004. Surat An-Nisa Ayat 110 - 111 - 112 - 113 - Tafsir Ibnu Katsir - Muslim Notebook
Terjemah Tafsir Ibnu Katsir Al-Quran Surat 4. An-Nisa Ayat 110 - 111 - 112 - 113 - Muslim Notebook
An-Nisa, ayat 110-113
وَمَنْ
يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ
غَفُوراً رَحِيماً (110) وَمَنْ يَكْسِبْ إِثْماً فَإِنَّما يَكْسِبُهُ عَلى
نَفْسِهِ وَكانَ اللَّهُ عَلِيماً حَكِيماً (111) وَمَنْ يَكْسِبْ خَطِيئَةً أَوْ
إِثْماً ثُمَّ يَرْمِ بِهِ بَرِيئاً فَقَدِ احْتَمَلَ بُهْتاناً وَإِثْماً مُبِيناً
(112) وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهُ لَهَمَّتْ طائِفَةٌ مِنْهُمْ
أَنْ يُضِلُّوكَ وَما يُضِلُّونَ إِلاَّ أَنْفُسَهُمْ وَما يَضُرُّونَكَ مِنْ
شَيْءٍ وَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ
تَكُنْ تَعْلَمُ وَكانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيماً (113)
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan
dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia
mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Barang siapa yang
mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakan untuk (kemudaratan) dirinya
sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Dan barang siapa yang
mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak
bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang
nyata. Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah
segolongan dari mereka telah bermaksud untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak
menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat memberi mudarat
sedikit pun kepadamu. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah
kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah
karunia Allah sangat besar atasmu.
Allah Swt. memberitakan tentang kemurahan dan kedermawanan-Nya, bahwa semua
orang yang bertobat kepada-Nya, pasti Dia menerima tobatnya atas semua dosa yang
telah ia lakukan. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَمَنْ
يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ
غَفُورًا رَحِيمًا}
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,
kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 110)
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas. Ibnu Abbas telah mengatakan
sehubungan dengan ayat ini, bahwa Allah Swt. memberitahukan kepada
hamba-hamba-Nya tentang ampunan-Nya, sifat penyantun-Nya, kemurahan-Nya,
keluasan rahmat-Nya, dan pemaafan-Nya. Barang siapa yang mengerjakan suatu dosa,
baik kecil ataupun besar.
{ثُمَّ
يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا}
kemudian ia mohon ampun kepada Allah,' niscaya ia mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 110)
Sekalipun dosa-dosanya lebih besar daripada langit, bumi dan semua gunung.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Musanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Addi, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Asim, dari Abu Wail yang mengatakan bahwa
Abdullah pernah menceritakan, ''Dahulu kaum Bani Israil, apabila seseorang dari
mereka melakukan suatu dosa, tercatat kifarat dosanya itu di atas pintu
rumahnya. Apabila ada air seni yang mengenai sesuatu dari pakaiannya, maka ia
harus menggunting bagian yang terkena itu dengan gunung dan membuangnya." Maka
ada seorang lelaki berkata, "Sesungguhnya Allah telah memberikan kebaikan kepada
kaum Bani Israil." Lalu Abdullah ibnu Mas'ud r.a. berkata, "Apa yang diberikan
oleh Allah kepada kalian lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepada
mereka. Allah telah menjadikan air suci lagi menyucikan bagi kalian."
Selanjutnya Abdullah ibnu Mas'ud membacakan firman-Nya: Dan (juga)
orang-orang yang apabila mereka mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka. (Ali Imran: 135); Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan
menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 110)
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah
menceritakan kepada kami Hasyim, dari Ibnu Aun, dari Habib ibnu Abu Sabit yang
menceritakan bahwa ada seorang wanita datang kepada Abdullah ibnu Mugaffal, lalu
wanita itu menanyakan kepadanya tentang seorang wanita yang berbuat zina hingga
mengandung. Setelah melahirkan bayinya, maka bayi itu ia bunuh. Abdullah ibnu
Mugaffal menjawab, bahwa wanita tersebut masuk neraka. Maka wanita yang bertanya
itu pergi seraya menangis. Lalu Abdullah ibnu Mugaffal memanggilnya dan berkata
kepadanya, "Menurutku, perkaramu itu hanyalah salah satu di antara dua pilihan,"
lalu Abdullah membacakan firman-Nya: Dan barang siapa yang mengerjakan
kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya
ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 110)
Mendengar hal tersebut wanita itu mengusap air matanya, kemudian pergi.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ الْمُغِيرَةِ قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيَّ بْنَ
رَبِيعَةَ مِنْ بَنِي أَسَدٍ، يُحَدِّثُ عَنْ أَسْمَاءَ -أَوِ ابْنِ أَسْمَاءَ مِنْ
بَنِي فَزَارَةَ -قَالَ: قَالَ عَلِيٌّ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: كُنْتُ إِذَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ شَيْئًا
نَفَعَنِي اللَّهُ بِمَا شَاءَ أَنْ يَنْفَعَنِي مِنْهُ. وَحَدَّثَنِي أَبُو بَكْرٍ
-وَصَدَقَ أَبُو بَكْرٍ -قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا ثُمَّ يَتَوَضَّأُ فَيُصَلِّي
رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِذَلِكَ الذَّنْبِ إِلَّا غُفِرَ لَهُ".
وَقَرَأَ هَاتَيْنِ الْآيَتَيْنِ: {وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ
[ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا] } {وَالَّذِينَ
إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ} الآية.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur-Razzaq, telah
menceritakan kepada kami Abdur-Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada Kami
Syu'bah, dari Usman ibnul Mugirah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar
Ali ibnu Rabi'ah dari Bani Asad menceritakan hadis kepada Asma atau Ibnu Asma
dari Bani Fazzarah, bahwa Ali r.a. pernah mengatakan, "Apabila aku mendengar
dari Rasulullah Saw. sesuatu hal, maka Allah memberikan manfaat kepadaku
mengenainya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Telah menceritakan kepadaku Abu
Bakar As-Siddiq, dan memang Abu Bakar itu orangnya siddiq; ia mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: 'Tidak sekali-kali seorang muslim melakukan
suatu dosa, lalu ia melakukan wudu dan salat dua rakaat, kemudian memohon ampun
kepada Allah untuk dosa tersebut, melainkan Allah memberikan ampun baginya'."
Kemudian Rasulullah Saw. membacakan kedua ayat berikut, yaitu firman-Nya:
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya.
(An-Nisa: 110), hingga akhir ayat. Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri. (Ali Imran: 135),
hingga akhir ayat.
Kami membicarakan tentang hadis ini dan menisbatkannya kepada orang-orang
dari kalangan ashabus sunan yang meriwayatkannya. Kami menyebutkan pula perihal
sesuatu kelemahan pada sanadnya dalam Musnad Abu Bakar As-Siddiq r.a. Sebagian
darinya telah diterangkan di dalam surat Ali Imran.
Ibnu Murdawaih meriwayatkan di dalam kitab tafsirnya melalui jalur lain dari
Ali r.a. Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْحَاقَ
الْحَرْبِيُّ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ مِهْران الدَّبَّاغُ، حَدَّثَنَا عُمَرُ
بْنُ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَبْدِ خَيْرٍ، عَنْ عَلِيٍّ قَالَ:
سَمِعْتُ أَبَا بَكْرٍ -هُوَ الصِّدِّيقُ - يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَا مِنْ عَبْدٍ أَذْنَبَ فَقَامَ
فَتَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وُضُوءَهُ، ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى وَاسْتَغْفَرَ مِنْ
ذَنْبِهِ، إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يَغْفِرَ لَهُ؛ لِأَنَّهُ
يَقُولُ: {وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ [ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ
اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا] } .
Telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ziyad, telah
menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Ishaq Al-Harrani, telah menceritakan
kepada kami Daud ibnu Mihran Ad-Dabbag, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu
Yazid, dari Abdu Khair, dari Ali yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu
Bakar As-Siddiq menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
tidak sekali-kali seorang hamba melakukan perbuatan dosa, lalu ia bangkit
melakukan wudu dengan wudu yang baik, kemudian berdiri melakukan salat, lalu
memohon ampun dari dosanya, melainkan pasti Allah memberikan ampunan kepadanya.
Karena Allah Swt. telah berfirman, "Dan barang siapa yang mengerjakan
kejahatan atau menganiaya dirinya" (An-Nisa: 110), hingga akhir ayat.
Kemudian Ibnu Murdawaih meriwayatkannya pula melalui jalur Abban (ibnu Abu
Ayyasy), dari Abu Ishaq As-Subai'i, dari Al-Haris, dari Ali, dari As-Siddiq
dengan lafaz yang semisal. Tetapi sanad hadis ini tidak sahih.
قَالَ
ابْنُ مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ دُحَيم حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ حَازِمٍ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ مَرْوَانَ الرَّقِّي، حَدَّثَنَا
مُبَشِّر بْنُ إِسْمَاعِيلَ الْحَلَبِيُّ، عَنْ تَمَّامِ بْنِ نَجِيح، حَدَّثَنِي
كَعْبُ بْنُ ذُهْل الْأَزْدِيُّ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ يُحَدِّثُ
قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَلَسْنَا
حَوْلَهُ، وَكَانَتْ لَهُ حَاجَةٌ فَقَامَ إِلَيْهَا وَأَرَادَ الرُّجُوعَ، تَرَكَ
نَعْلَيْهِ فِي مَجْلِسِهِ أَوْ بَعْضَ مَا عَلَيْهِ، وَإِنَّهُ قَامَ فَتَرَكَ
نَعْلَيْهِ. قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ: فَأَخَذَ رَكْوَة مِنْ مَاءٍ
فَاتَّبَعْتُهُ، فَمَضَى سَاعَةً، ثُمَّ رَجَعَ وَلَمْ يَقْضِ حَاجَتَهُ، فَقَالَ:
"إِنَّهُ أَتَانِي آتٍ مِنْ رَبِّي فَقَالَ: إِنَّهُ: {مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ
يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا}
فَأَرَدْتُ أَنْ أُبَشِّرَ أَصْحَابِي". قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ: وَكَانَتْ قَدْ
شَقَّتْ عَلَى النَّاسِ الْآيَةُ الَّتِي قَبِلَهَا: {مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ
بِهِ} فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَإِنَّ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ، ثُمَّ
اسْتَغْفَرَ رَبَّهُ، غَفَرَ لَهُ؟ قَالَ: "نَعَمْ" قُلْتُ الثَّانِيَةَ، قَالَ:
"نَعَمْ"، ثُمَّ قُلْتُ الثَّالِثَةَ، قَالَ: "نَعَمْ، وَإِنَّ زَنَى وَإِنْ
سَرَقَ، ثُمَّ اسْتَغْفَرَ اللَّهَ غَفَرَ لَهُ عَلَى رَغْمِ أَنْفِ عُوَيْمِرٍ".
قَالَ: فَرَأَيْتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ يَضْرِبُ أَنْفَ نَفْسِهِ
بأصبعه.
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ali
ibnu Duhaim, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Hazim, telah menceritakan
kepada kami Musa ibnu Marwan Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Mubasysyir
ibnu Ismail Al-Halbi, dari Tammam ibnu Nujaih, telah menceritakan kepadaku Ka'b
ibnu Zahl Al-Azdi yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Abu Darda
menceritakan hadis berikut: "Rasulullah Saw. bilamana kami sedang duduk di
sekitarnya, lalu beliau hendak membuang hajatnya, maka beliau bangkit untuk
menunaikan hajatnya; dan bila beliau hendak kembali lagi ke majelisnya, maka
ditinggalkannya sepasang terompahnya atau salah satu dari pakaiannya. Kali ini
beliau Saw. bangkit ke hajatnya dan meninggalkan sepasang terompahnya." Abu
Darda melanjutkan kisahnya, "Lalu Nabi Saw. membawa segayung air, dan aku
mengikutinya. Kemudian beliau pergi selama sesaat, tetapi kembali lagi tanpa
menunaikan hajatnya, lalu bersabda: 'Sesungguhnya telah datang utusan dari
Tuhanku yang menyampaikan, barang siapa yang mengerjakan kejahatan atau
menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka aku bermaksud untuk menyampaikan
berita gembira ini terlebih dahulu kepada sahabat-sahabatku”."
Abu Darda melanjutkan kisahnya, "Terasa berat oleh orang-orang ayat yang
sebelumnya, yaitu firman-Nya: 'Barang siapa yang mengerjakan kejahatan,
niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu' (An-Nisa: 123). Setelah
Rasulullah Saw. menyampaikan berita gembira itu, maka aku bertanya, 'Wahai
Rasulullah, sekalipun dia telah berzina dan telah mencuri, lalu ia memohon ampun
kepada Tuhannya, niscaya Allah memberikan ampunan baginya?' Rasulullah Saw.
menjawab, 'Ya.' Aku bertanya lagi untuk yang kedua kalinya, dan beliau
menjawab, 'Ya.' Ketika aku bertanya untuk yang ketiga kalinya, maka beliau Saw.
bersabda: 'Ya, sekalipun dia telah berbuat zina, dan sekalipun dia telah
mencuri, lalu ia memohon ampun kepada Allah, niscaya Allah memberikan ampunan
baginya, sekalipun hidung Abu Darda keropos'." Perawi melanjutkan
kisahnya, "Setiap kali aku melihat Abu Darda menceritakan hadis ini, ia selalu
memukul hidungnya dengan jarinya."
Hadis ini garib sekali bila ditinjau dari segi sanadnya dengan konteks
seperti ini, dan di dalam sanadnya terdapat kelemahan.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمَنْ
يَكْسِبْ إِثْماً فَإِنَّما يَكْسِبُهُ عَلى نَفْسِهِ
Barang siapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya
untuk (kemudaratan) dirinya sendiri. (An-Nisa: 111)
Ayat ini semakna dengan ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
وَلا
تَزِرُ وازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرى
dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.
(Al-An'am: 164)
Dengan kata lain, seseorang tidak dapat menyelamatkan orang Lain.
Sesungguhnya setiap orang akan menerima sendiri akibat dari apa yang
dikerjakannya, tidak dapat membebankannya kepada orang lain. Karena itulah dalam
firman selanjutnya disebutkan:
{وَكَانَ
اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا}
Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (An-Nisa: 111)
Hal tersebut terjadi berkat pengetahuan-Nya, kebijaksanaan-Nya, keadilan-Nya,
dan rahmat-Nya.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَمَنْ
يَكْسِبْ خَطِيئَةً أَوْ إِثْمًا ثُمَّ يَرْمِ بِهِ بَرِيئًا
Dan barang siapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian
dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah. (An-Nisa: 112), hingga akhir
ayat.
Seperti yang dilakukan oleh Bani Ubairiq, ketika ia melemparkan tuduhan
perbuatan jahatnya kepada orang Lain yang dikenal saleh, yaitu Labid ibnu Sahl,
sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis di atas. Atau seperti apa yang
dituduhkan orang-orang kepada Zaid ibnus Samin (seorang Yahudi), padahal Zaid
tidak bersalah; dan mereka yang menuduhnya sebagai orang-orang zalim yang
berkhianat, seperti yang diperlihatkan oleh Allah kepada Rasul-Nya.
Kemudian ancaman dan cemoohan ini bersifat umum. Dengan kata lain, mencakup
pula selain mereka yang disebut dari kalangan orang-orang yang melakukan
perbuatan jahat seperti mereka dan berkarakter seperti mereka; maka baginya
hukuman yang sama seperti yang diterima mereka.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلَوْلا
فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهُ لَهَمَّتْ طائِفَةٌ مِنْهُمْ أَنْ يُضِلُّوكَ
وَما يُضِلُّونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَما يَضُرُّونَكَ مِنْ شَيْءٍ
Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah
segolongan dari mereka telah bermaksud untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak
menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat memberi mudarat
sedikit pun kepadamu. (An-Nisa: 113)
Imam Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul
Qasim Al-Harrani dalam surat yang ditujukannya kepadaku, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Salamah, dari Muhammad ibnu Ishaq, dari Asim ibnu Umar
ibnu Qatadah Al-Ansari, dari ayahnya, dari kakeknya Qatadah ibnun Nu'man, lalu
ia menyebutkan kisah Bani Ubairiq, dan Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
tentulah segolongan dari mereka telah bermaksud untuk menyesatkanmu. Tetapi
mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat
memberi mudarat sedikit pun kepadamu. (An-Nisa: 113); Yang dimaksud dengan
'mereka' adalah Usaid ibnu Urwah dan kawan-kawannya.
Dengan kata lain, ketika Usaid ibnu Urwah dan kawan-kawannya memuji tindakan
Bani Ubairiq dan mencela Qatadah ibnu Nu'man karena ia menuduh mereka yang
mereka anggap sebagai orang baik-baik dan tidak bersalah, padahal duduk
perkaranya tidaklah seperti apa yang mereka sampaikan kepada Rasulullah Saw.
Karena itulah maka Allah menurunkan penyelesaian masalah tersebut dan
membukakannya kepada Rasulullah Saw.
Kemudian Allah menganugerahkan kepadanya dukungan-Nya dalam semua keadaan dan
memelihara dirinya. Allah menganugerahkan pula kepadanya Al-Qur'an dan hikmah,
yakni sunnah.
وَعَلَّمَكَ
مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ
Dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. (An-Nisa:
113)
Yakni sebelum hal tersebut diturunkan kepadamu. Perihalnya sama dengan makna
yang terkandung dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَكَذلِكَ
أَوْحَيْنا إِلَيْكَ رُوحاً مِنْ أَمْرِنا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا
الْكِتابُ
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah
Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) itu?
(Asy-Syura: 52), hingga akhir ayat.
وَما
كُنْتَ تَرْجُوا أَنْ يُلْقى إِلَيْكَ الْكِتابُ إِلَّا رَحْمَةً مِنْ
رَبِّكَ
Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al-Qur'an diturunkan kepadamu, tetapi
ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu. (Al-Qasas:
86)
Karena itu dalam ayat ini Allah Swt. berfirman:
{وَكَانَ
فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا}
Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu. (An-Nisa: 113)
No comments