Nisa: 141) Yakni kami ikut andil dalam memenangkan kalian.
Perihalnya sama dengan lafaz istahwaz yang ada di dalam firman-Nya:
اسْتَحْوَذَ
عَلَيْهِمُ الشَّيْطانُ
Setan telah menguasai mereka. (Al-Mujadilah: 19)
Ungkapan ini merupakan sikap jilatan orang-orang munafik kepada orang-orang
kafir untuk mendapat simpati dari mereka, dan beroleh kedudukan di kalangan
mereka serta tipu muslihat yang mereka gunakan terlindungi, untuk itulah mereka
bersikap menjilat ke sana dan kemari. Sikap seperti ini tiada lain karena
lemahnya iman mereka dan tidak punya pendirian.
*******************
Firman Allah Swt.:
فَاللَّهُ
يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيامَةِ
Maka Allah akan memberi keputusan di antara kalian di hari kiamat.
(An-Nisa: 141)
Dengan pengetahuan Allah mengenai diri kalian, hai orang-orang munafik,
menyangkut batin kalian yang kotor itu. Karena itu, janganlah kalian teperdaya
dengan berlakunya hukum-hukum syariat atas diri kalian secara lahiriah dalam
kehidupan dunia ini. Allah Swt. sengaja memberlakukan demikian karena mengandung
hikmah yang hanya Dia sajalah yang mengetahuinya. Tetapi di hari kiamat kelak
tidak akan bermanfaat lahiriah kalian itu, bahkan pada hari itu semua rahasia
akan terungkap dan semua yang terpendam di dalam dada akan diutarakan.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلَنْ
يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
dan sekali-kali Allah tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir
untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. (An-Nisa: 141)
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami As-Sauri, dari
Al-A'masy, dari Zar, dari Subai' Al-Kindi yang menceritakan bahwa ada seorang
lelaki datang kepada Ali ibnu Abu Talib, lalu ia bertanya kepada Ali r.a.
mengenai makna ayat ini, yaitu firman-Nya: dan Allah sekali-kali tidak akan
memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang
beriman. (An-Nisa: 141) Maka Ali r.a. berkata, "Mendekatlah kepadaku! Allah
kelak akan memberi keputusan di antara kalian di hari kiamat, dan Allah
sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk
memusnahkan orang-orang yang beriman."
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Juraij, dari Ata Al-Khurrasani, dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Allah sekali-kali tidak
akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang
beriman. (An-Nisa: 141) Dapat pula diinterpretasikan bahwa makna yang
dimaksud dengan ayat ini, kejadiannya ialah di hari kiamat nanti.
Hal yang sama diriwayatkan oleh As-Saddi dari Abu Malik Al-Asyja'i, bahwa
makna yang dimaksud adalah kejadiannya nanti pada hari kiamat.
Menurut As-Saddi, makna firman-Nya, "Sabilan," ialah hujah.
Dapat pula diinterpretasikan makna yang terkandung di dalam ayat ini, yaitu
firman-Nya: dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang
kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. (An-Nisa: 141) Yakni di
dunia, misalnya orang-orang kafir itu dapat menguasai mereka dan memusnahkan
mereka secara keseluruhan. Hal ini tidak akan terjadi, sekalipun pada sebagian
waktu orang-orang kafir adakalanya beroleh kemenangan atas orang lain. Akan
tetapi, pada akhirnya akibat yang terpuji di dunia dan akhirat hanyalah
diperoleh oleh orang-orang yang bertakwa. Seperti yang disebutkan oleh Allah
Swt. melalui ayat lain, yaitu firman-Nya:
إِنَّا
لَنَنْصُرُ رُسُلَنا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَياةِ الدُّنْيا
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman
dalam kehidupan dunia. (Al-Mumin: 51), hingga akhir ayat.
Dengan demikian, berarti hal ini merupakan sanggahan terhadap orang-orang
munafik yang mencita-citakan hal tersebut dan mengharap-harapkannya serta mereka
tunggu-tunggu agar kekuasaan kaum mukmin lenyap. Juga membantah sikap mereka
yang menjilat kepada orang-orang kafir karena takut diri mereka terancam oleh
orang-orang kafir; jika mereka membantu orang-orang mukmin, nanti orang-orang
kafir akan memusnahkan mereka. Seperti yang dijelaskan oleh Allah Swt. melalui
firman-Nya:
عَلَى
أَنْفُسِهِمْ مِنْهُمْ إِذَا هُمْ ظَهَرُوا عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
فَاسْتَأْصَلُوهُمْ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ
مَرَضٌ يُسارِعُونَ فِيهِمْ- إلى قوله- نادِمِينَ
Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya
(orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani).
(Al-Maidah: 52) sampai dengan firman-Nya: mereka menjadi menyesal.
(Al-Maidah: 52)
Pada umumnya ulama menarik kesimpulan dalil dari ayat ini menurut pendapat
yang paling sahih di antara dua pendapat yang ada, bahwa dilarang menjual budak
yang muslim kepada orang-orang kafir. Karena menjual budak itu kepada mereka
berarti menyetujui penguasaan mereka terhadap diri budak yang muslim, juga
berarti menghinakan-nya. Orang yang mengatakan jual beli itu sah, diperintahkan
kepadanya agar melucuti hak miliknya dari budak yang dimilikinya dengan
seketika.
Karena Allah Swt. telah berfirman:
{وَلَنْ
يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلا}
dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir
untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. (An-Nisa: 141)
An-Nisa, ayat 142-143
إِنَّ
الْمُنافِقِينَ يُخادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خادِعُهُمْ وَإِذا قامُوا إِلَى
الصَّلاةِ قامُوا كُسالى يُراؤُنَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلاَّ
قَلِيلًا (142) مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذلِكَ لَا إِلى هؤُلاءِ وَلا إِلى هؤُلاءِ
وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلًا (143)
(142) Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu
Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk
salat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di
hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.
(143) Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir); tidak
masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan
itu (orang-orang kafir). Barang siapa yang disesatkan Allah, maka kamu
sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk)
baginya.
Dalam permulaan surat Al-Baqarah disebutkan melalui firman-Nya:
{يُخَادِعُونَ
اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا}
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman. (Al-Baqarah:
9)
Sedangkan dalam surat ini Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ}
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas
tipuan mereka. (An-Nisa: 142)
Tidak diragukan lagi bahwa Allah Swt. itu tidak dapat tertipu, karena
sesungguhnya Allah mengetahui semua rahasia dan semua yang terkandung di dalam
hati, tetapi orang-orang munafik itu —karena kebodohan dan minimnya pengetahuan
serta wawasan mereka— akhirnya menduga bahwa perkara mereka adalah seperti yang
terlihat oleh manusia dan pemberlakuan hukum-hukum syariat atas diri mereka
secara lahiriahnya dan di akhirat pun perkara mereka akan seperti itu juga.
Perkara mereka di sisi Allah adalah seperti apa yang diberlakukan terhadap
mereka di dunia.
Allah Swt. menceritakan perihal mereka, bahwa di hari kiamat kelak mereka
berani bersumpah kepada Allah bahwa diri mereka berada dalam jalan yang lurus
dan benar, dan mereka menduga bahwa hal tersebut memberi manfaat kepada mereka.
Sebagaimana yang di-sebutkan oleh firman-Nya:
يَوْمَ
يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعاً فَيَحْلِفُونَ لَهُ كَما يَحْلِفُونَ
لَكُمْ
(Ingatlah) hari (ketika) mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu mereka
bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka
bersumpah kepada kalian. (Al-Mujadilah: 18), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَهُوَ
خَادِعُهُمْ}
dan Allah membalas tipuan mereka. (An-Nisa: 142)
Artinya, Allah menyeret mereka secara perlahan-lahan ke dalam kesesatan dan
keangkaramurkaan, membutakan mereka dari perkara yang hak dan untuk sampai
kepadanya di dunia. Demikianlah keadaan mereka nanti pada hari kiamat, seperti
yang dinyatakan oleh firman-Nya:
يَوْمَ
يَقُولُ الْمُنافِقُونَ وَالْمُنافِقاتُ لِلَّذِينَ آمَنُوا انْظُرُونا نَقْتَبِسْ
مِنْ نُورِكُمْ- إلى قوله- وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata
kepada orang-orang yang beriman, "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil
sebagian dari cahaya kalian." (Al-Hadid: 13) sampai dengan firman-Nya:
Dan neraka itu adalah sejahat-jahat tempat kembali. (Al-Hadid: 15)
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"مَنْ
سَمَّع سَمَّع اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ رَاءَى رَاءَى اللَّهُ
بِهِ"
Barang siapa yang ingin terkenal, maka Allah membuatnya terkenal dengan
apa yang diharapkannya. Dan barang siapa yang riya, maka Allah menjadikannya
terkenal dengan apa yang dipamerkannya.
Di dalam hadis lain disebutkan:
«إِنِ
اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَبْدِ إِلَى الْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ
وَيُعْدَلُ بِهِ إِلَى النَّارِ»
Sesungguhnya Allah memerintahkan (kepada malaikat untuk) membawa hamba-Nya
ke dalam surga menurut penilaian manusia, tetapi Allah membelokkannya ke dalam
neraka.
Semoga Allah melindungi kita dari hal seperti itu.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَإِذا
قامُوا إِلَى الصَّلاةِ قامُوا كُسالى
Dan apabila mereka berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan malas.
(An-Nisa: 142), hingga akhir ayat.
Demikianlah gambaran sifat orang-orang munafik dalam melakukan amal yang
paling mulia lagi paling utama, yaitu salat. Jika mereka berdiri untuk salat,
mereka berdiri dengan penuh kemalasan; karena tiada niat dan iman bagi mereka
untuk melakukannya, tiada rasa takut, dan tidak memahami makna salat yang
sesungguhnya.
Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari jalur Ubaidillah ibnu Zahr, dari Khalid ibnu
Abu Imran, dari Ata ibnu Abu Rabah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, makruh bagi
seseorang berdiri untuk salat dengan sikap yang malas, melainkan ia harus
bangkit untuk menunaikannya dengan wajah yang berseri, hasrat yang besar, dan
sangat gembira. Karena sesungguhnya dia akan bermunajat kepada Allah, dan
sesungguhnya Allah berada di hadapannya, memberikan ampunan kepadanya jika dia
berdoa kepada-Nya. Kemudian Ibnu Abbas r.a. membacakan firman Allah Swt.: Dan
apabila mereka (orang-orang munafik) berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan
malas. (An-Nisa: 142)
Hal yang semisal telah diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Ibnu
Abbas.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَإِذَا
قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى}
Dan apabila mereka berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan malas.
(An-Nisa: 142)
Hal ini merupakan gambaran lahiriah orang-orang munafik. Perihalnya sama
dengan apa yang disebut di dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
{وَلا
يَأْتُونَ الصَّلاةَ إِلا وَهُمْ كُسَالَى}
dan mereka tidak mengerjakan salat, melainkan dengan malas.
(At-Taubah: 54)
Kemudian Allah Swt. menyebutkan gambaran batin mereka (orang-orang munafik)
yang rusak. Hal ini diungkapkan melalui firman-Nya:
{يُرَاءُونَ
النَّاسَ}
Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. (An-Nisa:
142)
Tiada ikhlas bagi mereka, dan amal mereka bukan karena Allah, melainkan hanya
ingin disaksikan oleh manusia untuk melindungi diri mereka dari manusia; mereka
melakukannya hanya dibuat-buat. Karena itu, mereka sering sekali meninggalkan
salat yang sebagian besarnya tidak kelihatan di mata umum, seperti salat Isya di
hari yang gelap, dan salat Subuh di saat pagi masih gelap.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"أَثْقَلُ
الصَّلَاةِ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ، وَلَوْ
يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا، وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنَّ
آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَتُقَامَ، ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيُصَلِّيَ بِالنَّاسِ، ثُمَّ
أَنْطَلِقَ مَعِي بِرِجَالٍ، مَعَهُمْ حُزَم مِنْ حَطَبٍ إِلَى قَوْمٍ لَا
يَشْهَدُونَ الصَّلَاةَ، فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ
بِالنَّارِ"
Salat yang paling berat bagi orang-orang munafik ialah salat Isya dan
salat Subuh. Seandainya mereka mengetahui pahala yang ada pada keduanya, niscaya
mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak. Dan sesungguhnya aku
telah berniat akan memerintahkan agar salat didirikan, kemudian aku perintahkan
seorang lelaki untuk salat sebagai imam bersama orang-orang. Lalu aku sendiri
berangkat bersama-sama sejumlah orang yang membawa seikat kayu
(masing-masingnya) untuk menuju ke tempat kaum yang tidak ikut salat
(berjamaah), lalu aku bakar rumah-rumah mereka dengan api.
Di dalam riwayat yang lain disebutkan:
"وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ عَلِمَ أَحَدُهُمْ (8) أَنَّهُ يَجِدُ عَرْقًا سَمِينًا
أَوْ مَرْمَاتين حَسَنَتَيْنِ، لَشَهِدَ الصَّلَاةَ، وَلَوْلَا مَا فِي الْبُيُوتِ
مِنَ النِّسَاءِ وَالذُّرِّيَّةِ لَحَرَّقْتُ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ بِالنَّارِ"
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya
seseorang dari mereka mengetahui bahwa dia akan menjumpai tulang paha yang gemuk
atau dua kikil yang baik, niscaya dia menghadiri salat (berjamaah). Dan
seandainya di dalam rumah-rumah itu tidak terdapat kaum wanita dan anak-anak,
niscaya aku akan membakar rumah mereka dengan api.
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ibrahim ibnu Abu Bakar Al-Maqdami, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Dinar, dari Ibrahim Al-Hajri, dari Abul Ahwas, dari Abdullah yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"مَنْ
أحْسَنَ الصَّلَاةَ حَيْثُ يَرَاهُ النَّاسُ، وَأَسَاءَهَا حَيْثُ يَخْلُو،
فَتِلْكَ اسْتِهَانَةٌ، اسْتَهَانَ بِهَا رَبَّهُ عز وجل"
Barang siapa yang melakukan salatnya dengan baik karena dilihat oleh
manusia dan melakukannya dengan jelek bila sendirian, maka hal itu merupakan
penghinaan yang ia tujukan kepada Tuhannya Yang Mahaperkasa lagi
Mahaagung.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلا
يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (An-Nisa:
142)
Yakni dalam salat mereka; mereka tidak khusyuk mengerjakannya dan tidak
mengetahui apa yang diucapkannya, bahkan dalam salat itu lalai dan bermain-main
serta berpaling dari kebaikan yang seharusnya mereka kehendaki.
قَدْ
رَوَى الْإِمَامُ مَالِكٌ، عَنِ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِ، تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِ، تِلْكَ صَلَاةُ
الْمُنَافِقِ: يَجْلِسُ يَرْقُب الشَّمْسَ، حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَي
الشَّيْطَانِ، قَامَ فَنَقَر أَرْبَعًا لَا يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلَّا
قَلِيلًا".
Imam Malik meriwayatkan dari Al-Ala ibnu Abdur Rahman, dari Anas ibnu Malik
yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Itulah salat orang
munafik, itulah salat orang munafik, itulah salat orang munafik, dia duduk
seraya memperhatikan matahari; di saat matahari berada di antara dua tanduk
setan (yakni saat-saat hendak tenggelam), barulah ia berdiri, lalu mematuk
(maksudnya salat dengan cepat) sebanyak empat patukan (rakaat) tanpa menyebut
Allah kecuali sedikit sekali.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai
melalui hadis Ismail ibnu Ja'far Al-Madani, dari Al-Ala ibnu Abdur Rahman dengan
lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
*******************
Firman Allah Swt.:
مُذَبْذَبِينَ
بَيْنَ ذلِكَ لَا إِلى هؤُلاءِ وَلا إِلى هؤُلاءِ
Mereka dalam keadaan ragu antara yang demikian (iman atau kafir); tidak
termasuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada
golongan itu (orang-orang kafir). (An-Nisa: 143)
Orang-orang munafik itu dalam keadaan bingung antara iman dan kekafiran;
mereka tidak bersama golongan orang-orang mukmin lahir dan batinnya, tidak pula
bersama golongan orang-orang kafir lahir batinnya. Dengan kata lain, lahiriah
mereka bersama orang-orang mukmin, tetapi batiniah mereka bersama-sama
orang-orang kafir. Di antara mereka ada orang yang pendiriannya labil lagi ragu,
adakalanya cenderung kepada orang-orang mukmin, dan adakalanya cenderung kepada
orang-orang kafir. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui
firman-Nya:
كُلَّما
أَضاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قامُوا
Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinarnya;
dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. (Al-Baqarah: 20), hingga
akhir ayat.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka dalam
keadaan ragu antara yang demikian itu (iman atau kafir); tidak termasuk golongan
ini (orang-orang beriman). (An-Nisa: 143) Yang dimaksud dengan
ha-ula-i pertama ialah para sahabat Nabi Muhammad Saw. Dan tidak
(pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). (An-Nisa: 143) Yang dimaksud
dengan ha-ula-i yang kedua ialah orang-orang Yahudi.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْوَهَّابِ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَثَلُ الْمُنَافِقِ
كَمَثَلِ الشَّاةِ الْعَائِرَةِ بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ، تَعِيرُ إِلَى هَذِهِ
مَرَّةً، وَإِلَى هَذِهِ مَرَّةً، وَلَا تَدْرِي أَيَّتَهُمَا
تَتَّبِعُ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna,
telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab, telah menceritakan kepada kami
Ubaidillah, dari Nafi', dari Ibnu Umar, dari Nabi Saw. Disebutkan bahwa Nabi
Saw. pernah bersabda: Perumpamaan orang munafik sama seperti seekor kambing
yang kebingungan di antara dua kelompok ternak kambing; adakalanya ia mengembik
untuk kumpulan ini dan adakalanya mengembik untuk kumpulan itu, sedangkan ia
tidak mengerti manakah di antara kedua kumpulan itu yang harus ia ikuti.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim secara munfarid. Imam Muslim
meriwayatkannya pula dari Muhammad ibnul Musanna di lain kesempatan, dari Abdul
Wahhab, dan ia meriwayatkannya hanya sampai pada Ibnu Umar, tanpa di-marfu-kan.
Muhammad ibnul Musanna mengatakan bahwa Abdul Wahhab menceritakannya -kepada
kami sebanyak dua kali dengan predikat-yang sama.
Menurut kami, hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dari Ishaq ibnu
Yusuf ibnu Ubaidillah dengan lafaz yang sama secara marfu'. Hal yang sama
diriwayatkan oleh Ismail ibnu Ayyasy dan Ali ibnu Asim, dari Ubaidillah, dari
Nafi', dari Ibnu Umar secara marfu'. Hal yang sama diriwayatkan oleh Usman ibnu
Muhammad ibnu Abu Syaibah, dari Abdah, dari Abdullah secara marfu'. Ahmad ibnu
Salamah meriwayatkan dari Ubaidillah atau Abdullah ibnu Umar, dari Nafi', dari
Ibnu Umar secara marfu'. Diriwayatkan pula oleh Saklir ibnu Juwairiyah, dari
Nafi', dari Ibnu Umar, dari Nabi Saw. dengan predikat yang semisal (yakni
marfu').
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا الهُذَيل بْنُ
بِلَالٍ، عَنِ ابْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ أَبِيهِ: أَنَّهُ جَلَسَ ذَاتَ يَوْمٍ
بِمَكَّةَ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ مَعَهُ، فَقَالَ أَبِي: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ مَثَلَ الْمُنَافِقِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ كَالشَّاةِ بَيْنَ الرّبضَين مِنَ الْغَنَمِ، إِنْ أَتَتْ هَؤُلَاءِ
نَطَحَتْهَا، وَإِنْ أَتَتْ هَؤُلَاءِ نَطَحَتْهَا" فَقَالَ لَهُ ابْنُ عُمَرَ:
كَذَبْتَ. فَأَثْنَى الْقَوْمُ عَلَى أَبِي خَيْرًا -أَوْ مَعْرُوفًا-فَقَالَ ابْنُ
عُمَرَ: لَا أَظُنُّ صَاحِبَكُمْ إلا كما تَقُولُونَ،
وَلَكِنِّي شَاهِدُ نَبِيِّ اللَّهِ إِذْ قَالَ: كَالشَّاةِ بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ.
فَقَالَ: هُوَ سَوَاءٌ. فَقَالَ: هَكَذَا سَمِعْتُهُ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnul Walid,
telah menceritakan kepada kami Al-Huzail ibnu Bilal, dari Ibnu Abu Ubaid, bahwa
pada suatu hari ia duduk bersama Abdullah ibnu Umar di Makkah. Ibnu Abu Ubaid
mengatakan bahwa ayahnya (yakni Abu Ubaid) mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda: Sesungguhnya perumpamaan orang munafik di hari kiamat nanti
seperti seekor kambing di antara dua kelompok ternak kambing. Jika ia datang
kepada salah satu dari kelompok itu, maka kelompok tersebut menandukinya
(mengusirnya); dan jika ia datang kepada kelompok yang lain, maka kelompok
tersebut menandukinya pula. Ibnu Umar berkata kepadanya, "Kamu dusta." Kaum
yang ada memuji ayahnya dengan pujian yang baik atau sepantasnya (yakni
mengiakan apa yang dikatakannya). Lalu Ibnu Umar berkata, "Saya tidak mempunyai
prasangka lain terhadap teman kalian ini, melainkan seperti apa yang kalian
nilai. Tetapi aku, Allah-lah yang menjadi saksi-ku, menyaksikan ketika beliau
Saw. mengucapkannya, yaitu 'Seperti seekor kambing di antara dua kumpulan ternak
kambing'." Abu Ubaid berkata, "Itu sama saja." Ibnu Umar mengatakan bahwa memang
demikianlah yang pernah ia dengar.
قَالَ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ
مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ قَالَ: بَيْنَمَا عُبَيْدُ بْنُ عُمير يَقُصُّ، وَعِنْدَهُ
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ، فَقَالَ عُبَيْدُ بْنُ عُمَيْرٍ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مثل المنافق كالشاة بين ربضين، إِذَا
أَتَتْ هَؤُلَاءِ نَطَحَتْهَا، وَإِذَا أَتَتْ هَؤُلَاءِ نَطَحَتْهَا". فَقَالَ
ابْنُ عُمَرَ: لَيْسَ كَذَلِكَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إنما قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَشَاةٍ
بَيْنَ غَنَمَيْنِ". قَالَ: فَاحْتَفَظَ الشَّيْخُ وَغَضِبَ، فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ
ابْنُ عُمَرَ قَالَ: أَمَا إِنِّي لَوْ لَمْ أَسْمَعْهُ لَمْ أَرْدُدْ ذَلِكَ
عَلَيْكَ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah
menceritakan kepada kami Al-Mas'udi, dari Ibnu Ja'far Muhammad ibnu Ali yang
menceritakan bahwa ketika Ubaid ibnu Umair mengisahkan sebuah hadis yang saat
itu Abdullah ibnu Umar ada di tempat yang sama, lalu Ubaid ibnu Umair mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Perumpamaan orang munafik adalah
seperti seekor kambing di antara dua kelompok ternak kambing; apabila ia datang
kepada salah satu kelompok, maka semuanya menandukinya (mengusirnya); dan
apabila datang kepada kelompok yang lainnya, maka semuanya menandukinya.
Maka Ibnu Umar mengatakan, "Bunyi hadis tidak seperti itu, sesungguhnya yang
diucapkan oleh Rasulullah Saw. ialah, "Semisal dengan seekor kambing di antara
dua kelompok ternak kambing'." Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa Ubaid ibnu
Umair yang telah berusia lanjut itu menjadi marah dan emosi. Ketika Ibnu Umar
melihat gelagat tersebut, maka ia mengatakan, "Ingatlah, seandainya aku belum
pernah mendengarnya, niscaya aku pun tidak berani membuat sanggahan
kepadamu."
Jalur lain dari Ibnu Umar, diriwayatkan oleh
Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ بُودِويه، عَنْ
يَعْفُر بْنِ زُوذي قَالَ: سَمِعْتُ عُبَيْدَ بْنَ عُمَيْرٍ وَهُوَ يَقُصُّ
يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَثَلُ
الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ الشَّاةِ الرَّابِضَةِ بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ". فَقَالَ ابْنُ
عُمَرَ: وَيْلَكُمْ. لَا تَكْذِبُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ. إِنَّمَا قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَثَلُ
الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ الشَّاةِ الْعَائِرَةِ بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ"
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Usman ibnu Madawaih, dari Ya'fur ibnu
Zaudi yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ubaid ibnu Umair mengisahkan apa
yang disabdakan oleh Rasulullah Saw., yaitu: Perumpamaan orang munafik adalah
seperti seekor kambing yang berada di antara dua kumpulan ternak kambing.
Maka Ibnu Umar berkata, "Celakalah kalian, janganlah kalian berdusta
terhadap Rasulullah Saw. Sesungguhnya Rasulullah Saw. hanya mengatakan:
'Perumpamaan orang munafik adalah seperti seekor kambing yang kebingungan di
antara dua kelompok ternak kambing'."
Imam Ahmad meriwayatkannya pula melalui berbagai jalur dari Ubaid ibnu Umair
dan Ibnu Umar.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula. Untuk itu ia mengatakan, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu
Musa, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Abul Ahwas,
dari Abdullah (yaitu Ibnu Mas'ud) yang mengatakan bahwa perumpamaan orang
mukmin, orang munafik, dan orang kafir ialah seperti tiga orang yang sampai ke
suatu lembah. Salah seorang dari mereka menyeberangi lembah itu, kemudian yang
kedua menyeberanginya pula; tetapi ketika sampai di pertengahan lembah, ia
diseru oleh orang yang berada di pinggir lembah, "Celakalah kamu, ke manakah
kamu akan pergi, ke arah kebinasaan. Kembalilah kamu ke tempat semula kamu
berangkat!" Sedangkan orang yang telah menyeberang menyerunya, "Kemarilah menuju
jalan selamat!" ia kebingungan, sesekali memandang ke arah orang ini dan
sesekali yang lain memandang ke arah orang itu. Ibnu Mas'ud melanjutkan
kisahnya, bahwa setelah itu datanglah banjir yang deras hingga orang tersebut
tenggelam. Perumpamaan orang yang telah menyeberang adalah orang mukmin, dan
orang yang tenggelam itu adalah orang munafik. Mereka dalam keadaan ragu-ragu
antara yang demikian (iman dan kafir); tidak termasuk kepada golongan ini
(orang-orang ber-iman) dan tidak (pula) kepada golongan ini (orang-orang
kafir). (An-Nisa: 143) Orang yang tetap tinggal adalah perumpamaan orang
kafir.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr, telah
menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari
Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka dalam keadaan ragu-ragu
antara yang demikian (iman dan kafir); tidak termasuk kepada golongan ini
(orang-orang ber-iman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang
kafir). (An-Nisa: 143) Qatadah mengatakan bahwa mereka bukan orang-orang
mukmin yang murni, bukan pula orang-orang musyrik yang terang-terangan dengan
kemusyrikannya. Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Nabi
Allah pernah membuat perumpamaan bagi orang mukmin dan orang munafik serta orang
kafir. Perihalnya sama dengan tiga orang yang berangkat menuju ke sebuah sungai.
Lalu orang mukmin menceburkan dirinya ke sungai itu dan berhasil
menyeberanginya. Kemudian orang munafik menceburkan dirinya; tetapi ketika ia
hampir sampai ke tempat orang mukmin, tiba-tiba orang kafir menyerunya,
"Kemarilah kepadaku, karena sesungguhnya aku merasa khawatir denganmu." Lalu
orang mukmin menyerunya pula, "Kemarilah kepadaku, kemarilah ke sisi ku."
Padahal jika ia berenang terus, niscaya ia dapat memperoleh apa yang ada di sisi
orang mukmin itu. Tetapi orang munafik itu terus-menerus dalam keadaan
kebingungan di antara kedua orang tersebut, hingga keburu datang air bah yang
menenggelamkannya. Orang munafik masih tetap dalam keadaan ragu dan kebingungan
hingga ajal datang menjemputnya, sedangkan dia masih tetap dalam keraguannya.
Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Nabi Saw. pernah
bersabda: Perumpamaan orang munafik sama dengan seekor kambing yang mengembik
sendirian di antara dua kumpulan ternak kambing. Ia melihat sekumpulan kambing
di atas tempat yang tinggi, lalu ia datang kepadanya dan bergabung dengannya,
tetapi ia tidak dikenal. Kemudian ia melihat sekumpulan ternak kambing yang lain
di atas tempat yang tinggi, lalu ia mendatanginya dan bergabung dengannya,
tetapi ia tidak dikenal.
*******************
Karena itulah disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَمَنْ
يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلا}
Barang siapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan dapat
jalan (untuk memberi petunjuk) baginya. (An-Nisa: 143)
Dengan kata lain, barang siapa yang dipalingkan oleh Allah dari jalan
hidayah. Perihalnya sama dengan apa yang disebut dalam ayat yang lain, yaitu
firman-Nya:
فَلَنْ
تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِداً
maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi
petunjuk kepadanya. (Al-Kahfi: 17)
Karena sesungguhnya apa yang disebut oleh firman-Nya:
{مَنْ
يُضْلِلْ اللَّهُ فَلا هَادِيَ لَهُ}
Barang siapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan
mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya. (Al-A'raf: 186)
Mereka adalah orang-orang munafik, Allah telah menyesatkan mereka dari jalan
keselamatan. Karena itu, tiada seorang pun yang menunjuki mereka ke jalan
hidayah, dan tiada seorang pun yang dapat menyelamatkan mereka dari
kesesatannya.
Sesungguhnya Allah Swt. tiada yang meminta pertanggungjawaban terhadap
keputusan-Nya dan tiada yang bertanya tentang apa yang diperbuat-Nya, sedangkan
mereka pasti dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya.
An-Nisa, ayat 144-147
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكافِرِينَ أَوْلِياءَ مِنْ دُونِ
الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطانًا
مُبِينًا (144) إِنَّ الْمُنافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ
وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا (145) إِلاَّ الَّذِينَ تابُوا وَأَصْلَحُوا
وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولئِكَ مَعَ
الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا (146) مَا
يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ وَكانَ اللَّهُ شاكِرًا
عَلِيمًا (147)
(144) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin.
Inginkah kalian mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksa kalian)?
(145) Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling
bawah dari neraka, dan kalian sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong
pun bagi mereka.
(146) Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan
berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka
karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak
Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.
(147) Mengapa
Allah akan menyiksa kalian, jika kalian bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah
Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.
Allah Swt. melarang hamba-hamba-Nya yang beriman mengambil orang-orang kafir
sebagai teman terdekat mereka, bukannya orang-orang mukmin. Yang dimaksud dengan
istilah 'wali' dalam ayat ini ialah berteman dengan mereka, setia, ikhlas, dan
merahasiakan kecintaan serta membuka rahasia orang-orang mukmin kepada mereka.
Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain yang mengatakan:
لَا
يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكافِرِينَ أَوْلِياءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
وَمَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا
مِنْهُمْ تُقاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya
lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari
sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kalian akan
diri-Nya. (Ali Imran: 28)
Allah memperingatkan kalian terhadap siksa-Nya jika kalian melanggar
larangan-Nya. Sedangkan dalam surat ini disebut melalui firman-Nya:
{أَتُرِيدُونَ
أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا}
Inginkah kalian mengadakan alasan yang nyata bagi Allah? (An-Nisa:
144)
Yakni alasan untuk menyiksa kalian.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Malik ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami
Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan firman-Nya: alasan yang nyata. (An-Nisa: 144) Bahwa
setiap sultan atau alasan di dalam Al-Qur'an merupakan hujah. Sanad asar ini
sahih.
Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Muhammad
ibnu Ka'b Al-Qurazi, Ad-Dah-hak, As-Saddi, dan An-Nadr ibnu Arabi.
Selanjutnya Allah Swt. memberitahukan melalui firman-Nya:
{إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ}
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang
paling bawah dari neraka. (An-Nisa: 145)
Yaitu di hari kiamat kelak, sebagai pembalasan atas kekufuran mereka yang
keras.
Al-Walibi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
di dalam tingkatan yang paling rendah dari neraka. (An-Nisa: 145) Yakni
di dasar neraka.
Selain Ibnu Abbas mengatakan bahwa neraka itu terdiri atas berbagai tingkatan
dasar, sebagaimana surga pun mempunyai berbagai tingkat ketinggian derajat.
Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Asim, dari Zakwan Abu Saleh, dari Abu
Hurairah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang munafik
itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. (An-Nisa:
145) Yaitu di dalam peti-peti yang dikocok-kocok, sedangkan mereka berada di
dalamnya. Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ibnu Waki', dari
Yahya ibnu Yaman, dari Sufyan As Sauri dengan lafaz yang sama.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dari Al-Munzir ibnu Syazan, dari Ubaidillah
ibnu Musa, dari Israil, dari Asim, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah sehubungan
dengan firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada
bagian yang paling bawah dari neraka. (An-Nisa: 145) Dikatakan bahwa bagian
yang paling bawah merupakan rumah-rumah yang memiliki banyak pintu, lalu dikunci
rapat-rapat, sedangkan mereka (orang-orang munafik) berada di dalamnya, kemudian
dari bagian bawahnya —juga dari bagian atasnya— dinyalakan api neraka.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah
menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan,
dari Salamah ibnu Kahil, dari KhaiSamah, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang
munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.
(An-Nisa: 145) Di dalam peti-peti dari api neraka yang dikunci rapat-rapat
(dikunci mati), sedangkan mereka (orang-orang munafik) berada di dalamnya.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dari Abu Sa'id Al-Asyaj, dari Waki', dari
Sufyan, dari Salamah, dari Khaisamah, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan
sehubungan makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu
(ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. (An-Nisa: 145)
Yakni di dalam peti-peti besi yang telah dikunci mati, sedangkan mereka ada di
dalamnya; peti itu tidak dapat dibuka sama sekali.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abu Usamah, telah menceritakan kepada kami*Hammad ibnu
Salamah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Yazid, dari Al-Qasim ibnu Abdur
Rahman, bahwa Ibnu Mas'ud pernah ditanya mengenai orang-orang munafik, maka ia
menjawab bahwa mereka dimasukkan ke dalam peti-peti dari api neraka yang dikunci
mati, sedangkan mereka berada di dalamnya, yaitu ditempatkan di dasar
neraka.
*******************
{وَلَنْ
تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا}
dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi
mereka. (An-Nisa: 145)
Yaitu orang yang dapat menyelamatkan mereka dari siksaan yang mereka alami
dan mengeluarkan mereka dari siksaan yang amat pedih itu.
Selanjutnya Allah Swt. memberitahukan bahwa barang siapa dari kalangan
orang-orang munafik itu bertobat ketika di dunia, niscaya Allah menerima
tobatnya. Allah memaafkan penyesalannya jika ia ikhlas dalam tobatnya dan
memperbaiki amal perbuatannya serta berpegang teguh kepada Tuhannya dalam semua
urusan.
Untuk itu disebut dalam firman selanjutnya:
{إِلا
الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ
لِلَّهِ}
Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang
teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena
Allah. (An-Nisa: 146)
Mereka mengganti ria (pamer) dalam amalnya dengan ikhlas dalam beramal.
Dengan demikian, amal salehnya bermanfaat, sekalipun sedikit.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: أَخْبَرَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى قِرَاءَةً،
أَنْبَأَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، عَنْ عُبَيْدِ
اللَّهِ بْنِ زَحْر، عَنْ خَالِدِ بْنِ أَبِي عِمْران، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ،
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "أَخْلِصْ دِينَكَ، يَكْفِكَ الْقَلِيلُ مِنَ
الْعَمَلِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul
A'la secara qiraah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan
kepadaku Yahya ibnu Ayyub, dari Ubaidillah ibnu Zahr, dari Khalid ibnu'Abu
Imran, dari Imran, dari Amr ibnu Murrah, dari Mu'az ibnu Jabal, bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Tulus ikhlaslah dalam agamamu, niscaya amal yang
sedikit dapat mencukupimu.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَأُولَئِكَ
مَعَ الْمُؤْمِنِينَ}
Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman. (An-Nisa: 146)
Yakni dimasukkan ke dalam golongan orang-orang mukmin kelak di hari
kiamat.
{وَسَوْفَ
يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا}
dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala
yang besar. (An-Nisa: 146)
Selanjutnya Allah Swt. berfirman memberitahukan tentang sifat Mahakaya-Nya,
bahwa Dia tidak memerlukan selain diri-Nya, dan sesungguhnya Dia mengazab
hamba-hamba-Nya hanyalah karena dosa-dosa mereka sendiri.
*******************
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{مَا
يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ}
Mengapa Allah akan menyiksa kalian, jika kalian bersyukur dan beriman?
(An-Nisa: 147)
Yaitu jika kalian memperbaiki amal perbuatan dan beriman kepada Allah serta
Rasul-Nya.
{وَكَانَ
اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا}
Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. (An-Nisa: 147)
Maksudnya, barang siapa yang bersyukur kepada-Nya, maka Dia membalas rasa
syukurnya itu; dan barang siapa yang beriman, maka Allah menerima imannya. Allah
mengetahuinya dan kelak akan membalasnya dengan pahala yang berlimpah.
**************************************
Akhir juz
5
**************************************
No comments