003. Surat Ali Imron Ayat 001 - 051 - Tafsir Ibnu Katsir - Muslim Notebook
تَفْسِيرُ سُورَةِ آلِ عِمْرَانَ
(Keluarga Imran)
Madaniyyah, 200 ayat, turun
sesudah surat Al-Anfal
Permulaan surat ini sampai dengan ayat yang kedelapan puluh tiga diturunkan
berkenaan dengan delegasi dari Najran, kedatangan mereka pada tahun sembilan
Hijriah; seperti yang akan diterangkan nanti dalam tafsir ayat Mubahalah,
merupakan bagian darinya. Kami mengetengahkan semua hadis dan asar yang
menyangkut keutamaan surat ini bersama surat Al-Baqarah, yaitu dalam permulaan
surat Al-Baqarah.
Ali Imran, ayat 1-4
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang.
{الم
(1) اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ (2) نزلَ عَلَيْكَ
الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنزلَ التَّوْرَاةَ
وَالإنْجِيلَ (3) مِنْ قَبْلُ هُدًى لِلنَّاسِ وَأَنزلَ الْفُرْقَانَ إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو
انْتِقَامٍ (4) }
Alif Lam Mim. Allah, tida kada Tuhan
melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri. Dia menurunkan
Al-Kitab (Al-Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah
diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat serta Injil sebelum (Al-Qur'an),
menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al-Furqan. Sesungguhnya
orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang
berat; dan Allah Mahaperkasa lagi mempunyai balasan (siksa).Kami menyebutkan sebuah hadis yang menerangkan bahwa asma Allah yang teragung ada di dalam kedua ayat berikut, yaitu firman-Nya: Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). (Al-Baqarah: 255), Dan firman-Nya: Alif Lam Mim. Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri. (Ali Imran: 1-2) Yaitu dalam tafsir ayat Kursi.
Dalam pembahasan yang lalu —yaitu dalam permulaan surat Al-Baqarah— telah disebutkan tafsir Alif Lam Mim. Jadi, hal ini tidak perlu diulangi. Dalam tafsir ayat Kursi telah kami sebutkan pula pembahasan mengenai firman-Nya: Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). (Al-Baqarah: 255)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
نَزَّلَ
عَلَيْكَ الْكِتابَ بِالْحَقِّ
Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya. (Ali
Imran: 3)Maksudnya, Dialah yang menurunkan Al-Qur'an kepadamu, hai Muhammad, dengan sebenarnya. Yakni tidak ada kebimbangan dan tidak ada keraguan padanya, melainkan ia benar-benar diturunkan dari sisi Allah. Dia menurunkannya dengan sepengetahuan-Nya, sedangkan para malaikat menyaksikannya; dan cukuplah Allah sebagai saksi.
*******************
Firman Allah Swt.:
مُصَدِّقاً
لِما بَيْنَ يَدَيْهِ
Membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya.
(Ali Imran: 3)Yakni kitab-kitab sebelum Al-Qur'an yang diturunkan dari langit buat hamba-hamba Allah dan para nabi. Kitab-kitab tersebut membenarkan Al-Qur'an melalui apa yang diberitakannya dan apa yang disiarkan-nya sejak zaman dahulu kala. Begitu pula sebaliknya, Al-Qur'an membenarkan kitab-kitab tersebut, karena Al-Qur'an sesuai dengan apa yang diberitakan oleh kitab-kitab tersebut yang isinya antara lain membawa berita gembira yang sangat besar, yaitu janji Allah yang akan mengutus Nabi Muhammad Saw. dan menurunkan Al-Qur'an yang agung kepadanya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَأَنْزَلَ
التَّوْراةَ
dan menurunkan Taurat. (Ali Imran: 3)Yakni kepada Musa ibnu Imran.
وَالْإِنْجِيلَ
dan kitab Injil. (Ali Imran: 3)Yaitu kepada Isa ibnu Maryam a.s.
مِنْ
قَبْلُ
sebelumnya. (Ali Imran: 4)Yakni sebelum Al-Qur'an.
هُدىً
لِلنَّاسِ
menjadi petunjuk bagi manusia. (Ali Imran: 4)Maksudnya, sebagai petunjuk buat mereka di zamannya masing-masing.
وَأَنْزَلَ
الْفُرْقانَ
dan Dia menurunkan Al-Furqan. (Ali Imran: 4)Yaitu yang membedakan antara hidayah dan kesesatan, antara yang hak dengan yang batil, jalan yang menyimpang dan jalan yang lurus, melalui apa yang disebutkan oleh Allah Swt. berupa hujah-hujah, keterangan-keterangan, dan dalil-dalil yang jelas serta bukti-bukti yang akurat. Allah Swt. menerangkannya, menjelaskannya, menafsirkannya, menetapkannya, dan memberi petunjuk kepadanya serta mengingatkannya.
Qatadah dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan, yang dimaksud dengan Al-Furqan dalam ayat ini ialah Al-Qur'an. Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa Al-Furqan dalam ayat ini adalah bentuk masdar dari Al-Qur'an, mengingat sebelumnya disebutkan Al-Qur'an, yaitu di dalam firman-Nya: Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya. (Ali Imran: 3), Yang dimaksud dengan Al-Kitab adalah Al-Qur'an.
Adapun mengenai apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Abu Saleh, bahwa yang dimaksud dengan Al-Furqan dalam ayat ini ialah kitab Taurat merupakan pendapat yang lemah pula, mengingat sebelumnya telah disebutkan Taurat.
*******************
Firman Allah Swt.:
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا بِآياتِ اللَّهِ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah. (Ali
Imran: 4)Yakni ingkar dan ragu terhadapnya serta menentangnya dengan kebatilan.
لَهُمْ
عَذابٌ شَدِيدٌ
Bagi mereka akan memperoleh siksa yang berat. (Ali Imran: 4)Yaitu kelak di hari kiamat.
وَاللَّهُ
عَزِيزٌ
dan Allah Mahaperkasa. (Ali Imran: 4)Yakni Zat Yang Mahaperkasa lagi Mahabesar kekuasaan-Nya.
ذُو
انْتِقامٍ
lagi mempunyai balasan. (Ali Imran: 4)Yakni terhadap orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya, menentang rasul-rasul-Nya dan nabi-nabi-Nya.
Ali Imran, ayat 5-6
{إِنَّ
اللَّهَ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ (5) هُوَ
الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الأرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (6) }
Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satu pun
yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit. Dialah yang membentuk
kalian dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan melainkan Dia,
Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.Allah Swt. memberitakan bahwa Dia mengetahui semua yang gaib di langit dan di bumi, tiada sesuatu pun darinya yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya.
هُوَ
الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الْأَرْحامِ كَيْفَ يَشاءُ
Dialah yang membentuk kalian dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya.
(Ali Imran: 6)Yakni menciptakan kalian di dalam rahim menurut yang dikehendaki-Nya, apakah laki-laki atau perempuan, apakah tampan atau buruk rupanya, dan apakah celaka atau bahagia.
لَا
إِلهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
(Ali Imran: 6)Artinya, Dialah Yang Maha Pencipta, dan Dialah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan milik-Nya-lah semua keagungan yang tak terbatas, hikmah, dan semua keputusan hukum.
Di dalam ayat ini terkandung sindiran —dan bahkan cukup jelas— bahwa Isa ibnu Maryam adalah seorang hamba lagi makhluk, seperti manusia lainnya yang diciptakan oleh Allah; karena Allah telah membentuknya di dalam rahim dan menciptakannya sebagaimana dikehendaki-Nya, maka mana mungkin ia dianggap sebagai tuhan seperti yang diduga oleh orang-orang Nasrani. Sesungguhnya dia tumbuh di dalam rahim dan berubah-ubah dari satu keadaan kepada keadaan yang lainnya, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
يَخْلُقُكُمْ
فِي بُطُونِ أُمَّهاتِكُمْ خَلْقاً مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُماتٍ
ثَلاثٍ
Dia menjadikan kalian dalam perut ibu kalian kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. (Az-Zumar: 6)
Ali Imran, ayat 7-9
{هُوَ
الَّذِي أَنزلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ
الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ
فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ
تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي
الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ
إِلا أُولُو الألْبَابِ (7) رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ
هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (8)
رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لَا
يُخْلِفُ الْمِيعَادَ (9) }
Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an)
kepada kamu. Di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok
isi Al-Qur'an; dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang
dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang
mutasyabihat darinya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya,
padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang
yang mendalam ilmunya berkata, "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat,
semuanya itu dari sisi Tuhan Kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran
(darinya) melainkan orang-orang yang berakal. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau
memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanian Kepaaa Kami rahmat dari
sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia). Ya Tuhan
kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada)
hari yang tak ada keraguan padanya." Sesungguhnya Allah tidak menyalahi
janji.
Allah Swt. memberitakan bahwa di dalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat muhkam,
yang semuanya merupakan Ummul Kitab, yakni terang dan jelas pengertiannya, tiada
seorang pun yang mempunyai pemahaman yang keliru tentangnya. Bagian yang lain
dari kandungan Al-Qur'an adalah ayat-ayat mutasyabih (yang samar) pengertiannya
bagi kebanyakan orang atau sebagian dari mereka. Barang siapa yang mengembalikan
hal yang mutasyabih kepada dalil yang jelas dari Al-Qur'an, serta memutuskan
dengan ayat yang muhkam atas ayat yang mutasyabih, maka sesungguhnya dia
mendapat petunjuk. Barang siapa yang terbalik, yakni memutuskan yang mutasyabih
atas yang muhkam, maka terbaliklah dia. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
هُنَّ
أُمُّ الْكِتابِ
itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an. (Ali Imran: 7)
Yaitu pokok dari isi Al-Qur'an yang dijadikan aijukan di saat menjumpai yang
mutasyabih.
وَأُخَرُ
مُتَشابِهاتٌ
dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. (Ali Imran: 7)
Yakni ayat-ayat yang pengertiannya terkadang mirip dengan ayat-ayat yang
muhkam dan terkadang mirip dengan pengertian lainnya bila ditinjau dari segi
lafaz dan susunannya, tetapi tidak dari segi makna yang dimaksud. Mereka
berselisih pendapat mengenai muhkam dan mutasyabih, berbagai pendapat banyak
diriwayatkan dari kalangan ulama Salaf. Untuk itu, Ali ibnu Abu Talhah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ayat-ayat yang muhkam adalah ayat-ayat
yang me-nasakh (merevisi), ayat-ayat yang menerangkan tentang halal dan haram,
batasan-batasan dari Allah, serta semua hal yang berpengaruh dan diamalkan.
Disebutkan pula dari Ibnu Abbas bahwa ayat-ayat muhkam (antara lain) ialah
firman Allah Swt.:
قُلْ
تَعالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ
شَيْئاً
Katakanlah, "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kalian oleh Tuhan
kalian, yaitu janganlah kalian mempersekutukan sesuatu dengan Dia (Al-An'am:
151)
Dan ayat-ayat lain yang sesudahnya, juga firman Allah Swt.:
وَقَضى
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kalian jangan menyembah selain
Dia. (Al-Isra: 23)
Serta ketiga ayat sesudahnya. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula; dia
meriwayatkannya dari Said ibnu Jubair dengan lafaz yang sama.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah
menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami
Hammad ibnu Zaid, dari Ishaq ibnu Suwaid, bahwa Yahya ibnu Ya'mur dan Abu
Fakhitah melakukan perdebatan sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu
firman-Nya: itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyabihat. (Ali Imran: 7). Maka Abu Fakhitah berkata, "Yang dimaksud
dengan ayat-ayat mutasyabihat ialah pembukaan tiap-tiap surat (yang terdiri atas
rangkaian huruf-huruf hijaiyah)." Sedangkan menurut Yahya ibnu Ya'mur, makna
yang dimaksud dengan Ummul Kitab ialah yang menyangkut fardu-fardu, perintah,
dan larangan, serta halal dan haram.
Ibnu Luhai'ah meriwayatkan dari Ata ibnu Dinar, dari Sa'id ibnu Jubair
sehubungan dengan firman-Nya: itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an. (Ali
Imran: 7), Dinamakan Ummul Kitab karena ayat-ayat tersebut tertulis di dalam
semua kitab.
Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa dikatakan demikian karena tiada seorang
pemeluk agama pun melainkan ia rida dengannya. Menurut pendapat yang lain
sehubungan dengan ayat-ayat mutasyabihat, yang dimaksud adalah ayat yang
di-mansukh, hal yang didahulukan dan hal yang diakhirkan, semua misal
(perumpamaan) yang terdapat di dalam Al-Qur'an, semua qasam (sumpah) dan hal-hal
yang hanya diimani tetapi tidak diamalkan. Demikianlah menurut apa yang
diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah dari Ibnu Abbas.
Menurut pendapat yang lain, ayat-ayat mutasyabihat ialah huaif-huruf hijaiyah
yang ada pada permulaan tiap-tiap surat. Demikian menurut Muqatil ibnu
Hayyan.
Telah diriwayatkan dari Mujahid, bahwa ayat-ayat mutasyabihat sebagian
darinya membenarkan sebagian yang lain. Hal ini hanyalah menyangkut tafsir
firman-Nya:
كِتاباً
مُتَشابِهاً مَثانِيَ
yaitu sebuah kitab (Al-Qur'an) yang serupa lagi berulang-ulang.
(Az-Zumar: 23)
Dalam tafsir ayat ini mereka menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
mutasyabih ialah suatu kalam yang berada dalam konteks yang sama;
sedangkan yang dimaksud dengan masani ialah kalam yang menggambarkan dua
hal yang berlawanan, seperti gambaran surga dan gambaran neraka, dan keadaan
orang-orang yang bertakwa dengan keadaan orang-orang yang durhaka, begitulah
seterusnya.
Yang dimaksud dengan istilah mutasyabih dalam ayat ini (Ali Imran: 7)
ialah lawan kata dari muhkam. Pendapat yang paling baik sehubungan dengan
masalah ini ialah apa yang telah kami sebut di atas, yaitu yang dinaskan oleh
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar ketika ia mengatakan sehubungan dengan tafsir
firman-Nya: Di antara (isi)nya ada ayat-ayat muhkamat. (Ali Imran: 7)
Ayat-ayat yang muhkam merupakan hujah Tuhan, dan pemeliharaan bagi
hamba-hamba Allah, serta untuk mematahkan hujah lawan yang batil. Ayat-ayat ini
tidak dapat dibelokkan pengertiannya dan tidak dapat ditakwilkan dengan
pengertian yang menyimpang dari apa adanya.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa mutasyabihat dalam hal
kebenarannya tidak memerlukan adanya pengertian lain dan takwil yang terkandung
di balik makna lahiriahnya; Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan ayat-ayat
mutasyabihat ini, sebagaimana Dia menguji mereka dengan masalah halal dan haram.
Pada garis besarnya ayat-ayat mutasyabihat tidak boleh dibelokkan kepada
pengertian yang batil dan tidak boleh diselewengkan dari perkara yang hak.
Karena itulah Allah Swt. berfirman:
فَأَمَّا
الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan. (Ali
Imran: 7)
Yakni kesesatan dan menyimpang dari perkara yang hak, menyukai perkara yang
batil.
فَيَتَّبِعُونَ
مَا تَشابَهَ مِنْهُ
Maka mereka mengikuti ayat yang mutasyabihat darinya. (Ali Imran:
7)
Yaitu sesungguhnya mereka hanya mau mengambil yang mutasyabihnya saja, karena
dengan yang mutasyabih itu memungkinkan bagi mereka untuk membelokkannya sesuai
dengan tujuan-tujuan mereka yang rusak, lalu mereka mengartikannya dengan
pengertian tersebut, mengingat lafaznya mirip dengan pengertian mereka yang
menyimpang. Terhadap yang muhkam, maka tidak ada jalan bagi mereka untuk
melakukan penyimpangan-penyimpangan padanya, karena yang muhkam merupakan hujah
yang mematahkan alasan mereka dan dapat membungkam mereka.
Karena itulah Allah Swt. berfirman:
ابْتِغاءَ
الْفِتْنَةِ
untuk menimbulkan fitnah. (Ali Imran: 7)
Yaitu untuk menyesatkan para pengikut mereka dengan cara memakai Al-Qur'an
sebagai hujah mereka untuk mengelabui para pengikutnya terhadap bid'ah yang
mereka lakukan. Padahal kenyataannya hal tersebut merupakan hujah yang
menghantam mereka dan sama sekali bukan hujah yang mereka peralat. Perihalnya
sama dengan masalah seandainya orang-orang Nasrani mengemukakan hujahnya
'Al-Qur'an telah menyebutkan bahwa Isa adalah roh (ciptaan) Allah dan kalimat
(perintah)-Nya yang Dia sampaikan kepada Maryam dan roh dari Allah', tetapi
mereka mengesampingkan firman-Nya yang mengatakan:
إِنْ
هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنا عَلَيْهِ
Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya
nikmat (kenabian). (Az-Zukhruf: 59)
إِنَّ
مَثَلَ عِيسى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرابٍ ثُمَّ قالَ لَهُ
كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya misal (penciptaan) isa di sisi Allah adalah seperti
(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman
kepadanya, "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (Ali Imran:
59)
Dan ayat-ayat lainnya yang muhkam lagi jelas menunjukkan bahwa Isa adalah
salah seorang dari makhluk Allah, dan merupakan seorang hamba serta seorang
rasul di antara rasul-rasul Allah.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَابْتِغاءَ
تَأْوِيلِهِ
dan untuk mencari-cari takwilnya. (Ali Imran: 7)
Yakni penyimpangannya menurut apa yang mereka kehendaki. Muqatil ibnu Hayyan
dan As-Saddi mengatakan bahwa mereka ingin mencari tahu apa yang bakal terjadi
dan bagaimana akibat dari ber-bagai hal melalui Al-Qur'an.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ أَبِي مُلَيْكَة، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {هُوَ الَّذِي أَنزلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ
مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ
[فَأَمَّاالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ] } إِلَى قَوْلِهِ: {أُولُو الألْبَابِ}
فَقَالَ: "فَإِذَا رَأَيْتُمُ الَّذِينَ يُجَادِلُون فِيهِ فَهُمُ الَّذِينَ عَنَى
اللهُ فَاحْذَرُوهُمْ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah
menceritakan kepada kami Ya'qub, dari Abdullah ibnu Abu Mulaikah, dari Siti
Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya:
Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi)nya
ada ayat-ayat muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyabihat. (Ali Imran: 7) sampai dengan firman-Nya:
orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 7) Lalu beliau Saw. bersabda:
Apabila kalian melihat orang-orang yang berbantah-bantahan mengenainya
(mutasyabih), maka merekalah orang-orang yang dimaksudkan oleh Allah. Karena
itu, hati-hatilah kalian terhadap mereka.
Demikianlah bunyi hadis ini menurut apa yang terdapat di dalam Musnad Imam
Ahmad melalui riwayat Ibnu Abu Mulaikah, dari Siti Aisyah r.a. tanpa ada seorang
perawi pun di antara keduanya (antara Ibnu Abu Mulaikah dengan Siti Aisyah).
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Majah melalui jalur Ismail ibnu Ulayyah
dan Abdul Wahhab As-Saqafi, keduanya dari Ayyub dengan lafaz yang sama. Muhammad
ibnu Yahya Al-Abdi meriwayatkan pula di dalam kitab musnadnya melalui Abdul
Wahhab As-Saqafi dengan lafaz yang sama. Hal yang sama diriwayatkan pula oleh
Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Ayyub. Hal yang sama diriwayatkan pula oleh
bukan hanya seorang, dari Ayyub. Ibnu Hibban meriwayatkan pula di dalam kitab
sahihnya melalui hadis Ayyub dengan lafaz yang sama.
Abu Bakar ibnul Munzir meriwayatkannya di dalam kitab tafsirnya melalui dua
jalur, yaitu dari Abun Nu'man, Muhammad ibnul Fadl As-Sudusi yang laqab-nya
(julukannya) adalah Arim, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah
menceritakan kepada kami Ayyub, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Siti Aisyah dengan
lafaz yang sama. Ayyub (yaitu Abu Amir Al-Kharraz) dan lain-lainnya
mengikutinya, dari Ibnu Abu Mulaikah; lalu Imam Turmuzi meriwayatkannya dari
Bandar, dari Abu Daud At-Tayalisi, dari Abu Amir Al-Kharraz, kemudian ia
menuturkan hadis ini.
Sa'id ibnu Mansur meriwayatkannya pula di dalam kitab sunnah-nya, dari Hammad
ibnu Yahya, dari Abdullah ibnu Abu Mulaikah, dari Aisyah. Ibnu Jarir
meriwayatkannya pula melalui hadis Rauh ibnul Qasim dan Nafi' ibnu Umar
Al-Jumahi; keduanya dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Aisyah.
Nafi' mengatakan dalam riwayatnya dari Ibnu Abu Mulaikah, bahwa Siti Aisyah
pernah menceritakan kepadaku, lalu ia (Ibnu Abu Mulaikah) menuturkan hadis
ini.
Imam Bukhari meriwayatkan pula hadis ini dalam tafsir ayat ini, sedangkan
Imam Muslim meriwayatkannya di dalam Kitabul Qadar dari kitab sahihnya, dan Abu
Daud di dalam kitab sunnahnya; ketiganya meriwayatkan hadis ini dari Al-Aqnabi,
dari Yazid ibnu Ibrahim At-Tusturi dari Ibnu Abu Mulaikah dari Al-Qasim ibnu
Muhammad dari Siti Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca
ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an)
kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat. (Ali Imran: 7),
sampai dengan firman-Nya: Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya)
melainkan orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 7)
Siti Aisyah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu Rasulullah Saw.
bersabda:
«فَإِذَا
رَأَيْتَ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ
سَمَّى اللَّهُ فَاحْذَرُوهُمْ»
Apabila kalian melihat orang-orang yang mengikuti hal-hal yang mutasyabih
darinya, maka mereka itulah orang-orang yang disebutkan oleh Allah; maka
hati-hatilah kalian terhadap mereka.
Demikianlah menurut lafaz Imam Bukhari.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Turmuzi melalui Bandar, dari Abu Daud
At-Tayalisi, dari Yazid ibnu Ibrahim dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Imam Turmuzi menuturkan bahwa Yazid ibnu
Ibrahim At-Tusturi sendirilah yang menyebut Al-Qasim dalam sanad ini, sedangkan
menurut yang lainnya yang bukan hanya seorang meriwayatkannya dari Ibnu Abu
Mulaikah langsung dari Siti Aisyah, tanpa menyebut Al-Qasim. Demikian komentar
Imam Turmuzi.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abul Walid At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami
Yazid ibnu Ibrahim At-Tusturi dan Hammad ibnu Abu Mulaikah, dari Al-Qasim ibnu
Muhammad, dari Siti Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
ditanya mengenai makna firman-Nya: Adapun orang-orang yang di dalam hatinya
condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat
darinya. (Ali Imran: 7)
Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya:
«إِذَا
رَأَيْتُمُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ، فَأُولَئِكَ الَّذِينَ
سَمَّى اللَّهُ فَاحْذَرُوهُمْ»
Apabila kalian melihat orang-orang yang mengikuti hal-hal yang mutasyabih
dari Al-Qur'an, maka mereka itulah orang-orang yang disebutkan oleh Allah (dalam
ayat ini); maka hati-hatilah (waspadalah) kalian terhadap mereka.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Sahl, telah
menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Hammad ibnu Salamah, dari
Abdur Rahman ibnul Qasim, dari ayah-nya, dari Siti Aisyah r.a. yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai ayat ini, yaitu firman-Nya:
maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat darinya untuk menimbulkan
fitnah. (Ali Imran: 7)
Kemudian beliau Saw. bersabda:
«قَدْ
حَذَّرَكُمُ اللَّهُ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَاعْرِفُوهُمْ»
Allah telah memperingatkan kalian. Maka apabila kalian melihat mereka,
waspadalah kalian terhadap mereka.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Murdawaih melalui jalur yang lain, dari
Al-Qasim, dari Siti Aisyah dengan lafaz yang sama.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ أَبِي
غَالِبٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ يُحَدِّثُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في قوله: {فَأَمَّاالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ
فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ} قَالَ: "هُمُ الْخَوَارِجُ"، وَفِي قَوْلِهِ:
{يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ} . [آلِ عِمْرَانَ: 106] قَالَ:
"هُمُ الْخَوَارِجُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kamil, telah
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Abu Galib yang mengatakan bahwa ia pernah
mendengar Abu Umamah menceritakan hadis berikut dari Nabi Saw. sehubungan dengan
firman-Nya: Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,
maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat darinya. (Ali Imran: 7)
bahwa mereka adalah golongan Khawarij. Juga firman-Nya: Pada hari yang
di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri, dan ada pula muka yang menjadi
hitam muram. (Ali Imran: 106). Mereka (yang mukanya menjadi hitam muram)
adalah golongan Khawarij.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya pula melalui jalur yang lain, dari Abu Galib,
dari Abu Umamah, lalu ia menuturkan hadis ini.
Minimal hadis ini berpredikat mauquf karena dikategorikan sebagai perkataan
seorang sahabat, tetapi makna yang dikandungnya sahih (benar).
Karena sesungguhnya mula-mula bid'ah yang terjadi dalam permulaan masa Islam
ialah fitnah Khawarij. Pada mulanya mereka muncul disebabkan masalah duniawi,
yaitu ketika Nabi Saw. membagi-bagi hasil ganimah Perang Hunain. Dalam akal
mereka yang tidak sehat seakan-akan mereka melihat bahwa Nabi Saw. tidak berlaku
adil dalam pembagian ganimah. Lalu mereka mengejutkan Nabi Saw. dengan suatu
ucapan yang tidak pantas. Maka seseorang dari mereka (Khawarij) yang dikenal
dengan julukan "Zul Khuwaisirah" (si pinggang kecil, semoga Allah merobek
pinggangnya) berkata, "Berlaku adillah engkau, karena sesungguhnya engkau tidak
adil." Lalu Rasulullah Saw. menjawab:
«لَقَدْ
خِبْتُ وَخَسِرْتُ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ، أَيَأْمَنُنِي عَلَى أَهْلِ
الْأَرْضِ وَلَا تَأْمَنُونِي»
Sesungguhnya kecewa dan merugilah aku jika aku tidak adil. Allah
mempercayakan aku untuk penduduk bumi, maka mengapa engkau tidak percaya
kepadaku?
Ketika lelaki itu pergi, Umar ibnul Khattab —menurut riwayat yang lain Khalid
ibnul Walid— meminta izin kepada Nabi Saw. untuk membunuh lelaki yang mengatakan
demikian itu. Tetapi Nabi Saw. bersabda:
"دَعْهُ
فَإِنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ ضِئْضِئ هَذَا-أَيْ: مِنْ جِنْسِهِ -قَوْمٌ يَحْقِرُ
أَحَدُكُمْ صَلَاتَهُ مَعَ صَلَاتِهِمْ، وَصِيَامَهِ مَعَ صِيَامِهِمْ،
وَقِرَاءَتَهُ مَعَ قِرَاءَتِهِمْ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ
السَّهْمُ مِنَ الرّمِيَّة، فَأَيْنَمَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ، فَإِنَّ
فِي قَتْلِهِمْ أجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ.
Biarkanlah dia, sesungguhnya kelak akan muncul dari golongan lelaki ini
suatu kaum yang seseorang di antara kalian memandang kecil salatnya bila
dibandingkan dengan salat mereka, dan bacaannya dengan bacaan mereka. Mereka
menembus agama sebagaimana anak panah menembus sasarannya. Maka dimana pun
kalian jumpai mereka, perangilah mereka, karena sesungguhnya bagi orang yang
membunuh mereka akan mendapat pahala.
Mereka baru muncul dalam masa Khalifah Ali ibnu Abu Talib r.a.: dan ia
memerangi mereka di Nahrawan. Kemudian bercabanglah dari mereka berbagai kabilah
dan puak serta berbagai aliran dan sekte yang cukup banyak. Lalu muncullah
aliran Qadariyah, Mu'tazilah, Jahmiyah, dan aliran-aliran bid'ah lainnya yang
jauh sebelum itu telah diberitakan oleh Nabi Saw. dalam salah satu sabdanya:
"وَسَتَفْتَرِقُ
هَذِهِ الْأُمَّةُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، كُلُّهَا فِي النَّارِ
إِلَّا وَاحِدَةً" قَالُوا: [مَنْ] هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: " مَنْ كَانَ
عَلَى مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي"
Umat ini kelak akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya
masuk neraka kecuali satu golongan. Mereka (para sahabat) bertanya,
"Siapakah mereka yang satu golongan itu, ya Rasulullah?" Rasulullah Saw.
menjawab, "Orang-orang yang berpegang kepada tuntunanku dan tuntunan para
sahabatku.”
Hadis diketengahkan oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya dengan
tambahan ini.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ
عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنِ الْحَسَنِ
عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ بَلَغَهُ، عَنْ حُذَيْفَةَ -أَوْ
سَمِعَهُ مِنْهُ-يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّهُ ذَكَرَ: " إِنَّ فِي أُمَّتِي قَوْمًا يقرؤون الْقُرْآنَ يَنْثُرُونَهُ
نَثْر الدَّقَل، يَتَأوَّلُوْنَهُ عَلَى غَيْرِ تَأْوِيلِهِ".
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Musa, telah
menceritakan kepada kami Amr Ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami
Al-Mu'tamir, dari ayahnya, dari Qatadah, dari Al-Hasan ibnu Jundub ibnu
Abdullah; telah disampaikan kepadanya sebuah hadis dari Huzaifah atau dia
mendengarnya langsung dari Huzaifah, dari Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa
Rasulullah Saw. pernah menuturkan hal berikut: Sesungguhnya di dalam umatku
terdapat suatu kaum, mereka membaca Al-Qur'an dengan bacaan yang sangat lancar
seperti menebar anak panah, mereka menakwilkannya bukan dengan takwil yang
sebenarnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَما
يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ
padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. (Ali
Imran: 7)
Para ahli qurra berselisih pendapat mengenai bacaan waqaf dalam ayat ini.
Menurut suatu pendapat, waqaf dilakukan pada lafzul Jalalah, seperti apa
yang telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa ia pernah mengatakan,
"Tafsir itu ada empat macam, yaitu tafsir yang tidak sulit bagi seseorang untuk
memahaminya, tafsir yang diketahui oleh orang-orang Arab melalui bahasanya,
tafsir yang hanya diketahui oleh orang-orang yang berilmu mendalam, dan tafsir
yang tiada yang mengetahuinya selain Allah."
Pendapat yang sama diriwayatkan pula dari Siti Aisyah, Urwah, Abusy Sya'sa,
Abu Nuhaik, dan Lain-lain.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ فِي الْمُعْجَمِ الْكَبِيرِ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ
مَرْثَدٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنِي أَبِي،
حَدَّثَنِي ضَمْضَم بْنُ زُرْعَة، عَنْ شُرَيْح بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ
الْأَشْعَرِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: " لَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي إِلَّا ثَلَاثَ خِلَالٍ: أَنْ يَكْثُرَ لهم
المال فَيَتَحَاسَدُوا
فَيَقْتَتِلُوا، وَأَنْ يُفْتَحَ لَهُمُ الْكِتَابُ فَيَأْخُذَهُ الْمُؤْمِنُ
يَبْتَغِي تَأْوِيلَهُ، {وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ
فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ [كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا
يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ] } الْآيَةَ، وَأَنْ يَزْدَادَ عِلْمُهُمْ
فَيُضَيِّعُوهُ وَلَا يُبَالُونَ عَلَيْهِ "
Al-Hafiz Abul Qasim di dalam kitab Mu'jamul Kabir-nya mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Marsad, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah
menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu
Malik Al-Asy'ari, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Aku
tidak mengkhawatirkan umatku kecuali terhadap tiga perkara, yaitu bila harta
bertambah banyak bagi mereka, lalu mereka saling mendengki, dan akhirnya mereka
saling berperang; dan bila dibukakan bagi mereka (pemahaman) Al-Qur'an, lalu
orang mukmin mengambilnya dengan tujuan mencari-cari takwilnya, "Padahal
tidak ada yang mengetahui takwil-nya melainkan Allah dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata, 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat'
(Ali Imran: 7), hingga akhir ayat.” Dan bilamana ilmu mereka makin bertambah,
yang pada akhirnya mereka menyia-nyiakannya dan mereka tidak
menanyakannya.
Hadis ini garib sekali.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ
بْنِ إِبْرَاهِيمَ، أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرٍو، أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ
عَمَّارٍ، أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ
شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ الْعَاصِ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الْقُرْآنَ لَمْ يَنْزِلْ لِيُكَذِّبَ بَعْضُهُ
بَعْضًا، فَمَا عَرَفْتُمْ مِنْهُ فَاعْمَلُوا بِهِ، وَمَا تَشَابَهَ مِنْهُ
فَآمِنُوا بِهِ"
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Amr, telah menceritakan
kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Hatim,
dari ayahnya, dari Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari Ibnul As, dari
Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya Al-Qur'an itu sebagian
darinya tidaklah diturunkan untuk mendustakan sebagian yang lainnya. Maka apa
saja darinya yang kalian ketahui, amalkanlah; dan apa saja darinya yang
mutasyabih, maka berimanlah kalian kepadanya.
وَقَالَ
عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَنْبَأَنَا مَعْمَر، عَنِ ابْنِ طَاوُسٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ:
كَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَقْرَأُ: "وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ،
وَيَقُولُ الرَّاسِخُونَ: آمَنَّا بِهِ"
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Tawus,
dari ayahnya yang menceritakan bahwa Ibnu Abbas membaca ayat ini dengan bacaan
seperti berikut: Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya, melainkan
Allah. Sedangkan orang-orang yang mendalam ilmunya (hanya) mengatakan,
"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat.”
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Umar ibnu Abdul Aziz dan
Malik ibnu Anas, bahwa mereka (orang-orang yang mendalam ilmunya) hanya beriman
kepadanya, sedangkan mereka tidak mengetahui takwilnya.
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa di dalam qiraat Abdullah ibnu Mas'ud disebutkan
takwil ayat-ayat mutasyabihat hanya ada pada Allah, sedangkan orang-orang yang
mendalam ilmunya hanya mengatakan, "Kami beriman kepada apa yang disebutkan oleh
ayat-ayat mutasyabihat."
Hal yang sama diriwayatkan dari Ubay ibnu Ka'b, dan pendapat ini dipilih oleh
Ibnu Jarir.
Di antara mereka ada yang melakukan waqaf pada firman-Nya:
{وَالرَّاسِخُونَ
فِي الْعِلْمِ}
Dan orang-orang yang mendalam ilmunya. (Ali Imran: 7)
Pendapat ini diikuti oleh banyak ahli tafsir dan ahli Usul, dan mereka
mengatakan bahwa khitab dengan memakai ungkapan yang tidak dimengerti merupakan
hal yang mustahil.
Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, bahwa ia pernah
mengatakan, "Aku termasuk orang-orang yang mendalam ilmunya, yaitu mereka yang
mengetahui takwilnya."
Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan pula dari Mujahid, bahwa orang-orang yang
mendalam ilmunya mengetahui takwilnya dan mereka mengatakan, "Kami beriman
kepadanya." Hal yang sama dikatakan oleh Ar-Rabi' ibnu Anas.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ja'far ibnuz Zubair,
bahwa makna yang dimaksud ialah tidak ada seorang pun yang mengetahui makna yang
dimaksud kecuali hanya Allah. Orang-orang yang mendalam ilmunya mengatakan,
"Kami beriman kepada mutasyabih."
Kemudian mereka yang mendalam ilmunya dalam menakwilkan ayat-ayat yang
mutasyabihat merujuk kepada apa yang telah mereka ketahui dari takwil ayat-ayat
muhkamat yang semua orang mempunyai takwil yang sama mengenainya. Dengan
demikian, maka semua isi Al-Qur'an serasi berkat pendapat mereka, sebagian di
antaranya membenarkan sebagian yang lain; sehingga hujah pun
menembus sasarannya dan tiada suatu alasan pun untuk mengelak darinya, serta
semua kebatilan tersisihkan dan semua kekufuran tertolak berkat Al-Qur'an. Di
dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah mendoakan sahabat
Ibnu Abbas dengan doa berikut:
«اللَّهُمَّ
فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ»
Ya Allah, berilah dia pemahaman dalam agama dan ajarkanlah kepadanya
takwil (Al-Qur'an).
Di antara ulama ada yang merincikan masalah ini, dia mengatakan bahwa takwil
Al-Qur'an dimaksudkan mempunyai dua pengertian. Salah satunya ialah takwil
dengan pengertian hakikat sesuatu dan merupakan kesimpulan darinya. Termasuk ke
dalam pengertian ini ialah firman-Nya:
وَقالَ
يا أَبَتِ هذا تَأْوِيلُ رُءْيايَ مِنْ قَبْلُ
Dan berkata Yusuf, "Wahai ayahku, inilah tabir mimpiku yang dahulu
itu." (Yusuf: 100)
Dan firman-Nya:
هَلْ
يَنْظُرُونَ إِلَّا تَأْوِيلَهُ يَوْمَ يَأْتِي تَأْوِيلُهُ
Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali (terlaksananya kebenaran)
Al-Qur'an itu. Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al-Qur'an itu.
(Al-A'raf: 53)
Yakni hakikat dari apa yang diberitakan kepada mereka menyangkut perkara
akhirat, apabila yang dimaksud dengan takwil seperti di atas berarti waqaf-nya
pada lafzul Jalalah. Karena hakikat dan kenyataan segala sesuatu itu
tidak ada seorang pun yang mengetahuinya dengan jelas kecuali hanya Allah Swt.
Dengan demikian, berarti firman-Nya: Dan orang-orang yang mendalam
ilmunya. (Ali Imran: 7) berkedudukan sebagai mubtada. Sedangkan
firman-Nya: mengatakan, "Kami beriman kepadanya." (Ali Imran: 7)
berkedudukan sebagai khabar-nya.
Adapun jika yang dimaksud dengan takwil ialah pengertian yang lain, yaitu
seperti tafsir, penjelasan, dan keterangan mengenai sesuatu, seperti makna yang
terdapat di dalam firman-Nya:
نَبِّئْنا
بِتَأْوِيلِهِ
Berikanlah kepada kami takwilnya. (Yusuf: 36)
Yakni tafsir dari mimpinya itu. Jika yang dimaksud adalah seperti ini,
berarti waqaf-nya pada firman-Nya: dan orang-orang yang mendalam ilmunya.
(Ali Imran: 7)
Karena mereka mengetahui dan memahami apa yang di-khitab-kan oleh
Al-Qur'an dengan ungkapannya itu, sekalipun pengetahuan mereka tidak meliputi
hakikat segala sesuatu seperti apa adanya. Berdasarkan analisis ini, berarti
firman-Nya: mengatakan, "Kami beriman kepadanya." (Ali Imran: 7)
berkedudukan sebagai hal yang menggambarkan keadaan mereka. Hal ini memang
diperbolehkan; dan ia merupakan bagian dari ma'tuf, bukan ma'tuf
'alaih, seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
لِلْفُقَراءِ
الْمُهاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيارِهِمْ
وَأَمْوالِهِمْ
(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman
dan harta benda mereka. (Al-Hasyr: 8)
sampai dengan firman-Nya:
يَقُولُونَ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنا وَلِإِخْوانِنَا
mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara
kami." (Al-Hasyr: 10), hingga akhir ayat.
Dan seperti firman Allah Swt.:
وَجاءَ
رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
Dan datanglah Tuhanmu, dan (datang pula) malaikat dengan
berbaris-baris. (Al-Fajr: 22)
Firman Allah Swt. yang memberitakan perihal mereka yang mendalam ilmunya,
bahwa mereka mengatakan, "Kami beriman kepadanya," yakni kepada ayat-ayat
mutasyabihat itu. Semuanya —yakni yang muhkam dan yang mutasyabih— berasal dari
sisi Tuhan kami dengan sebenarnya. Masing-masing dari keduanya membenarkan yang
lainnya dan mempersaksikannya, karena semuanya berasal dari sisi Allah; Tiada
sesuatu pun dari sisi Allah yang berbeda dan tidak pula berlawanan, seperti yang
disebutkan oleh firman-Nya:
أَفَلا
يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا
فِيهِ اخْتِلافاً كَثِيراً
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an? Kalau sekiranya
Al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang
banyak di dalamnya. (An-Nisa: 82)
*******************
Karena itulah Allah Swt. berfirman:
وَما
يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُوا الْأَلْبابِ
Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang-orang yang
berakal. (Ali Imran: 7)
Dengan kata lain, sesungguhnya orang yang mengerti dan dapat memahaminya
dengan pemahaman yang sebenarnya hanyalah orang-orang yang berakal sehat dan
berpemahaman yang lurus.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَوْفٍ الحِمْصَيّ، حَدَّثَنَا
نُعَيْم بْنُ حَمَّادٍ، حَدَّثَنَا فَيَّاضٌ الرَّقِّيّ، حَدَّثْنَا عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ يَزِيدَ -وَكَانَ قَدْ أَدْرَكَ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: أَنَسًا، وَأَبَا أُمَامَةَ، وَأَبَا الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمْ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الدَّرْدَاءِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنِ الرَّاسِخِينَ فِي الْعِلْمِ، فَقَالَ:
"مَنْ بَرَّت يَمِينُهُ، وَصَدَقَ لِسَانُهُ، وَاسْتَقَامَ قَلْبُهُ، وَمَنْ
أَعَفَّ بَطْنَهُ وَفَرْجَهُ، فَذَلِكَ مِنَ الرَّاسِخِينَ فِي
الْعِلْمِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf
Ahimsi, telah menceritakan kepada kami Nu'aim ibnu Hammad, telah menceritakan
kepada kami Fayyad Ar-Riqqi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu
Yazid (seseorang yang pernah bersua dengan sahabat-sahabat Nabi Saw., yaitu
Anas, Abu Umamah, dan Abu Darda), bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai
pengertian orang-orang yang mendalam ilmunya. Maka beliau Saw. bersabda:
Orang yang menunaikan sumpahnya, jujur lisannya dan hatinya lurus, serta
orang yang memelihara kehormatan perut dan farjinya. Maka yang bersifat demikian
itu termasuk orang-orang yang mendalam ilmunya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَر، عن
الزهري، عن عمر بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ قَالَ: سَمِعَ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَوْمًا يَتَدَارَءُونَ فَقَالَ:
"إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِهَذَا، ضَرَبُوا كِتَابَ اللَّهِ
بَعْضَهُ بِبَعْضٍ، وَإِنَّمَا أُنْزِلَ كِتَابُ اللَّهِ لِيُصَدِّقَ بَعْضُهُ
بَعْضًا، فَلَا تُكَذِّبُوا بَعْضَهُ بِبَعْضٍ، فَمَا عَلِمْتُمْ مِنْهُ فقولوا،
وما جهلتم فَكِلُوهُ إلى عَالِمِه"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri,
dari Amr ibnu Syu'ab, dari ayahnya, dari kakeknya yang pernah menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. mendengar suatu kaum yang sedang berbantah-bantahan. Maka beliau
Saw. bersabda: Sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kalian karena
hal ini; mereka mengadukan sebagian dari Kitabullah dengan sebagian yang lain.
Dan sesungguhnya Kitabullah itu diturunkan hanyalah untuk membenarkan sebagian
darinya dengan sebagian yang lain. Karena itu, janganlah kalian mendustakan
sebagian darinya dengan sebagian yang lain. Hal-hal yang kalian ketahui darinya,
maka katakanlah ia; dan hal-hal yang kalian tidak mengetahuinya, maka
serahkanlah hal itu kepada yang mengetahuinya.
Dalam pembahasan terdahulu hadis ini telah disebut oleh riwayat Ibnu
Murdawaih melalui jalur Hisyam ibnu Ammar, dari Abu Hazim, dari Amr ibnu Syu'aib
dengan lafaz yang sama.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى الْمَوْصِلِيُّ
فِي مُسْنَدِهِ، حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ،
عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ: لَا أَعْلَمُهُ إِلَّا عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"نَزَلَ الْقُرْآنُ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ، والمِرَاءُ فِي الْقُرْآنِ كُفْرٌ
-ثَلَاثًا-مَا عَرَفْتُمْ مِنْهُ فَاعْمَلُوا بِهِ، وَمَا جَهِلْتُمْ مِنْهُ
فَرُدُّوهُ إِلَى عَالِمِهِ".
Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan di dalam kitab musnadnya, telah menceritakan
kepada kami Zuhair ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Iyad,
dari Abu Hazim, dari Abu Salamah yang mengatakan bahwa ia tidak mengetahui hadis
ini melainkan dari Abu Hurairah yang isinya menyebutkan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Al-Qur'an diturunkan dengan memakai tujuh dialek, berdebat
dalam masalah Al-Qur'an merupakan kekufuran —sebanyak tiga kali—. Apa saja yang
kalian ketahui darinya, maka amalkanlah hal itu; dan apa saja yang kalian tidak
ketahui darinya, maka kembalikanlah hal itu kepada Yang Maha
Mengetahuinya.
Sanad hadis ini sahih, tetapi di dalamnya terdapat illat (cela) disebabkan
ucapan perawi yang mengatakan, "Aku tidak mengetahuinya kecuali dari Abu
Hurairah."
Ibnul Munzir di dalam kitab tafsirnya mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abdul Hakam, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Nafi' ibnu Yazid yang mengatakan bahwa
menurut suatu pendapat, orang-orang yang mendalam ilmunya ialah orang-orang yang
tawadu' kepada Allah, lagi rendah diri kepada Allah demi memperoleh rida-Nya.
Mereka tidak berbesar diri terhadap orang yang berada di atas mereka, dan tidak
menghina orang yang berada di bawah mereka.
*******************
Kemudian Allah Swt. memberitakan perihal mereka, bahwa mereka selalu berdoa
kepada Tuhan mereka seraya mengucapkan:
رَبَّنا
لَا تُزِغْ قُلُوبَنا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنا
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan
sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami. (Ali Imran: 8)
Yakni janganlah Engkau menjadikannya menyimpang dari petunjuk sesudah Engkau
meluruskannya pada jalan hidayah. Dan janganlah Engkau jadikan kami seperti
orang-orang yang di dalam hati mereka terdapat kesesatan, yaitu mereka mengikuti
ayat-ayat Al-Qur'an yang mutasyabih, tetapi tetapkanlah (teguhkanlah) kami pada
jalan-Mu yang lurus dan agama-Mu yang lurus.
وَهَبْ
لَنا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً
dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau. (Ali Imran:
8)
Agar hati kami menjadi teguh, dan kesatuan kami terhimpun, serta iman dan
keyakinan kami bertambah karenanya.
إِنَّكَ
أَنْتَ الْوَهَّابُ
karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia). (Ali Imran:
8)
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الأوْدِي -وَقَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب -قَالَا جَمِيعًا: حَدَّثَنَا وَكِيع،
عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ بَهْرام، عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَب، عَنْ أُمِّ
سَلَمَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: "يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى
دِينِكَ" ثُمَّ قَرَأَ: {رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abdullah
Al-Audi; dan Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib.
Keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Waki', dari Abdul Hamid
ibnu Bahrain, dari Syar ibnu Hausyab, dari Ummu Salamah, bahwa Nabi Saw.
mengucapkan doa berikut: Ya Tuhan Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah
hatiku pada agama-Mu. Kemudian membaca ayat berikut: Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau
memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi
Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia). (Ali Imran:
8)
رَوَاهُ
ابْنُ مَرْدَوَيْهِ مِنْ طَرِيقِ مُحَمَّدِ بْنِ بَكَّار، عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ
بْنِ بَهْرَامَ، عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، وَهِيَ
أَسْمَاءُ بِنْتُ يَزِيدَ بْنِ السَّكَنِ، سمعها تحد ث أن رسول الله صلى الله عليه
وسلم كَانَ يُكْثِرُ فِي دُعَائِهِ: "اللَّهُمَّ مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ
قَلْبِي عَلَى دِينِكَ" قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَإِنَّ الْقَلْبَ
لَيَتَقَلَّبُ ؟ قَالَ: "نَعَمْ، مَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ بَشَرٍ
إِلَّا أَنَّ قَلْبَهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ،
فَإِنْ شَاءَ أَقَامَهُ، وَإِنْ شَاءَ أَزَاغَهُ"
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Murdawaih dari jalur Muhammad ibnu
Bakkar, dari Abdul Hamid ibnu Bahram, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Ummu
Salamah, dari Asma binti Yazid ibnus Sakan; aku pernah mendengar Asma binti
Yazid ibnus Sakan menceritakan bahwa Rasulullah Saw. acapkali mengucapkan doa
berikut: Ya Tuhan Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada
agama-Mu. Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa ia bertanya, "Wahai
Rasulullah, apakah hati itu benar-benar berbolak-balik?" Rasul Saw. menjawab:
Ya, tidak sekali-kali Allah menciptakan seorang manusia melainkan hati
manusia itu berada di antara dua jari (kekuasaan) Allah Swt. Jika Dia
menghendaki untuk meluruskannya, maka Dia menjadikannya lurus. Dan jika
Dia menghendaki untuk menyesatkannya, maka Dia menjadikannya sesat.
Kami memohon kepada Allah, Tuhan kami, semoga Dia tidak menjadikan hati kami
sesat sesudah Dia memberinya petunjuk. Dan kami memohon kepada-Nya semoga Dia
menganugerahkan kepada kami rahmat dari sisi-Nya, karena sesungguhnya Dia Maha
Pemberi karunia.
Begitu pula menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui hadis Asad
ibnu Musa, dari Abdul Hamid ibnu Bahram, disebutkan hal yang semisal. Ibnu Jarir
meriwayatkannya pula dari Al-Musanna, dari Al-Hajjaj ibnu Minhal, dari Abdul
Hamid ibnu Bahram dengan lafaz yang semisal. Tetapi di dalam riwayat ini
ditambahkan seperti berikut:
«قُلْتُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلَا تُعَلِّمُنِي دَعْوَةً أَدْعُو بِهَا لِنَفْسِي؟ قَالَ:
«بَلَى، قُولِي اللَّهُمَّ رَبَّ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ، اغْفِرْ لِي ذَنْبِي،
وَأَذْهِبْ غَيْظَ قَلْبِي، وَأَجِرْنِي مِنْ مُضِلَّاتِ الْفِتَنِ»
Aku (Ummu Salamah) berkata, "Wahai Rasulullah, maukah engkau mengajarkan
kepadaku suatu doa yang aku panjatkan buat diriku sendiri?" Rasulullah Saw.
menjawab, "Baiklah. Ucapkanlah, 'Ya Allah, Tuhan Muhammad yang menjadi
nabi, berilah daku ampun atas dosa-dosaku, lenyapkanlah luapan hatiku, dan
lindungilah aku dari fitnah-fitnah yang menyesatkan'."
قَالَ
ابْنُ مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ هَارُونَ بْنِ بِكَارٍ الدِّمَشْقِيُّ، أَخْبَرَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ
الْوَلِيدِ الْخَلَّالُ، أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ،
أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ بَشِيرٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي حَسَّانَ
الْأَعْرَجِ عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَثِيرًا مَا يَدْعُو: "يَا مُقَلِّبَ
الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ"، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا
أَكْثَرَ مَا تَدْعُو بِهَذَا الدُّعَاءِ. فَقَالَ: "لَيْسَ مِنْ قَلْبٍ إِلَّا
وَهُوَ بَيْنُ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ، إِذَا شَاءَ أَنْ
يُقِيمَهُ أَقَامَهُ، وَإِذَا شَاءَ أَنْ يُزِيغَهُ أَزَاغَهُ، أَمَا تَسْمَعِينَ
قَوْلَهُ: {رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا
مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ} .
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu
Ahmad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Harun ibnu Bakkar
Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnul Walid Al-Khallal,
telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Yahya ibnu Ubaidillah, telah
menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Basyir, dari Qatadah, dari Hassan Al-A'raj,
dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa doa yang sering dibaca oleh Rasulullah
Saw. adalah seperti berikut: Ya Tuhan Yang membolak-balikkan hati,
tetapkanlah hatiku pada agama-Mu. Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, lalu ia
bertanya, "Wahai Rasulullah, engkau sering sekali membaca doa ini." Maka beliau
Saw. menjawab: Tidak ada suatu hati pun melainkan ia berada di antara kedua
jari (kekuasaan) Tuhan Yang Maha Pemurah. Jika Dia menghendaki meluruskannya,
niscaya Dia membuatnya lurus; dan jika Dia menghendaki menyesatkannya, niscaya
Dia membuatnya sesat. Tidakkah engkau pernah mendengar firman-Nya, "Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau memberi petunjuk kepada kami; dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari
sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (rahmat)" (Ali
Imran: 8).
Hadis ini garib bila ditinjau dari lafaz ini, tetapi asalnya ada di dalam
kitab Sahihain dan kitab-kitab hadis lainnya yang diriwayatkan melalui berbagai
jalur yang cukup banyak tanpa tambahan ayat ini.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Abu Daud, Nasai, dan Ibnu Murdawaih melalui
riwayat Abu Abdur Rahman Al-Maqbari. Imam Nasai, Ibnu Hibban, dan Abdullah ibnu
Wahb menambahkan bahwa keduanya meriwayatkan hadis ini dari Sa'id ibnu Abu
Ayyub, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnul Walid At-Tajibi, dari Sa'id
ibnul Musayyab, dari Siti Aisyah r.a., bahwa Rasulullah Saw. apabila terbangun
di malam hari mengucapkan doa berikut:
«لَا
إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، سُبْحَانَكَ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ لِذَنْبِي،
وَأَسْأَلُكُ رَحْمَةً، اللَّهُمَّ زِدْنِي عِلْمًا وَلَا تُزِغْ قَلْبِي بَعْدَ
إِذْ هَدَيْتَنِي، وَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ
الْوَهَّابُ»
Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, aku memohon ampun
kepada-Mu atas dosa-dosaku, dan aku memohon rahmat kepada-Mu. Ya Allah,
tambahkanlah ilmu kepadaku dan janganlah Engkau sesatkan hatiku sesudah Engkau
memberinya petunjuk; dan karuniakanlah kepadaku rahmat dari sisi-Mu, karena
sesungguhnya Engkau Maha Pemberi karunia.
Lafaz hadis ini berdasarkan apa yang ada pada Ibnu Murdawaih.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Malik, dari Abu Ubaid maula Sulaiman ibnu
Abdul Malik, dari Ubadah ibnu Nissi yang menceritakan kepadanya bahwa ia pernah
mendengar Qais ibnul Haris mengatakan bahwa Abu Abdullah As-Sanabiji
menceritakan kepadanya bahwa ia pernah salat bermakmum di belakang sahabat Abu
Bakar As-Siddiq r.a. dalam salat Magrib. Lalu sahabat Abu Bakar dalam dua rakaat
pertamanya membaca Ummul Qur'an dan dua surat mufassal yang pendek. Dalam rakaat
yang ketiganya ia membaca Al-Qur'an pula. Abu Abdullah As-Sanabiji melanjutkan
kisahnya, bahwa lalu ia mendekatkan dirinya kepada Abu Bakar, sehingga bajunya
hampir saja bersentuhan dengan baju Abu Bakar. Maka ia mendengarnya membaca
Ummul Qur'an (surat Al-Fatihah) dan ayat berikut, yaitu firman-Nya: Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau memberi petunjuk kepada kami. (Ali Imran: 8), hingga akhir ayat.
Abu Ubaid mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ubadah ibnu Nissi, bahwa ia
pernah berada di sisi Umar ibnu Abdul Aziz dalam .masa kekhalifahannya. Lalu
Umar berkata kepada Qais, "Apakah yang engkau sampaikan kepadaku dari Abu
Abdullah?" Umar berkata pula, "Sejak aku mendengar ayat ini darinya, maka aku
tidak pernah meninggalkannya, sekalipun sebelum itu aku tidak membaca demikian."
Kemudian ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, apakah yang engkau
baca sebelum itu (sebelum mendengar asar tersebut)?" Umar ibnu Abdul Aziz
menjawab bahwa ia sebelumnya selalu membaca: Katakanlah, "Dialah Allah Yang
Maha Esa." (Al-Ikhlas: 1), hingga akhir surat.
Asar ini diriwayatkan pula oleh Al-Walid ibnu Muslim, dari Malik dan
Al-Auza'i; keduanya dari Abu Ubaid dengan kisah yang sama.
Asar ini diriwayatkan pula oleh Al-Walid, dari Ibnu Jabir, dari Yahya ibnu
Yahya Al-Gassani, dari Mahmud ibnu Labid, dari As-Sanabiji, bahwa ia salat di
belakang Abu Bakar dalam salat Magrib-nya. Maka Abu Bakar membaca surat
Al-Fatihah dan sebuah surat yang pendek dengan bacaan yang keras dalam dua
rakaat pertamanya. Ketika ia bangkit dalam rakaat yang ketiganya dan memulai
membaca Al-Qur'an, maka aku mendekat kepadanya hingga bajuku benar-benar
menyentuh bajunya, dan ternyata dia membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan.
(Ali Imran: 8), hingga akhir ayat.
*******************
Firman Allah Swt.:
رَبَّنا
إِنَّكَ جامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk
(menerima pembatesan pada) hari yang tak ada keraguan padanya. (Ali Imran:
9)
Mereka mengatakan pula dalam doanya, bahwa sesungguhnya Engkau, ya Tuhan
kami, akan menghimpun semua makhluk-Mu di hari kiamat nanti; dan kelak Engkau
akan memutuskan peradilan di antara mereka serta memutuskan perihal yang mereka
perselisihkan di antara mereka, lalu Engkau membalas tiap-tiap orang sesuai
dengai amal perbuatannya dan kebaikan serta keburukan yang dikerjakannya selama
di dunia.
Ali Imran, ayat 10-11
{إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ مِنَ
اللَّهِ شَيْئًا وَأُولَئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ (10) كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ
وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ
بِذُنُوبِهِمْ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ (11) }
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta
benda dan anak-anak mereka sedikit pun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari
mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka, (keadaan mereka) adalah
sebagai keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan
ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Dan
Allah sangat keras siksa-Nya.Allah Swt. memberitakan perihal orang-orang kafir, bahwa kelak mereka akan menjadi bahan bakar api neraka. Hal ini disebutkan melalui firman-Nya dalam ayat yang lain:
فَلا
تُعْجِبْكَ أَمْوالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ إِنَّما يُرِيدُ اللَّهُ
لِيُعَذِّبَهُمْ بِها فِي الْحَياةِ الدُّنْيا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ
كافِرُونَ
(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya
dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk.
(Al-Mu’min: 52)Semua yang diberikan kepada mereka ketika di dunia —yaitu berupa harta benda dan anak-anak— tidak ada manfaatnya bagi mereka di sisi Allah, juga tidak dapat menyelamatkan mereka dari siksa Allah yang amat pedih. Seperti yang diungkapkan oleh ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
فَلا
تُعْجِبْكَ أَمْوالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ إِنَّما يُرِيدُ اللَّهُ
لِيُعَذِّبَهُمْ بِها فِي الْحَياةِ الدُّنْيا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ
كافِرُونَ
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.
Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu
untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan melayang nyawa
mereka, sedangkan mereka dalam keadaan kafir. (At-Taubah: 55)Firman Allah Swt. yang mengatakan;
لَا
يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلادِ، مَتاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ
مَأْواهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهادُ
Jangan sekali-kali kamu teperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir
bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat
tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang
seburuk-buruknya. (Ali Imran 196-197)Sedangkan dalam ayat ini Allah Swt. berfirman:
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا
Sesungguhnya orang-orang yang kafir. (Ali Imran: 10)Yakni orang-orang yang ingkar kepada ayat-ayat Allah, mendustakan rasul-rasul-Nya, menentang Kitab-Nya, dan tidak mengambil manfaat dari wahyu-Nya yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya.
لَنْ
تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئاً وَأُولئِكَ
هُمْ وَقُودُ النَّارِ
harta benda dan anak-anak mereka sedikit pun tidak dapat menolak (siksa)
Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka. (Ali Imran:
10)Yaitu kayu bakarnya yang digunakan untuk memperbesar api nerak; Perihalnya sama dengan makna yang disebutkan dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
إِنَّكُمْ
وَما تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ
Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah kayu
bakar Jahannam. (Al-Anbiya: 98), hingga akhir ayat.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ،
أَخْبَرَنَا ابْنُ لَهِيْعة، أَخْبَرَنِي ابْنُ الْهَادِ، عَنْ هِنْدَ بِنْتِ
الْحَارِثِ، عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ أَمِّ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَتْ:
بَيْنَمَا نَحْنُ بِمَكَّةَ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ من اللَّيْلِ، فَقَالَ هَلْ بَلَّغْتُ، اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ
...
" ثَلَاثًا، فَقَامَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فَقَالَ: نَعَمْ. ثُمَّ أَصْبَحَ
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَيَظْهَرَنَّ
الْإِسْلَامُ حَتَّى يَرُدَّ الْكُفْرَ إِلَى مَوَاطِنِهِ، وَلَتَخُوضُنَّ
الْبِحَارَ بِالْإِسْلَامِ، وَلِيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زمان يتعلمون القرآن
ويقرؤونه، ثُمَّ يَقُولُونَ: قَدْ قَرَأْنَا وَعَلِمْنَا، فَمَنْ هَذَا الَّذِي
هُوَ خَيْرٌ مِنَّا، فَهَلْ فِي أُولَئِكَ مِنْ خَيْرٍ؟ " قَالُوا: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، فَمَنْ أولئك؟ قال: "أولئك منكم وأولئك هم وَقُودُ
النَّارِ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami ibnu
Luhai'ah, telah menceritakan kepadaku Ibnul Had, dari Hindun bintil Haris, dari
Ummul Fadl (yaitu Ummu Abdullah ibnu Abbas) yang menceritakan: Ketika kami
berada di Mekah, maka di suatu malam Rasulullah Saw. bangkit, lalu berseru,
"Apakah aku telah menyampaikan, ya Allah, apakah aku telah menyampaikan,"
sebanyak tiga kali. Maka Umar ibnul Khatlab r.a. bangkit, lalu menjawab, "Ya."
Kemudian pada pagi harinya Rasulullah Saw. bersabda, "Islam benar-benar akan
menang hingga kekufuran dikembalikan ke tempat asalnya, dan sesungguhnya banyak
lelaki yang menempuh laut berkat Islam. Dan benar-benar akan datang suatu masa
atas manusia, mereka mempelajari Al-Qur'an dan membacanya, kemudian
mereka mengatakan, 'Kami telah membaca dan mengetahui(nya). Maka siapakah
orang-orang yang lebih baik daripada kami ini, apakah di antara mereka terdapat
kebaikan'?" Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu?"
Rasulullah Saw. menjawab," Mereka dari kalangan kalian, tetapi mereka adalah
bahan bakar neraka."
قَدْ
رَوَاهُ ابْنُ مَرْدَوَيْهِ مِنْ حَدِيثِ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
الْهَادِ، عَنْ هِنْدَ بِنْتِ الْحَارِثِ، امْرَأَةِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّادٍ،
عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَامَ لَيْلَةً بِمَكَّةَ فَقَالَ: "هَلْ بَلَّغْتَ" يَقُولُهَا ثَلَاثًا، فَقَامَ
عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ -وَكَانَ أوَّاها-فَقَالَ: اللَّهُمَّ نَعَمْ، وحرصتَ
وجهدتَ ونصحتَ فَاصْبِرْ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"لَيَظْهَرَنَّ الْإِيمَانُ حَتَّى يَرُدَّ الْكُفْرَ إِلَى مَوَاطِنِهِ،
وَلِيَخُوضُنَّ رِجَالٌ الْبِحَارَ بِالْإِسْلَامِ وَلِيَأْتِيَنَّ عَلَى الناس
زمان يقرؤون القرآن، فيقرؤونه وَيَعْلَمُونَهُ، فَيَقُولُونَ: قَدْ قَرَأْنَا،
وَقَدْ عَلِمْنَا، فَمَنْ هَذَا الَّذِي هُوَ خَيْرٌ مِنَّا؟ فَمَا فِي أُولَئِكَ
مِنْ خَيْرٍ" قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَمَنْ أُولَئِكَ؟ قَالَ: "أُولَئِكَ
مِنْكُمْ، وَأُولَئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ"
Ibnu Murdawaih meriwayatkan hadis ini melalui Yazid ibnu Abdullah ibnul Had,
dari Hindun bintil Haris (istri Abdullah ibnu Syaddad), dari Ummul Fadl yang
telah menceritakan: Bahwa Rasulullah Saw. bangkit di suatu malam di Mekah, lalu
bersabda, "Apakah aku telah menyampaikan," beliau mengucapkannya sebanyak
tiga kali. Maka bangkitlah Umar ibnul Khattab, dia orangnya sangat perasa, lalu
ia menjawab, "Ya Allah, benar, engkau telah berusaha dan telah berupaya dengan
sekuat tenaga serta telah memberi nasihat, maka bersabarlah." Maka Nabi Saw.
bersabda, "Iman benar-benar akan menang hingga kekufuran dikembalikan ke
tempat asalnya, dan banyak kaum lelaki yang menempuh laut berkat Islam. Dan
sungguh akan datang atas manusia suatu zaman, yang di zaman itu mereka
mempelajari Al-Qur'an, maka mereka membacanya dan mengajarkannya. Mereka
mengatakan, 'Kami telah pandai membaca Al-Qur'an dan kami telah berpengetahuan.
Siapakah orang yang lebih baik dari kita ini?' Tetapi di kalangan mereka tidak
ada suatu kebaikan pun." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah mereka
itu?" Nabi Saw. menjawab, "Mereka dari kalangan kalian, mereka adalah bahan
bakar neraka."Ibnu Murdawaih meriwayatkannya pula melalui jalur Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Ibrahim, dari Bintil Had, dari Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib dengan lafaz yang semisal.
*******************
Firman Allah Swt.:
كَدَأْبِ
آلِ فِرْعَوْنَ
sebagai keadaan kaum Fir'aun. (Ali Imran: 11)Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah seperti perbuatan kaum Fir'aun. Hal yang sama telah diriwayatkan pula dari Ikrimah, Mujahid, Abu Malik, dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Di antara mereka ada yang mengatakan seperti sepak terjang kaum Fir'aun, seperti perbuatan kaum Fir'aun, serupa dengan kaum Fir'aun, tetapi pada garis besarnya ungkapan mereka berdekatan.
Ad-da-bu atau ad-da-abu sama wazan-nya dengan lafaz nahrun dan naharun, artinya perbuatan, keadaan, perkara, dan kebiasaan. Seperti dikatakan dalam bahasa Arab: Hal ini masih tetap menjadi kebiasaanku dan kebiasaanmu.
Umru-ul Qais, salah seorang penyair mereka, mengatakan:
وُقُوفًا بِهَا صَحْبِي عَلَيَّ مَطِيَّهُمْ ... يَقُولُونَ لَا تأسف أَسًى
وَتَجَمَّلِ
كَدَأْبِكَ مِنْ أُمِّ الْحُوَيْرِثِ قَبْلَهَا ... وَجَارَتِهَا أَمِّ الرَّبَابِ
بِمَأْسَلِ
Yang mengajak teman-temanku berhenti
di atas kendaraan mereka masing-masing karena dia. Mereka mengatakan, "Janganlah
engkau merusak dirimu dengan rasa putus asa, tetapi kuatkanlah hatimu. Seperti
kebiasaanmu dengan Ummul Huwairis sebelum dia dan tetangga wanitanya, yaitu
Ummur Rabbab di Ma-sal.
Makna da-bika dalam syair di atas ialah seperti kebiasaanmu dengan
Ummul Huwairis, ketika engkau merusak dirimu sendiri karena mencintainya, lalu
kamu menangisi rumah dan bekas-bekas yang ditinggalkannya.Makna ayat, orang-orang kafir itu tidak bermanfaat buat diri mereka harta benda dan anak-anak mereka, bahkan mereka binasa dan disiksa seperti yang pernah terjadi pada kaum Fir'aun dan orang-orang sebelumnya dari kalangan orang-orang yang mendustakan ayat: ayat Allah dan hujah-hujah-Nya yang dibawa oleh para rasul.
*******************
وَاللَّهُ
شَدِيدُ الْعِقابِ
Dan Allah sangat keras siksa-Nya. (Ali Imran: 11)Yakni pembalasan Allah sangat keras lagi siksa-Nya sangat pedih, tidak ada seorang pun yang dapat menolaknya dan tiada sesuatu pun yang luput dari-Nya. Bahkan Dia Maha Melakukan apa yang Dia kehendaki, Dia Mahamenang atas segala sesuatu. Tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Dia, dan tidak ada Tuhan yang berkuasa selain Dia.
Ali Imran, ayat 12-13
{قُلْ
لِلَّذِينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ وَبِئْسَ
الْمِهَادُ (12) قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا فِئَةٌ
تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَى كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ
رَأْيَ الْعَيْنِ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ إِنَّ فِي ذَلِكَ
لَعِبْرَةً لأولِي الأبْصَارِ (13) }
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir,
"Kalian pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka
Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya." Sesungguhnya telah ada tanda
bagi kalian pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan
berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata
kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslim dua kali jumlah mereka. Allah
menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya yang
demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata
hati.Allah berfirman:
قُلْ
Katakanlah. (Ali Imran: 12)Yakni kepada orang-orang kafir itu, hai Muhammad.
سَتُغْلَبُونَ
kalian pasti akan dikalahkan. (Ali Imran: 12)Yaitu di dunia ini.
وَتُحْشَرُونَ
dan akan digiring. (Ali Imran: 12)Maksudnya, kalian kelak akan digiring pada hari kiamat.
إِلى
جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمِهادُ
ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya.
(Ali Imran: 12)Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar meriwayatkan dari Asim ibnu Amr ibnu Qatadah, bahwa Rasulullah Saw. setelah memperoleh kemenangan dalam Perang Badar dengan kemenangan yang gemilang, lalu beliau kembali ke Madinah. Maka orang-orang Yahudi melakukan perkumpulan di pasar Bani Qainuqa', lalu Rasulullah Saw. bersabda:
"
يَا مَعْشَرَ يَهُودَ، أَسْلِمُوا قَبْلَ أَنْ يُصِيبَكُمُ اللَّهُ مَا أَصَابَ
قُرَيْشًا"
Hai orang-orang Yahudi, masuk islamlah sebelum Allah menimpakan atas
kalian apa yang telah menimpa orang-orang Quraisy.Mereka menjawab, "Hai Muhammad, janganlah engkau berbangga diri karena engkau telah mengalahkan segolongan kaum Quraisy; mereka adalah orang-orang yang tolol, tidak mengerti berperang. Sesungguhnya kamu, demi Allah, sekiranya kamu memerangi kami, niscaya kamu akan mengetahui bahwa kami adalah orang-orang yang ahli dalam berperang, dan kamu pasti belum pernah menjumpai lawan seperti kami."
Maka sehubungan dengan ucapan mereka itu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Katakanlah kepada orang-orang kafir, "Kalian pasti akan dikalahkan dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya.” (Ali Imran: 12) sampai dengan firman-Nya: terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati. (Ali Imran: 13)
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkannya pula melalui Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Sa'id dan Ikrimah, dari Ibnu Abbas dengan lafaz yang semisal. Karena itulah disebutkan di dalam firman-Nya:
قَدْ
كانَ لَكُمْ آيَةٌ
Sesungguhnya telah ada tanda bagi kalian. (Ali Imran: 13)Yakni telah ada bagi kalian, hai orang-orang Yahudi yang berkata demikian, suatu tanda yang menunjukkan bahwa Allah pasti akan memenangkan agama-Nya, menolong Rasul-Nya, dan menonjolkan kalimat-Nya serta meninggikan perintah-Nya.
فِي
فِئَتَيْنِ الْتَقَتا فِئَةٌ
تُقاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرى كافِرَةٌ
pada dua golongan yang telah bertemu (berperang). Segolongan
berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir. (Ali Imran:
13)Mereka adalah kaum musyrik Quraisy dalam Perang Badar.
*******************
Firman Allah Swt.:
يَرَوْنَهُمْ
مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ
dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslim dua kali
jumlah mereka. (Ali Imran: 13)Salah seorang ulama mengatakan berdasarkan kepada apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, bahwa orang-orang musyrik dalam Perang Badar melihat pasukan kaum muslim berjumlah dua kali lipat pasukan mereka menurut pandangan mata mereka. Dengan kata lain, Allah-lah yang menjadikan demikian, sehingga tampak di mata mereka jumlah pasukan kaum muslim dua kali lipat jumlah pasukan kaum musyrik. Hal inilah yang menjadi penyebab bagi kemenangan pasukan kaum muslim atas mereka.
Hal ini tidaklah aneh bila dipandang dari segi kenyataan. Kaum musyrik sebelum terjadi perang mengirimkan Umar ibnu Sa'id untuk memata-matai pasukan kaum muslim. Lalu Umar ibnu Sa'id kembali kepada mereka membawa berita bahwa jumlah pasukan kaum muslim terdiri atas kurang lebih tiga ratus orang; dan memang demikianlah kenyataannya, mereka berjumlah tiga ratus lebih belasan orang. Kemudian ketika perang terjadi, Allah membantu kaum muslim dengan seribu malaikat yang terdiri atas para penghulu dan pemimpin malaikat.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa makna yang terkandung di dalam firman-Nya: yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) pasukan kaum musyrik dua kali jumlah mereka. (Ali Imran: 13) Yakni pasukan kaum muslim melihat jumlah pasukan kaum musyrik dua kali lipat jumlah mereka. Tetapi sekalipun demikian, Allah memenangkan pasukan kaum muslim atas pasukan kaum musyrik yang jumlahnya dua kali lipat itu.
Pengertian ini pun tidak aneh bila dipandang dari apa yang telah diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, bahwa kaum mukmin dalam Perang Badar berjumlah tiga ratus tiga belas orang, sedangkan pasukan kaum musyrik terdiri atas enam ratus dua puluh enam orang. Seakan-akan pendapat ini disimpulkan dari makna lahiriah ayat. Tetapi pendapat ini bertentangan dengan pendapat yang terkenal di kalangan ahli tarikh dan ahli sejarah, serta bertentangan dengan pendapat yang dikenal di kalangan jumhur ulama yang mengatakan bahwa kaum musyrik terdiri atas antara sembilan ratus sampai seribu orang, seperti yang diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq dari Yazid ibnu Rauman, dari Urwah ibnuz Zubair:
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم، لما سَأَلَ ذَلِكَ الْعَبْدَ
الْأَسْوَدَ لِبَنِي الْحَجَّاجِ عَنْ عدة قريش قال: كَثِيرٌ، قَالَ «كَمْ
يَنْحَرُونَ كُلَّ يَوْمٍ» ؟ قَالَ: يَوْمًا تِسْعًا وَيَوْمًا عَشْرًا، فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «الْقَوْمُ مَا بَيْنَ
التِّسْعِمِائَةِ إِلَى الْأَلْفِ»
Bahwa Rasulullah Saw. ketika menanyakan kepada seorang budak hitam milik
Banil Hajaj tentang bilangan pasukan Quraisy, maka budak itu menjawab bahwa
jumlah mereka banyak. Nabi Saw. bertanya, "Berapa ekor untakah yang mereka
sembelih setiap harinya?" Budak itu menjawab, "Terkadang sembilan dan
terkadang sepuluh ekor tiap harinya." Nabi Saw. bersabda, "(Kalau demikian
jumlah) kaum antara sembilan ratus sampai seribu orang personel."Abu Ishaq As-Subai'i meriwayatkan dari seorang budak wanita, dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa jumlah mereka seribu orang. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Mas'ud.
Menurut pendapat yang terkenal, jumlah pasukan kaum Quraisy adalah antara sembilan ratus sampai seribu orang. Pada garis besarnya jumlah pasukan kaum Quraisy tiga kali lipat jumlah pasukan kaum muslim. Atas dasar ini, maka pendapat mengenai masalah ini cukup sulit untuk dicerna. Akan tetapi, Ibnu Jarir menguatkan pendapat ini (yang mengatakan seribu orang) dan menganggapnya sebagai pendapat yang sahih. Alasannya ialah seperti dikatakan, "Aku mempunyai seribu dinar dan aku memerlukan dua kali lipat." Dengan demikian, berarti ia memerlukan tiga ribu dinar. Demikianlah menurut alasan yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir; dan berdasarkan pengertian ini, maka mengenai masalah ini tidak ada kesulitan lagi.
Akan tetapi, masih ada satu pertanyaan lagi yang jawabannya ada dua pendapat. Yaitu bagaimanakah cara menggabungkan pengertian yang terkandung di dalam ayat ini dengan firman Allah Swt. sehubungan dengan Perang Badar, yaitu:
وَإِذْ
يُرِيكُمُوهُمْ إِذِ الْتَقَيْتُمْ فِي أَعْيُنِكُمْ قَلِيلًا وَيُقَلِّلُكُمْ فِي
أَعْيُنِهِمْ لِيَقْضِيَ اللَّهُ أَمْراً كانَ مَفْعُولًا
Dan ketika Allah menampakkan mereka kepada kalian, ketika kalian berjumpa
dengan mereka berjumlah sedikit pada penglihatan mata kalian dan kalian
ditampakkan-Nya berjumlah sedikit pada penglihatan mata mereka, karena Allah
hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan. (Al-Anfal: 44),
hingga akhir ayat.Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa hal yang disebutkan dalam ayat ini mengisahkan suatu keadaan, sedangkan yang ada di dalam ayat di atas menceritakan keadaan yang lain. Seperti apa yang dikatakan oleh As-Saddi, dari At-Tayyib, dari Ibnu Mas'ud sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya telah ada tanda bagi kalian pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). (Ali Imran: 13), hingga akhir ayat. Ini adalah dalam Perang Badar.
Abdullah ibnu Mas'ud mengatakan, "Kami pandang pasukan kaum musyrik dan ternyata kami lihat jumlah mereka berkali-kali lipat jumlah pasukan kami. Kemudian dalam kesempatan yang lain kami pandang mereka, maka ternyata kami melihat mereka tidak lebih banyak dari pasukan kami, sekalipun hanya seorang." Yang demikian itulah yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَإِذْ
يُرِيكُمُوهُمْ إِذِ الْتَقَيْتُمْ فِي أَعْيُنِكُمْ قَلِيلا وَيُقَلِّلُكُمْ فِي
أَعْيُنِهِمْ لِيَقْضِيَ اللَّهُ أَمْرًا كَانَ مَفْعُولا}
Dan ketika Allah menampakkan mereka kepada kalian, ketika kalian berjumpa
dengan mereka berjumlah sedikit pada penglihatan mata kalian dan kalian
ditampakkan-Nya berjumlah sedikit pada penglihatan mereka. (Al-Anfal: 44),
hingga akhir ayat.Abu Ishaq meriwayatkan dari Abu Abdah, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan, "Sesungguhnya mereka ditampakkan di mata kami berjumlah sedikit, sehingga aku berkata kepada seorang lelaki yang ada di sebelahku, 'Kamu lihat jumlah mereka ada tujuh puluh orang bukan?' Ia menjawab, 'Menurutku jumlah mereka ada seratus orang'."
Ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia menawan seseorang dari mereka, ketika ia menanyakan kepadanya, "Berapakah jumlah kalian?" Orang yang ditawan itu menjawabnya, "Seribu orang."
Ketika masing-masing pihak berhadap-hadapan, maka pasukan kaum muslim melihat jumlah pasukan kaum musyrik dua kali lipat jumlah mereka. Dijadikan demikian oleh Allah agar kaum muslim bertawakal, berserah diri, dan meminta pertolongan kepada Tuhan-nya. Sedangkan pasukan kaum musyrik melihat pasukan kaum muslim demikian pula, agar timbul rasa takut dan hati yang kecut di kalangan mereka, dan mental mereka beserta semangat tempurnya jatuh.
Setelah kedua pasukan terlibat di dalam pertempuran, maka Allah membuat pasukan kaum muslim memandang sedikit jumlah pasukan kaum musyrik. Begitu pula sebaliknya, pasukan kaum musyrik memandang sedikit jumlah pasukan kaum muslim, agar masing-masing pihak maju dengan penuh semangat untuk menghancurkan pihak lainnya. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan. (Al-Anfal: 44)
Yakni untuk membedakan antara yang hak dan yang batil, lalu menanglah kalimat iman atas kalimat kekufuran dan kezaliman. Allah memenangkan pasukan kaum muslim dan mengalahkan pasukan kaum kafir, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya:
وَلَقَدْ
نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ
Sungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan Badar, padahal kalian
adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. (Ali Imran: 123)Sedangkan dalam ayat ini Allah Swt. menyebutkan melalui firman-Nya:
وَاللَّهُ
يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشاءُ إِنَّ فِي ذلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي
الْأَبْصارِ
Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai mata hati. (Ali Imran: 13)Yakni sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terkandung pelajaran bagi orang yang mempunyai mata hati dan pemahaman, lalu hal ini ia jadikan sebagai petunjuk yang memperlihatkan kepadanya akan ketetapan Allah dan perbuatan-perbuatan-Nya serta takdir-Nya yang berlangsung ketika Dia menolong hamba-hamba-Nya yang beriman dalam kehidupan di dunia ini, juga pada hari di saat itu semua saksi bangkit mempersaksikan.
Ali Imran, ayat 14-15
{زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ
الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ
وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ
حُسْنُ الْمَآبِ (14) قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ
اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ
فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ
بِالْعِبَادِ (15) }
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga). Katakanlah, "Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa
yang lebih baik dari yang demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada
Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (ada pula) istri-istri yang
disucikan serta keridaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan
hamba-hamba-Nya.Allah Swt. memberitakan tentang semua yang dijadikan perhiasan bagi manusia dalam kehidupan di dunia ini, berupa berbagai kesenangan yang antara lain ialah wanita dan anak-anak. Dalam ayat ini dimulai dengan sebutan wanita, karena fitnah yang ditimbulkan oleh mereka sangat kuat. Seperti apa yang disebutkan di dalam sebuah hadis sahih, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
«مَا
تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ
النِّسَاءِ»
Tiada suatu fitnah pun sesudahku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki
selain dari wanita.Lain halnya jika orang yang bersangkutan bertujuan dengan wanita untuk memelihara kehormatannya dan memperbanyak keturunan, maka hal ini merupakan suatu hal yang dianjurkan dan disunatkan, seperti yang disebutkan oleh banyak hadis yang menganjurkan untuk nikah dan memperbanyak nikah. Sebaik-baik orang dari kalangan umat ini ialah yang paling banyak mempunyai istri (dalam batas yang diperbolehkan). Sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
«الدُّنْيَا
مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِنْ نَظَرَ إِلَيْهَا
سَرَّتْهُ، وَإِنْ أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ وَإِنْ غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ فِي
نَفْسِهَا وَمَالِهِ»
Dunia adalah kesenangan, dan sebaik-baik kesenangannya ialah istri yang
saleh; jika suami memandangnya, maka ia membuat gembira suaminya; jika suami
menyuruhnya, maka ia menaati suaminya; dan jika suami pergi, tidak ada di
tempat, maka ia memelihara kehormatan dirinya dan harta benda suaminya.Sabda Nabi Saw. dalam hadis yang lain, yaitu:
«حُبِّبَ
إِلَيَّ النِّسَاءُ وَالطِّيبُ، وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي
الصَّلَاةِ»
Aku dibuat senang kepada wanita dan wewangian, dan kesejukan hatiku
dijadikan di dalam salatku.Siti Aisyah menceritakan bahwa tiada sesuatu pun yang lebih disukai oleh Rasulullah Saw. selain wanita kecuali kuda. Menurut riwayat yang lain disebutkan 'selain kuda kecuali wanita'.
Senang kepada anak adakalanya karena dorongan membanggakan diri dan sebagai perhiasan yang juga termasuk ke dalam pengertian membanggakan diri. Adakalanya karena dorongan ingin memperbanyak keturunan dan memperbanyak umat Muhammad Saw. yang menyembah hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Maka hal ini baik lagi terpuji, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis, yaitu:
«تَزَوَّجُوا
الْوَدُودَ الْوَلُودَ، فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ»
Nikahilah oleh kalian wanita-wanita yang keibuan lagi subur peranakannya,
karena sesungguhnya aku memperbanyak umatku karena kalian kelak di hari
kiamat.Cinta kepada harta adakalanya karena terdorong oleh faktor menyombongkan diri dan berbangga-banggaan, takabur terhadap orang-orang lemah, dan sombong terhadap orang-orang miskin. Hal ini sangat dicela. Tetapi adakalanya karena terdorong oleh faktor membelanjakannya di jalan-jalan yang mendekatkan diri kepada Allah Swt. dan silaturahmi, serta amal-amal kebajikan dan ketaatan, hal ini sangat terpuji menurut syariat.
Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang kadar qintar yang disebut oleh ayat ini, yang kesimpulannya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan qintar adalah harta yang banyak dan berlimpah, seperti yang dikatakan oleh Ad-Dahhak dan lain-lainnya.
Menurut pendapat yang lain sejumlah seribu dinar, pendapat lainnya mengatakan seribu dua ratus dinar, pendapat yang lainnya mengatakan sejumlah dua belas ribu dinar, pendapat lain mengatakan empat puluh ribu dinar, pendapat yang lainnya lagi mengatakan enam puluh ribu dinar, dan ada yang mengatakan tujuh puluh ribu dinar, ada pula yang mengatakan delapan puluh ribu dinar, dan lain sebagainya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ
عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "القِنْطَارُ
اثْنَا عَشَرَ ألْف أوقيَّةٍ، كُلُّ أوقِيَّةٍ خَيْر مِمَّا بَيْنَ السَّمَاءِ
والأرْضِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad, telah
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Asim, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Satu qintar adalah dua
belas ribu auqiyah, tiap-tiap auqiyah lebih baik daripada apa yang ada di antara
langit dan bumi.Ibnu Majah meriwayatkan pula hadis ini dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Abdus Samad ibnu Abdul Waris, dari Hammad ibnu Salamah dengan lafaz yang sama. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Bandar, dari Ibnu Mahdi, dari Hammad ibnu Salamah, dari Asim ibnu Bahdalah, dari Zakwan Abu Saleh, dari Abu Hurairah secara mauquf (hanya sampai pada Abu Hurairah).
Seperti yang terdapat pada riwayat Waki' di dalam kitab tafsirnya, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Asim ibnu Bahdalah, dari Zakwan Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan: Satu qintar adalah dua belas ribu auqiyah, satu auqiyah lebih baik daripada semua yang ada di antara langit dan bumi.
Sanad riwayat ini lebih sahih.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Mu'az ibnu Jabal dan Ibnu Umar. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui Abu Hurairah dan Abu Darda, bahwa mereka (para sahabat) mengatakan, "Satu qintar adalah seribu dua ratus auqiyah."
ثُمَّ
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى الضَّرِيرُ، حَدَّثَنَا
شَبَابَةُ، حَدَّثَنَا مَخْلَد بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ،
عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي مَيْمُونَةَ، عَنْ زِرّ بْنِ حُبَيْش عَنْ أُبَيِّ بْنِ
كَعْبٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"القِنْطَارُ ألْفُ أوقِيَّةٍ ومائَتَا أوقِيَّةٍ"
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu
Yahya Ad-Darir (tuna netra), telah menceritakan kepada kami Syababah, telah
menceritakan kepada kami Mukhallad ibnu Abdul Wahid, dari Ali ibnu Zaid, dari
Ata dari Ibnu Abu Maimunah, dari Zurr ibnu Hubaisy, dari Ubay ibnu Ka'b yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Satu qintar adalah seribu
dua ratus auqiyah.Hadis ini berpredikat munkar, lebih dekat kepada kebenaran ialah yang mengatakan bahwa hadis ini berpredikat mauquf hanya sampai pada Ubay ibnu Ka'b (tidak sampai kepada Nabi Saw.), sama halnya dengan yang lainnya dari kalangan sahabat.
وَقَدْ
رَوَى ابْنُ مَرْدُويَه، مِنْ طَرِيقِ مُوسَى بْنِ عُبَيْدة الرَبَذِي عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ يحنَّش أَبِي مُوسَى، عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ،
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "مَنْ قَرَأ مِائَةَ آيةٍ لَمْ يُكْتَبْ مِنَ الْغَافِلِينَ، ومَنْ
قَرَأ مِائَةَ آيةٍ إِلَى ألْف أصْبَح لَهُ قِنْطار مِنْ أجْرٍ عندَ اللَّهِ،
القِنْطارُ مِنْهُ مِثلُ الجبَلِ العَظِيمِ".
Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui jalur Musa ibnu Ubaidah Ar-Rabzi, dari
Muhammad ibnu Ibrahim, dari Musa, dari Ummu Darda, dari Abu Darda yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang membaca
seratus ayat, maka ia tidak dicatat sebagai orang-orang yang lalai; dan barang
siapa yang membaca seratus ayat hingga seribu ayat, maka ia akan memiliki satu
qintar pahala di sisi Allah. Satu qintar pahala sama banyaknya dengan
sebuah bukit yang besar.Waki' meriwayatkan hal yang semakna dari Musa ibnu Ubaidah.
Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Muhammad ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isa ibnu Zaid Al-Lakhami, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr ibnu Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Zuhair ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Humaid At-Tawil dan seorang lelaki lainnya, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai makna firman-Nya: harta yang berlimpah. (Ali Imran: 14) Maka Nabi Saw. bersabda:
«الْقِنْطَارُ
أَلْفَا أُوقِيَّةٍ»
satu qintar adalah dua ribu auqiyah.Hadis ini sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Hakim.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dengan lafaz yang lain. Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الرَّقِّي، حدثنا عمرو ابن أَبِي سَلَمَةَ،
حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ -يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدٍ-حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ الطَّوِيلُ
وَرَجُلٌ آخَرُ قَدْ سَمَّاهُ-يَعْنِي يَزِيدَ الرَّقَاشي-عَنْ أَنَسٍ، عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ: قِنْطَارٌ،
يَعْنِي: "أَلْفَ دِينَارٍ"
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman Ar-Riqqi, telah
menceritakan kepada kami Amr ibnu Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami
Zuhair (yakni Ibnu Muhammad), telah menceritakan kepada kami Humaid At-Tawil dan
seorang lelaki yang disebutnya bernama Yazid Ar-Raqqasyi, dari Anas, dari
Rasulullah Saw. dalam sabdanya yang mengatakan: bahwa satu qintar adalah
seribu dinar. Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Tabrani, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abu Maryam, dari Amr ibnu Abu Salamah, lalu ia menceritakan riwayat ini dengan sanad yang semisal.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri, dari Anas ibnu Malik secara mursal atau mauquf hanya sampai kepadanya yang isinya menyatakan bahwa satu qintar adalah seribu dua ratus dinar. Hal ini merupakan suatu riwayat yang dikemukakan oleh Al-Aufi dari Ibnu Abbas.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa sebagian orang Arab ada yang mengatakan satu qintar adalah seribu dua ratus dinar. Ada pula yang mengatakan dua belas ribu (dinar).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Arim, dari Hammad, dari Sa'id Al-Harasi, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa satu qintar adalah sepenuh kulit banteng berisikan emas.
Abu Muhammad mengatakan bahwa hal ini diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Musa Al-Harasi, dari Hammad ibnu Zaid secara marfu', tetapi yang mauquf lebih sahih.
Senang kuda ada tiga macam, adakalanya para pemiliknya memeliharanya untuk persiapan berjihad di jalan Allah; di saat mereka perlukan, maka mereka tinggal memakainya; mereka mendapat pahala dari usahanya itu. Adakalanya orang yang bersangkutan memelihara kuda untuk membanggakan diri dan melawan kaum muslim, maka pelakunya mendapat dosa dari perbuatannya. Adakalanya pula kuda dipelihara untuk diternakkan tanpa melupakan hak Allah yang ada padanya, maka bagi pemiliknya beroleh ampunan dari Allah Swt. Seperti yang akan dijelaskan nanti dalam tafsir firman-Nya:
وَأَعِدُّوا
لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِباطِ الْخَيْلِ
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian
sanggupi dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang. (Al-Anfal: 60),
hingga akhir ayat.Yang dimaksud dengan al-musawwamah menurut Ibnu Abbas r.a. ialah kuda-kuda pilihan yang dipelihara dengan baik. Hal yang sama dikatakan pula menurut riwayat yang bersumber dari Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Abza, As-Saddi, Ar-Rabi' ibnu Anas, Abu Sinan, dan lain-lainnya.
Menurut Makhul, al-musawwamah ialah kuda yang memiliki belang putih. Menurut pendapat yang lainnya lagi dikatakan selain itu.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ
بْنِ جَعْفَرٍ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ سُوَيْد بْنِ قَيْسٍ، عَنْ
مُعَاوِيَةَ بْنِ حُدَيج، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "ليسَ مِنْ فَرَسٍ عَرَبِي
إِلَّا يُؤذَنُ لَهُ مَعَ كُلِّ فَجْر يَدْعُو بِدَعْوَتَيْنِ، يَقُولُ: اللَّهُمَّ
إنَّكَ خَوَّلْتَنِي مِنْ خَوَّلْتَني من بَنِي
آدَم، فاجْعَلنِي مِنْ أحَبِّ مَالِهِ وأهْلِهِ إِلَيْهِ، أوْ أحَب أهْلِه ومالِهِ
إليهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari
Abdul Hamid ibnu Ja'far, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Suwaid ibnu Qais, dari
Mu'awiyah ibnu Khadij, dari Abu Zar r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Tiada seekor kuda Arab pun melainkan diperintahkan kepadanya
melakukan dua buah doa pada tiap fajar, yaitu: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau
telah menundukkan aku kepada seseorang dari Bani Adam hingga aku tunduk
kepadanya, maka jadikanlah aku termasuk harta dan keluarga yang paling
dicintainya, atau keluarga dan harta benda yang paling dicintainya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَالْأَنْعامِ
dan binatang ternak. (Ali Imran: 14)Yang dimaksud ialah unta, sapi, dan kambing.
وَالْحَرْثِ
dan sawah ladang. (Ali Imran: 14)Yakni lahan yang dijadikan untuk ditanami (seperti ladang, sawah, serta perkebunan).
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوْح بْنُ عُبَادَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو نَعَامَةَ
الْعَدَوِيُّ، عَنْ مُسْلِمِ بْنِ بُدَيل عَنْ إياسِ بْنِ زُهَيْرٍ، عَنْ سُويد
بْنِ هُبَيرة، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "خَيْرُ
مَالِ امْرِئٍ لَهُ مُهْرة مَأمُورة، أَوْ سِكَّة مَأبُورة"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Ubadah, telah
menceritakan kepada kami Abu Na'amah Al-Adawi, dari Muslim ibnu Badil, dari Iyas
ibnu Zuhair, dari Suwaid ibnu Hubairah, dari Nabi Saw. yang bersabda:
Sebaik-baik harta seseorang ialah ternak kuda yang berkembang biak dengan
pesat, atau kebun kurma yang subur.Al-ma-burah, yang banyak keturunannya. As-sikkah, pohon kurma yang berbaris (banyak). Ma-buran artinya yang dicangkok (yakni subur).
*******************
Firman Allah Swt:
ذلِكَ
مَتاعُ الْحَياةِ الدُّنْيا
Itulah kesenangan hidup di dunia. (Ali Imran: 14)Artinya, itulah yang meramaikan kehidupan di dunia dan sebagai perhiasannya yang kelak akan fana.
وَاللَّهُ
عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (Ali Imran: 14)Yakni tempat kembali yang baik dan berpahala, yaitu surga.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Ata, dari Abu Bakar ibnu Hafs ibnu Umar ibnu Sa'd yang menceritakan bahwa ketika diturunkan ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini. (Ali Imran: 14) Maka Umar ibnul Khattab berkata, "Sekaranglah, ya Tuhanku, karena Engkau telah menjadikannya sebagai perhiasan bagi kami." Maka turunlah firman-Nya: Katakanlah, "Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik daripada yang demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran: 15), hingga akhir ayat.
Karena itulah Allah Swt. berfirman:
قُلْ
أَأُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذلِكُمْ
Katakanlah, "Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih
baik daripada yang demikian itu?" (Ali Imran: 15)Yakni katakanlah, hai Muhammad, kepada orang-orang, "Aku akan memberitahukan kepada kalian hal yang lebih baik daripada apa yang dihiaskan kepada manusia dalam kehidupan di dunia ini berupa kesenangan dan kegemerlapannya yang semuanya itu pasti akan lenyap." Sesudah itu Allah Swt. mengabarkan melalui firman-Nya:
لِلَّذِينَ
اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهارُ
Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Ali Imran: 15)Yaitu yang menembus di antara sisi-sisinya dan bagian-bagiannya sungai-sungai dari berbagai macam rasa, ada sungai madu, sungai khamr, sungai susu, dan lain sebagainya yang belum pernah dilihat oleh mata manusia, belum pernah didengar oleh telinganya, dan belum pernah terdetik di dalam hatinya.
خالِدِينَ
فِيها
mereka kekal di dalamnya. (Ali Imran: 15)Yakni tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya, dan mereka tidak mau pindah darinya.
وَأَزْواجٌ
مُطَهَّرَةٌ
dan istri-istri yang disucikan. (Ali Imran: 15)Maksudnya, disucikan dari kotoran, najis, penyakit, haid, nifas, dan lain sebagainya yang biasa dialami oleh kaum wanita di dunia.
وَرِضْوانٌ
مِنَ اللَّهِ
serta keridaan Allah. (Ali Imran: 15)Yakni mereka dinaungi oleh rida Allah, maka Allah tidak akan murka lagi terhadap mereka sesudahnya untuk selama-lamanya. Karena itulah Allah Swt. berfirman di dalam surat At-Taubah:
وَرِضْوانٌ
مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ
Dan keridaan Allah adalah lebih besar. (At-Taubah: 72)Artinya, lebih besar daripada semua nikmat kekal yang diberikan kepada mereka di dalam surga.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَاللَّهُ
بَصِيرٌ بِالْعِبادِ
Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imran: 15)Yakni Dia pasti memberikan anugerah sesuai dengan apa yang berhak diterima oleh masing-masing hamba.
Ali Imran, ayat 16-17
{الَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ (16) الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ
وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأسْحَارِ (17) }
(Yaitu) orang-orang yang berdoa, "Ya Tuhan
kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan
peliharalah kami dari siksa neraka," (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar,
yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon
ampun di waktu sahur.Allah Swt. menggambarkan sifat-sifat hamba-hamba-Nya yang bertakwa, yaitu orang-orang yang telah dijanjikan beroleh pahala yang berlimpah. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
الَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنا إِنَّنا آمَنَّا
(Yaitu) orang-orang yang berdoa, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah
beriman." (Ali Imran: 16)Yakni beriman kepada-Mu dan kitab-kitab-Mu serta rasul-rasul-Mu.
فَاغْفِرْ
لَنا ذُنُوبَنا
maka ampunilah segala dosa kami. (Ali Imran: 16)Yaitu karena iman kami kepada Engkau, juga kepada apa yang telah Engkau syariatkan buat kami, maka kami memohon semoga Engkau mengampuni kami atas dosa-dosa dan kelalaian kami dalam urusan kami berkat anugerah dan rahmat-Mu.
{وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ}
dan peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali Imran: 16)
*******************
Kemudian dalam ayat berikutnya Allah Swt. berfirman:
الصَّابِرِينَ
(yaitu) orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 17)Maksudnya, sabar dalam menjalankan ketaatan dan meninggalkan semua hal yang diharamkan.
وَالصَّادِقِينَ
orang-orang yang benar. (Ali Imran: 17)Yakni percaya kepada apa yang diberitakan kepada mereka berkat iman mereka, yang hal ini direalisasikan oleh mereka dalam sikap berteguh hati dalam mengerjakan amal-amal yang berat.
وَالْقانِتِينَ
Orang-orang yang tetap taat. (Ali Imran: 17)Al-qunut artinya taat dan patuh, yakni orang-orang yang tetap dalam ketaatannya.
وَالْمُنْفِقِينَ
orang-orang yang menafkahkan hartanya. (Ali Imran: 17)Yaitu menafkahkan sebagian dari harta mereka di jalan-jalan ketaatan yang diperintahkan kepada mereka, silaturahmi, amal taqarrub, memberikan santunan, dan menolong orang-orang yang membutuhkannya.
وَالْمُسْتَغْفِرِينَ
بِالْأَسْحارِ
dan orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur. (Ali Imran: 17)Ayat ini menunjukkan keutamaan beristigfar di waktu sahur.
Menurut suatu pendapat, sesungguhnya Nabi Ya'qub a.s. ketika berkata kepada anak-anaknya, yang perkataannya disitir oleh firman-Nya:
سَوْفَ
أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي
Aku akan memohonkan ampun bagi kalian kepada Tuhanku. (Yusuf: 98)Maka Nabi Ya'qub menangguhkan doanya itu sampai waktu sahur.
Telah disebutkan di dalam kitab Sahihain dan kitab-kitab sunnah serta kitab-kitab musnad yang lain diriwayatkan melalui berbagai jalur dari sejumlah sahabat Rasulullah Saw., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«يَنْزِلُ
اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي كُلِّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ
يَبْقَى ثلث الليل الأخير، فَيَقُولُ: هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيَهُ؟ هَلْ مِنْ
دَاعٍ فَأَسْتَجِيبَ لَهُ؟ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ؟
(Rahmat) Allah Swt. turun pada tiap malam ke langit dunia, yaitu di saat
malam hari tinggal sepertiganya lagi, lalu Dia berfirman, "Apakah ada orang yang
meminta, maka Aku akan memberinya? Apakah ada orang yang berdoa, maka Aku
memperkenankannya? Dan apakah ada orang yang meminta ampun, maka Aku memberikan
ampunan kepadanya," hingga akhir hadis.Al-Hafiz Abul Hasan Ad-Daruqutni mengkhususkan bab ini dalam sebuah juz tersendiri. Ia meriwayatkan hadis ini melalui berbagai jalur.
Di dalam kitab Sahihain dari Siti Aisyah r.a. disebutkan bahwa setiap malam Rasulullah Saw. selalu melakukan salat witir, mulai dari awal, pertengahan, dan akhir malam; dan akhir dari semua witir ialah di waktu sahur.
Disebutkan bahwa sahabat Abdullah ibnu Umar melakukan salat (sunat di malam hari), kemudian bertanya, "Hai Nafi’, apakah waktu sahur telah masuk?" Apabila dijawab, "Ya," maka ia mulai berdoa dan memohon ampun hingga waktu subuh. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Hurayyis ibnu Abu Matar, dari Ibrahim ibnu Hatib, dari ayahnya yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar seorang lelaki yang berada di salah satu bagian dalam masjid mengucapkan doa berikut: Ya Tuhanku, Engkau telah memerintahkan kepadaku, maka aku taati perintah-Mu; dan inilah waktu sahur, maka berikanlah ampunan bagiku. Ketika ia melihat lelaki itu, ternyata dia adalah sahabat Ibnu Mas'ud r.a.
Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa kami (para sahabat) bila melakukan salat (sunat) di malam hari diperintahkan untuk melakukan istigfar di waktu sahur sebanyak tujuh puluh kali.
Ali Imran, ayat 18-20
{شَهِدَ
اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا
بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (18) إِنَّ الدِّينَ
عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ
بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ
اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (19) فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ
أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا
وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
(20) }
Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah
hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya
Allah sangat cepat hisab-Nya. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang
kebenaran Islam), maka katakanlah, "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan
(demikian pula) orang-orang yang mengikutiku." Dan katakanlah kepada orang-orang
yang telah diberi Al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, "Apakah kalian
(mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat
petunjuk; dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan
(ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.Allah memberikan pernyataan-Nya, dan cukuplah Allah sebagai saksi. Dia adalah saksi Yang Mahabenar lagi Mahaadil, dan Mahabenar firman-Nya.
أَنَّهُ
لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia. (Ali Imran: 18)Artinya, hanya Dialah Tuhan semua makhluk, dan bahwa semua makhluk adalah hamba-hamba-Nya dan merupakan ciptaan-Nya; semua makhluk berhajat kepada-Nya, sedangkan Dia Mahakaya terhadap semuanya selain Dia sendiri. Perihalnya sama dengan yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam firman lainnya, yaitu:
لكِنِ
اللَّهُ يَشْهَدُ بِما أَنْزَلَ إِلَيْكَ
tetapi Allah mengakui Al-Qur'an yang
diturunkan-Nya kepadamu. (An-Nisa: 166), hingga akhir ayat.Kemudian Allah mengiringi pernyataan-Nya itu dengan kesaksian para malaikat dan orang-orang yang berilmu, yang disertakan dengan kesaksian (pernyataan)-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia (begitu pula) para malaikat dan orang-orang yang berilmu. (Ali Imran: 18)
Hal ini merupakan suatu keistimewaan yang besar bagi para ulama dalam kedudukan tersebut.
قائِماً
بِالْقِسْطِ
Yang menegakkan keadilan. (Ali Imran: 18)Lafaz qa-iman di-nasab-kan sebagai hal. Dengan kata lain, Allah Swt. senantiasa menegakkan keadilan dalam semua keadaan.
لَا
إِلهَ إِلَّا هُوَ
Tidak ada Tuhan melainkan Dia. (Ali Imran: 18)Kalimat ayat ini berkedudukan sebagai taukid atau yang mengukuhkan kalimat sebelumnya.
الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ
Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imran: 18)Al-Aziz Yang Mahaperkasa, Yang keagungan dan kebesaran-Nya tidak dapat dibatasi, lagi Mahabijaksana dalam semua ucapan, perbuatan, syariat, dan takdir-Nya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ، حَدَّثَنَا بَقِيَّة
بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنِي جُبَيْرُ بْنُ عَمْرو الْقُرَشِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو
سَعِيد الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ أَبِي يَحْيَى مَوْلَى آلِ الزُّبَيْرِ بْنِ
الْعَوَّامِ، عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بعرفةَ يَقْرَأُ هَذِهِ الْآيَةَ:
{شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ
قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} "وأَنَا عَلَى
ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِينَ يَا رَبِّ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu Rabbih,
telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan kepadaku
Jubair ibnu Amr Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Ansari,
dari Abu Yahya maula keluarga Az-Zubair ibnul Awwam, dari Az-Zubair ibnul Awwam
yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Nabi Saw. di Arafah membaca ayat
berikut, yaitu firman-Nya: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imran: 18); Sesudah itu beliau Saw.
mengucapkan: Dan aku termasuk salah seorang yang mempersaksikan hal tersebut,
ya Tuhanku.Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui jalur lain. Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ حُسَيْنٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُتَوَكِّلِ
الْعَسْقَلَانِيُّ، حَدَّثَنَا عُمَر بْنُ حَفْصِ بْنِ ثَابِتٍ أَبُو سَعِيدٍ
الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ يَحْيَى بْنِ عَبَّادِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنِ الزُّبَيْرِ
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَرَأَ
هَذِهِ الْآيَةَ: {شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ}
قال: "وأَنَا أشْهَدُ أيْ رَبِّ"
telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Husain, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnul Mutawakkil Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Umar
ibnu Hafs ibnu Sabit Abu Sa'id Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Abdul
Malik ibnu Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya, dari
kakeknya, dari Az-Zubair yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah
Saw. ketika membacakan ayat ini: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Dia, begitu pula para malaikat. (Ali Imran: 18); Lalu beliau
mengucapkan: Dan aku ikut bersaksi, ya Tuhanku.Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan di dalam kitab Mu'jamul Kabir:
حَدَّثَنَا
عَبْدَانُ بْنُ أَحْمَدَ وَعَلِيُّ بْنُ سَعِيدٍ الرَّازِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا
عَمَّار بْنُ عُمَرَ بْنِ الْمُخْتَارِ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي غَالِبٌ
الْقَطَّانُ قَالَ: أَتَيْتُ الْكُوفَةَ فِي تِجَارَةٍ، فَنَزَلْتُ قَرِيبًا مِنَ
الْأَعْمَشِ، فَلَمَّا كَانَتْ لَيْلَةٌ أردتُ أَنْ أنْحَدِرَ قَامَ فَتَهَجَّدَ
مِنَ اللَّيْلِ، فَمَرَّ بِهَذِهِ الآية: {شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا
هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا
هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ} ثُمَّ قَالَ
الْأَعْمَشُ: وَأَنَا أَشْهَدُ بِمَا شَهِدَ اللَّهُ بِهِ، وَأَسْتَوْدِعُ اللَّهَ
هَذِهِ الشَّهَادَةَ، وَهِيَ لِي عِنْدَ اللَّهِ وَدِيعَةٌ: {إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ
اللَّهِ الإسْلامُ} قَالَهَا مِرَارًا. قُلْتُ: لَقَدْ سَمِعَ فِيهَا شَيْئًا،
فَغَدَوْتُ إِلَيْهِ فَوَدَّعْتُهُ، ثُمَّ قُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ، إِنِّي
سمعتك تردد هذه الآية. قال: أو ما بَلَغَكَ مَا فِيهَا؟ قُلْتُ: أَنَا عِنْدَكَ
مُنْذُ شَهْرٍ لَمْ تُحَدِّثْنِي. قَالَ: وَاللَّهِ لَا أُحَدِّثُكَ بِهَا إِلَى
سَنَةٍ. فَأَقَمْتُ سَنَةً فَكُنْتُ عَلَى بَابِهِ، فَلَمَّا مَضَتِ السَّنَةُ
قُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ، قَدْ مَضَتِ السَّنَةُ. قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو
وَائِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُجَاءُ بِصَاحِبِهَا يَوْمَ القِيامَةِ، فَيَقُولُ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ: عَبْدِي عَهِدَ إلَيَّ، وأنَا أحَقُّ مَن وَفَّى بالْعَهْدِ،
أدْخِلُوا عَبْدِي الْجَنَّةَ"
telah menceritakan kepada kami Abdan ibnu Ahmad dan Ali ibnu Sa'id; keduanya
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ammar ibnu Umar Al-Mukhtar, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepadaku Galib Al-Qattan,
bahwa ia datang ke Kufah dalam salah satu misi dagangnya, lalu tinggal di dekat
rumah Al-A'masy. Pada suatu malam ketika aku hendak turun, Al-A'masy melakukan
salat tahajud di malam hari, lalu bacaannya sampai pada ayat berikut, yaitu
firman-Nya: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa
lagi Mahabijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah
Islam. (Ali Imran: 18-19) Kemudian Al-A'masy mengatakan, "Dan aku pun
mempersaksikan apa yang telah dinyatakan oleh Allah, dan aku titipkan kepada
Allah persaksianku ini, yang mana hal ini merupakan titipan bagiku di sisi
Allah." Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam.
(Ali Imran: 19) Kalimat dan ayat ini diucapkannya berkali-kali oleh Al-A'masy.
Galib Al-Qattan melanjutkan kisahnya, bahwa lalu aku berkata kepada diriku
sendiri, "Sesungguhnya dia (Al-A'masy) telah mendengar suatu hadis mengenai
masalah ini." Maka aku pada pagi harinya menuju kepadanya untuk berpamitan,
kemudian aku berkata, "Hai Abu Muhammad, sesungguhnya aku telah mendengarmu
mengulang-ulang bacaan ayat ini." Al-A'masy berkata, "Tidakkah telah sampai
kepadamu suatu hadis mengenainya?" Aku menjawab, "Aku berada di dekatmu selama
satu bulan, tetapi engkau belum menceritakannya kepadaku." Al-A'masy mengatakan,
"Demi Allah, aku tidak akan menceritakannya kepadamu sebelum satu tahun." Maka
aku tinggal selama satu tahun dan tinggal di depan pintunya. Setelah lewat masa
satu tahun, aku berkata, "Hai Abu Muhammad, sekarang telah berlalu masa satu
tahun." Al-A'masy menjawab bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Wail, dari
Abdullah yang menceritakan bahwa Rasillullah Saw. pernah bersabda: Kelak di
hari kiamat pelakunya akan didatangkan, lalu Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku
telah berjanji kepada-Ku, dan Aku adalah Tuhan Maha memenuhi janji-Nya, maka
masukkanlah oleh kalian (para malaikat) hamba-Ku ini ke dalam surga."
*******************
Firman Allah Swt.:
إِنَّ
الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلامُ
Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali
Imran: 19)Sebagai berita dari Allah Swt. yang menyatakan bahwa tidak ada agama yang diterima dari seseorang di sisi-Nya selain Islam, yaitu mengikuti para rasul yang diutus oleh Allah Swt. di setiap masa, hingga diakhiri dengan Nabi Muhammad Saw. yang membawa agama yang menutup semua jalan lain kecuali hanya jalan yang telah ditem-puhnya. Karena itu, barang siapa yang menghadap kepada Allah —sesudah Nabi Muhammad Saw. diutus— dengan membawa agama yang bukan syariatnya, maka hal itu tidak diterima oleh Allah. Seperti yang disebutkan di dalam firman lainnya, yaitu:
وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلامِ دِيناً فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) darinya. (Ali Imran: 85), hingga akhir ayat.Dalam ayat ini Allah memberitakan terbatasnya agama yang diterima oleh Allah hanya pada agama Islam, yaitu: Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19)
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Allah menyatakan sesungguhnya tiada Tuhan selain Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Bahwasanya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 18-19) Dengan innahu yang di-kasrah-kan dan anna yang di-fathah-kan, artinya 'Allah telah menyatakan —begitu pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu— bahwa agama yang diridai di sisi Allah adalah Islam'.
Sedangkan menurut jumhur ulama, mereka membacanya kasrah' innad dina 'sebagai kalimat berita. Bacaan tersebut kedua-duanya benar, tetapi menurut bacaan jumhur ulama lebih kuat.
Kemudian Allah Swt. memberitakan bahwa orang-orang yang telah diberikan Al-Kitab kepada mereka di masa-masa yang lalu, mereka berselisih pendapat hanya setelah hujah ditegakkan atas mereka, yakni sesudah para rasul diutus kepada mereka dan kitab-kitab samawi diturunkan buat mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
وَمَا
اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جاءَهُمُ الْعِلْمُ
بَغْياً بَيْنَهُمْ
Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali setelah
datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. (Ali Imran: 19)Yakni karena sebagian dari mereka merasa dengki terhadap sebagian yang lainnya, lalu mereka berselisih pendapat dalam perkara kebenaran. Hal tersebut terjadi karena terdorong oleh rasa dengki, benci, dan saling menjatuhkan, hingga sebagian dari mereka berusaha menjatuhkan sebagian yang lain dengan menentangnya dalam semua ucapan dan perbuatannya, sekalipun benar.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَمَنْ
يَكْفُرْ بِآياتِ اللَّهِ
Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah. (Ali Imran: 19)Yakni barang siapa yang ingkar kepada apa yang diturunkan oleh Allah di dalam kitab-Nya.
فَإِنَّ
اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسابِ
maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali Imran: 19)Artinya, sesungguhnya Allah akan membalas perbuatannya dan melakukan perhitungan terhadapnya atas kedustaannya itu, dan akan menghukurnnya akibat ia menentang Kitab-Nya. Kemudian Allah Swt. berfirman:
فَإِنْ
حَاجُّوكَ
Kemudian jika mereka mendebat kamu. (Ali Imran: 20)Yaitu mendebatmu tentang masalah tauhid.
فَقُلْ
أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ
maka katakanlah, "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula)
orang-orang yang mengikutiku." (Ali Imran: 20)Yakni katakanlah bahwa aku memurnikan ibadahku hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada tandingan bagi-Nya, tidak beranak, dan tidak beristri.
Yang dimaksud dengan 'orang-orang yang mengikutiku' ialah orang-orang yang berada dalam agamaku akan mengatakan hal yang sama dengan ucapanku ini. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
قُلْ
هذِهِ سَبِيلِي أَدْعُوا إِلَى اللَّهِ عَلى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ
اتَّبَعَنِي
Katakanlah, "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kalian) kepada Allah dengan hujah yang nyata." (Yusuf: 108),
hingga akhir ayat.Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada hamba dan rasul-Nya (yaitu Nabi Muhammad Saw.) untuk menyeru orang-orang Ahli Kitab dari kalangan dua agama (Yahudi dan Nasrani) serta orang-orang ummi (buta huruf) dari kalangan kaum musyrik, agar mereka mengikuti jalannya, memasuki agamanya, serta mengamalkan syariatnya dan apa yang diturunkan oleh Allah kepadanya.
*******************
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَقُلْ
لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا
فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ
الْبَلاغُ}
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab dan kepada
orang-orang yang ummi, "Apakah kalian (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk
Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling,
maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). (Ali Imran:
20)Yakni Allah-lah yang menghisab mereka karena hanya kepada-Nyalah mereka kembali. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya milik-Nyalah hikmah yang tepat dan hujah yang benar. Karena itu, dalam akhir ayat ini Allah Swt. berfirman:
وَاللَّهُ
بَصِيرٌ بِالْعِبادِ
Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imran: 20)Yaitu Allah Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak mendapat kesesatan. Dia berhak untuk melakukan itu, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
لا
يُسْئَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْئَلُونَ
Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan
ditanyai. (Al-Anbiya: 23)Hal tersebut tiada lain karena hikmah dan rahmat-Nya. Ayat ini dan yang semisal dengannya merupakan dalil yang paling jelas yang menunjukkan keumuman risalah Nabi Muhammad Saw. kepada semua makhluk, seperti yang telah dimaklumi dari pokok-pokok agamanya, dan seperti apa yang telah ditunjukkan oleh dalil Al-Qur'an dan sunnah dalam banyak ayat dan hadis. Antara lain ialah firman-Nya:
قُلْ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً
Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada
kalian semua." (Al-A'raf: 158)Firman Allah Swt.:
تَبارَكَ
الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقانَ
عَلى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعالَمِينَ نَذِيراً
Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
(Al-Furqan: 1)Di dalam hadis Sahihain dan lain-lainnya disebutkan melalui hadis yang mutawatir dalam berbagai peristiwa, bahwa Nabi Saw. mengirimkan surat-suratnya kepada semua raja dan pemimpin kabilah, baik yang Arab maupun yang 'ajam, baik mereka yang mengerti baca dan tulis maupun yang ummi, sebagai pengamalan dari perintah Allah Swt. Beliau Saw. dalam surat-suratnya itu mengajak mereka untuk menyembah kepada Allah Swt.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari Hammam, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang bersabda:
«وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ
الْأُمَّةِ: يَهُودِيٌّ
وَلَا نَصْرَانِيٌّ وَمَاتَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا
كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ»
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tiada
seorang pun yang telah mendengarku dari kalangan umat ini, baik yang Yahudi
ataupun yang Nasrani, lalu ia mati dalam keadaan tidak beriman kepada risalah
yang aku bawa, melainkan ia termasuk ahli neraka. (Riwayat Imam Muslim)Nabi Saw. telah bersabda:
«بُعِثْتُ
إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ»
Aku diutus untuk kulit merah dan kulit hitam. Dan Nabi Saw. telah bersabda pula:
«كَانَ
النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ
عَامَّةً»
Dahulu seorang nabi diutus khusus untuk umatnya, sedangkan aku diutus
untuk umat manusia seluruhnya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُؤَمِّل، حَدَّثَنَا حَمَّاد، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ
عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ غُلَامًا يَهُودِيًّا كَانَ يَضع
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَضُوءه وَيُنَاوِلُهُ نَعْلَيْهِ،
فَمَرِضَ، فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلَ
عَلَيْهِ وَأَبُوهُ قَاعِدٌ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا فُلانُ، قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ"
فَنَظَرَ إلَى أَبِيهِ، فَسَكَتَ أَبُوهُ، فأعَادَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَظَرَ إلَى أَبيهِ، فَقَالَ أبُوهُ: أطِعْ أَبَا
الْقَاسِم، فَقَالَ الْغُلامُ:: أشْهَدُ أن لَا
إلَهَ إِلَّا اللَّهُ وأَنَّكَ رَسُولُ اللهِ، فَخَرَجَ النَّبَيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ: "الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أخْرَجَهُ بِي مِنِ
النَّارِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muammal, telah
menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas
r.a. yang mengatakan bahwa ada seorang anak Yahudi yang biasa menyuguhkan air
wudu buat Nabi Saw. dan mempersiapkan sepasang terompahnya. Lalu anak itu sakit
keras, dan Nabi Saw. datang kepadanya, lalu masuk menemuinya, sedangkan kedua
orang tua si anak berada di dekat kepalanya. Maka Nabi Saw. bersabda kepadanya:
Hai Fulan, katakanlah, "Tidak ada Tuhan selain Allah!" Lalu anak
itu memandang kepada ayahnya, dan si ayah diam. Lalu Nabi Saw. mengulangi
perintahnya itu, dan si anak kembali memandang kepada ayahnya. Akhirnya si ayah
berkata, "Turutilah kemauan Abul Qasim!" Maka si anak berkata: Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan Allah.
Maka Nabi Saw. keluar seraya bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah
menyelamatkannya dari neraka melalui aku.Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya. Masih banyak ayat serta hadis yang menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. diutus untuk segenap umat manusia.
Ali Imran, ayat 21-22
{إِنَّ
الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ
حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ
فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (21) أُولَئِكَ الَّذِينَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ
فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (22)
}
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada
ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar dan membunuh
orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa
mereka akan menerima siksa yang pedih. Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala)
amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh
penolong.Allah mencela kaum ahli kitab karena mereka telah melakukan dosa-dosa dan hal-hal yang diharamkan disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Allah di masa lampau dan juga di masa sekarang, yaitu ayat-ayat Allah yang disampaikan kepada mereka oleh rasul-rasul-Nya. Mereka melakukan demikian karena keangkuhan mereka terhadap para rasul, keingkaran mereka terhadap para rasul, serta meremehkan perkara yang hak dan menolak untuk mengikuti para rasul. Selain itu yang lebih parah lagi mereka berani membunuh sebagian dari para nabi ketika menyampaikan syariat dari Allah buat mereka, tanpa sebab dan kesalahan yang dibuat oleh para nabi terhadap mereka, hanya karena para nabi itu menyeru mereka kepada perkara yang hak.
وَيَقْتُلُونَ
الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ
dan mereka membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil.
(Ali Imran: 21)Perbuatan seperti itu merupakan perbuatan yang sangat takabur (sombong). Seperti yang diungkapkan oleh Nabi Saw. dalam sabdanya, yaitu:
«الْكِبْرُ
بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ»
Takabur (sombong) ialah menentang perkara hak dan meremehkan orang
lain.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْر الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ
مُسْلِمٍ النَّيْسَابُورِيُّ، نَزِيلُ مَكَّةَ، حَدَّثَنِي أَبُو حَفْصٍ عُمَرُ
بْنُ حَفْصٍ -يَعْنِي ابْنَ ثَابِتِ بْنِ زُرَارَةَ الْأَنْصَارِيَّ-حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ حَمْزَةَ، حَدَّثَنِي أَبُو الْحَسَنِ مَوْلًى لِبَنِي أَسَدٍ، عَنْ
مَكْحُولٍ، عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ ذُؤَيْبٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ
بْنِ الْجَرَّاحِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ الله، أي
النَّاسِ أَشَدُّ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: "رَجلٌ قَتَلَ نَبِيا أوْ
مَنْ أَمَرَ بِالمْعْرُوفِ ونَهَى عَنِ المُنْكَر". ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ
وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ
بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ} [إِلَى قَوْلِهِ:
{وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ] } الْآيَةَ. ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أبَا عُبَيَدَةَ، قَتَلَتْ بَنُو إسْرَائِيلَ
ثَلاثَةً وأَرْبَعين نَبيا، مِنْ أوَّلِ النّهَارِ فِي ساعةٍ وَاحِدَةٍ، فَقَامَ
مِائَة وسَبْعُونَ رَجُلا مِنْ بَني إسْرائيلَ، فأمَرُوا مَنْ قَتَلَهُم
بالْمَعْرُوفِ ونَهَوْهُمْ عَنِ المنكرِ، فَقُتِلُوا جَمِيعًا مِنْ آخِرِ النَّهارِ
مِنْ ذَلكَ اليَوْمِ، فَهُم الذِينَ ذَكَرَ اللهُ، عَزَّ وَجَلَّ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abuz Zubair
Al-Hasan ibnu Ali ibnu Muslim An-Naisaburi yang tinggal di Mekah, telah
menceritakan kepadaku Abu Hafs Umar ibnu Hafs, yakni Ibnu Sabit dan Zurarah
Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hamzah, telah
menceritakan kepada kami Abul Hasan maula Bani Asad, dari Makhul, dari Abu
Qubaisah ibnu Zi-b Al-Khuza'i, dari Abu Ubaidali ibnul Jarrah r.a. yang
menceritakan: Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orangnya yang paling
keras mendapat azab di hari kiamat nanti?" Nabi Saw. menjawab, "Seorang
lelaki yang membunuh seorang nabi atau orang yang memerintahkan kepada kebajikan
dan melarang kemungkaran." Kemudian Nabi Saw. membacakan firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para
nabi tanpa alasan yang benar dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia
berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang
pedih. (Ali Imran: 21); Setelah itu Rasulullah Saw. bersabda: Hai Abu
Ubaidah, orang-orang Bani Israil telah membunuh empat puluh tiga orang nabi
dalam satu saat dari permulaan siang hari, maka bangkitlah seratus tujuh puluh
orang lelaki dari kalangan Bani Israil, lalu mereka melakukan amar ma'ruf dan
nahi munkar terhadap orang-orang yang telah membunuh para nabi, maka kaum Bani
Israil membunuh semua orang yang melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar itu di
penghujung siang hari itu juga; mereka adalah orang-orang yang disebutkan oleh
Allah Swt. (dalam ayat ini).Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Abu Ubaid Al-Wassabi yaitu Muhammad ibnu Hafs, dari Ibnu Humair, dari Abul Hasan maula Bani Asad, dari Makhul dengan lafaz yang sama.
Dari sahabat Ibnu Mas'ud, disebutkan bahwa orang-orang Bani Israil pernah membunuh tiga ratus orang nabi pada permulaan siang hari, lalu mereka mendirikan pasar sayur-mayur mereka pada penghujung siang harinya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Karena itulah ketika mereka (Bani Israil) menentang perkara yang hak dan bersikap angkuh terhadap manusia, maka Allah membalikkan mereka menjadi hina dan nista dalam kehidupan di dunia ini, dan kelak mereka akan mendapat siksa yang menghinakan di hari akhirat. Maka Allah Swt. berfirman:
فَبَشِّرْهُمْ
بِعَذابٍ أَلِيمٍ
maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih.
(Ali Imran: 21)Yakni siksa yang pedih lagi menghinakan.
{أُولَئِكَ
الَّذِينَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ
نَاصِرِينَ}
Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia
dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong. (Ali Imran:
22)Ali Imran, ayat 23-25
{أَلَمْ
تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُدْعَوْنَ إِلَى كِتَابِ
اللَّهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ وَهُمْ
مُعْرِضُونَ (23) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلا
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ وَغَرَّهُمْ فِي دِينِهِمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (24)
فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ
مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (25) }
Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang
telah diberi bagian, yaitu Al-Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah
supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; kemudian sebagian dari
mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran). Hal itu adalah karena mereka mengaku, "Kami tidak akan
disentuh oleh api neraka selain beberapa hari yang dapat dihitung." Mereka
diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan.
Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada
keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa
yang diusahakannya, sedangkan mereka tidak dianiaya.Allah Swt. menyangkal sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berpegang kepada apa yang mereka dugakan di dalam kedua kitab mereka, yaitu Taurat dan Injil. Apabila mereka diseru untuk mengambil ketetapan dari apa yang terkandung di dalam kedua kitab mereka, yaitu taat kepada Allah dalam semua perintah-Nya yang ditujukan kepada mereka, yang intinya berisikan agar mereka mengikuti Nabi Muhammad Saw., maka mereka berpaling seraya membelakangi kebenaran yang terkandung di dalam kedua kitabnya. Hal ini merupakan celaan yang sangat pedas dan menjadikan mereka sebagai figur dari orang-orang yang menentang dan sangat ingkar. Kemudian Allah Swt. berfirman:
ذلِكَ
بِأَنَّهُمْ قالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّاماً
مَعْدُوداتٍ
Hal itu adalah karena mereka mengakui, "Kami tidak akan disentuh oleh api
neraka selain beberapa hari yang dapat dihitung." (Ali Imran: 24)Yakni sesungguhnya yang mendorong dan membuat mereka berani menentang perkara yang hak (kebenaran) ialah karena ulah buat-buatan mereka sendiri, yaitu kebohongan-kebohongan mereka terhadap Allah yang mereka dakwakan untuk diri mereka sendiri, yaitu bahwa mereka hanya disiksa di dalam neraka selama tujuh hari; setiap seribu tahun dunia hanya satu hari. Tafsir hal ini dikemukakan di dalam surat Al-Baqarah.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَغَرَّهُمْ
فِي دِينِهِمْ مَا كانُوا يَفْتَرُونَ
Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka
ada-adakan. (Ali Imran: 24)Yakni mengukuhkan mereka untuk berpegang kepada agama mereka yang batil, hal-hal yang memperdayakan diri mereka sendiri, yaitu dugaan mereka yang menyatakan bahwa api neraka tidak akan menyentuh mereka karena dosa-dosa mereka kecuali hanya beberapa hari yang dapat dihitung. Padahal mereka sendirilah yang membuat-buat kedustaan ini terhadap diri mereka, sedangkan Allah tidak pernah menurunkan suatu bukti pun yang mengukuhkan dugaan mereka itu.
Allah Swt. berfirman mengancam dan memperingatkan mereka:
فَكَيْفَ
إِذا جَمَعْناهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ
Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang
tidak ada keraguan tentang adanya. (Ali Imran: 25)Yaitu bagaimanakah keadaan mereka nanti, sedangkan mereka telah berbuat kedustaan terhadap Allah, mendustakan rasul-rasul-Nya, dan membunuh nabi-nabi-Nya serta para ulama kaumnya yang ber-amar ma'ruf dan nahi munkar. Allah Swt. akan meminta pertanggungjawaban dari mereka atas semuanya itu, dan Dia pasti akan menghukum dan memberikan balasannya kepada mereka.
Karena itulah Allah Swt. dalam ayat ini berfirman:
{فَكَيْفَ
إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ}
Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang
tidak ada keraguan tentang adanya. (Ali Imran: 25) Maksudnya, kejadian hari kiamat tidak diragukan lagi dan pasti akan terjadi.
{وَوُفِّيَتْ
كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}
Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya,
sedangkan mereka tidak dianiaya. (Ali Imran: 25)All Imran, ayat 26-27
{قُلِ
اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ
مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ
إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (26) تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ
وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ
وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
(27) }
Katakanlah, "Wahai Tuhan Yang mempunyai
kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau
cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke
dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang
hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau
beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan."Allah Swt. berfirman:
قُلِ
Katakanlah! (Ali Imran: 26)hai Muhammad dengan mengagungkan Tuhanmu, bersyukur kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya, dan bertawakal kepada-Nya.
اللَّهُمَّ
مالِكَ الْمُلْكِ
Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan. (Ali Imran: 26)Yakni semua kerajaan adalah milik-Mu.
تُؤْتِي
الْمُلْكَ مَنْ تَشاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشاءُ
وَتُذِلُّ مَنْ تَشاءُ
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau
cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang
Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. (Ali
Imran: 26)Artinya, Engkaulah Yang memberi dan Engkaulah Yang mencegah. Semua apa yang Engkau kehendaki pasti terjadi, dan semua yang tidak Engkau kehendaki pasti tidak akan terjadi.
Di dalam ayat ini terkandung isyarat dan bimbingan yang menganjurkan untuk mensyukuri nikmat Allah Swt., ditujukan kepada Rasul-Nya dan umatnya. Karena Allah Swt. mengalihkan kenabian dari kaum Bani Israil kepada nabi dari kalangan bangsa Arab, yaitu dari keturunan kabilah Quraisy yang ummi dari Mekah sebagai penutup semua nabi, serta sebagai utusan Allah kepada segenap manusia dan jin. Allah Swt. telah menghimpun di dalam dirinya semua kebaikan yang ada pada sebelumnya, dan menganugerahkan kepadanya beberapa khususiyat yang belum pernah Allah berikan kepada seorang pun dari kalangan para nabi dan para rasul sebelumnya. Yang dimaksud ialah dalam hal pengetahuannya mengenai Allah dan syariat yang diturunkan kepadanya, pengetahuannya tentang hal-hal yang gaib di masa lampau dan masa mendatang. Allah telah memperlihatkan kepadanya banyak hakikat akhirat, umatnya menyebar ke segenap pelosok dunia dari timur sampai ke barat, dan agama serta syariatnya ditampakkan di atas semua agama dan syariat yang lain. Maka semoga Allah melimpahkan salawat dan salam kepadanya untuk selama-lamanya sampai hari pembalasan, selama malam dan siang hari masih silih berganti. Karena itulah Allah Swt. mengatakan dalam firman-Nya: Katakanlah, "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan." (Ali Imran: 26), hingga akhir ayat.
Yakni Engkaulah Yang mengatur makhluk-Mu, Yang Maha Melakukan semua apa yang Engkau kehendaki. Sebagaimana Allah menyanggah orang-orang yang mengakui dirinya dapat mengatur urusan Allah, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَقالُوا
لَوْلا نُزِّلَ هذَا الْقُرْآنُ عَلى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ
عَظِيمٍ
Dan mereka berkata, "Mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang
besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini? (Az-Zukhruf: 31)Allah berfirman, menyanggah ucapan mereka itu, melalui ayat berikut:
أَهُمْ
يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? (Az-Zukhruf: 32),
hingga akhir ayat.Dengan kata lain, Kamilah yang ber-tasarruf dalam semua ciptaan Kami menurut apa yang Kami kehendaki, tanpa ada seorang pun yang mencegah atau menolak Kami, dan bagi Kamilah hikmah yang sempurna serta hujah yang benar dalam hal tersebut. Demikianlah Allah menganugerahkan kenabian kepada siapa yang dikehendaki-Nya, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
اللَّهُ
أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسالَتَهُ
Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas
kerasulan. (Al-An'am: 124)Allah Swt. telah berfirman:
انْظُرْ
كَيْفَ فَضَّلْنا بَعْضَهُمْ عَلى بَعْضٍ
Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas
sebagian (yang lain). (Al-Isra: 21), hingga akhir ayat.Al-Hafiz ibnu Asakir meriwayatkan di dalam riwayat hidup Ishaq ibnu Ahmad bagian dari kitab tarikh tentang Khalifah Al-Mamun, bahwa ia pernah melihat pada salah satu istana di negeri Rumawi suatu tulisan memakai bahasa Himyariyah. Ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, ternyata artinya seperti berikut: "Dengan nama Allah, tidak sekali-kali malam dan siang silih berganti, dan tidak pula bintang-bintang beredar pada garis edarnya, melainkan karena berpindahnya nikmat (karunia) dari suatu kerajaan yang telah sirna kekuasaannya ke kerajaan yang lain. Sedangkan kerajaan Tuhan yang memiliki Arasy tetap abadi, tidak akan hilang dan tidak ada yang menyekutuinya."
*******************
Firman Allah Swt.:
تُولِجُ
اللَّيْلَ فِي النَّهارِ وَتُولِجُ النَّهارَ فِي اللَّيْلِ
Engkau memasukkan
malam ke dalam siang,
dan Engkau memasukkan
siang ke dalam malam. (Ali Imran: 27)Yakni salah satunya mengambil kelebihan waktu dari yang lainnya. Maka yang lainnya berkurang hingga keduanya sama panjangnya, lalu yang lain mengambil dari kelebihan yang ini, hingga keduanya berbeda panjang masanya, tetapi lama-kelamaan panjang masa keduanya menjadi sama kembali. Demikianlah terjadi dalam musim-musim sepanjang tahunnya, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur,dan musim dingin.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَتُخْرِجُ
الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ
Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang
mati dari yang hidup. (Ali Imran: 27)Maksudnya, Engkau mengeluarkan tumbuh-tumbuhan dari bebijian, dan mengeluarkan bebijian dari tumbuh-tumbuhan; buah kurma dari biji kurma, dan biji kurma dari buah kurma. Orang mukmin dari orang kafir, dan orang kafir dari orang mukmin. Ayam dari telur, dan telur dari ayam; dan segala sesuatu mengalami proses seperti ini.
وَتَرْزُقُ
مَنْ تَشاءُ بِغَيْرِ حِسابٍ
Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.
(Ali Imran: 27)Yakni Engkau memberi orang yang Engkau kehendaki harta benda yang tidak terhitung banyaknya dan sulit untuk ditakar, sedangkan kepada orang lainnya tidak Engkau berikan hal itu. Hal ini Engkau lakukan berdasarkan kebijaksanaan, kehendak, dan kemauan-Mu semata.
قَالَ
الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زَكَرِيَّا الْغَلَّابِيُّ، حَدَّثَنَا
جَعْفَرُ بْنُ جسْر بْنِ فَرْقَد، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ عَمْرو بْنِ مَالِكٍ،
عَنْ أَبِي الْجَوْزَاءِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "اسْم اللهِ الأعْظَمَ الَّذي إذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ،
فِي هَذِهِ الآيةِ مِنْ آلِ عِمْرانَ: {قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ [تُؤْتِي
الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ
وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ]
}
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Zakaria
Al-'Ala-i, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Hasan ibnu Farqad, telah
menceritakan kepada kami ayahku, dari Umar ibnu Malik, dari Abul Jauza, dari
Ibnu Abbas r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Asma Allah yang teragung
(Ismul A'zam) bila diucapkan dalam doa, niscaya diperkenankan, berada dalam ayat
ini bagian dari surat Ali Imran, yaitu firman-Nya: "Kalakanlah, 'Wahai Tuhan
Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang
yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya engkau
Mahakuasa atas segala sesuatu' (Ali Imran: 26)."Ali Imran, ayat 28
{لَا
يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلا أَنْ تَتَّقُوا
مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
(28) }
Janganlah orang-orang mukmin mengambil
orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang
siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali
karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan
Allah memperingatkan kalian terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah
kembali (kalian).Allah Swt. melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin berpihak kepada orang-orang kafir dan menjadikan mereka teman yang setia dengan menyampaikan kepada mereka berita-berita rahasia karena kasih sayang kepada mereka dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Kemudian Allah Swt. mengancam perbuatan tersebut melalui firman-Nya:
{وَمَنْ
يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ}
Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan
Allah. (Ali Imran: 28).Dengan kata lain, barang siapa yang melakukan hal tersebut yang dilarang oleh Allah, maka sesungguhnya ia telah melepaskan ikatan dirinya dengan Allah. Seperti yang disebutkan di dalam firman lainnya, yaitu:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِياءَ
تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ- إِلَى أَنْ قَالَ-: وَمَنْ يَفْعَلْهُ
مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَواءَ السَّبِيلِ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil musuh-Ku dan
musuh kalian menjadi teman-teman setia yang kalian sampaikan kepada mereka
(berita-berita Muhammad) karena rasa kasih sayang. (Al-Mumtahanah: 1) sampai
dengan firman-Nya: Dan barang siapa di antara kalian yang melakukannya, maka
sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. (Al-Mumtahanah:
1)Demikian pula dalam firman Allah Swt. yang mengatakan:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ
الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا
مُبِينًا}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang kafir
menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kalian mengadakan
alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksa kalian)? (An-Nisa: 144)
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
[إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ] }
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi wali (kalian), sebagian dari mereka adalah wali bagi
sebagian yang lain. Barang siapa di antara kalian mengambil mereka menjadi wali,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. (Al-Maidah: 51),
hingga akhir ayat.Dan Allah Swt. berfirman sesudah menyebutkan masalah kasih sayang dan hubungan yang intim di antara orang-orang mukmin dari kalangan kaum Muhajirin, kaum Ansar, dan orang-orang Arab, yaitu:
وَالَّذِينَ
كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِياءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي
الْأَرْضِ وَفَسادٌ كَبِيرٌ
Adapun orang-orang kafir, sebagian dari mereka menjadi pelindung bagi
sebagian yang lain. Jika kalian (hai kaum muslim) tidak melaksanakan apa yang
telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan
kerusakan yang besar. (Al-Anfal: 73)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
إِلَّا
أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقاةً
kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka. (Ali Imran: 28)Dengan kata lain, kecuali bagi orang mukmin penduduk salah satu negeri atau berada di dalam waktu tertentu yang merasa khawatir akan kejahatan mereka (orang-orang kafir). Maka diperbolehkan baginya bersiasat untuk melindungi dirinya hanya dengan lahiriahnya saja, tidak dengan batin dan niat. Seperti apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Darda yang mengatakan:
"إنَّا
لَنَكْشرُ فِي وُجُوهِ أقْوَامٍ وَقُلُوبُنَا تَلْعَنُهُمْ".
Sesungguhnya kami benar-benar tersenyum di hadapan banyak kaum (di masa
lalu), sedangkan hati kami (para sahabat) melaknat mereka (orang-orang
musyrik).As-Sauri mengatakan bahwa sahabat Ibnu Abbas pernah mengatakan taqiyyah (sikap diplomasi) bukan dengan amal perbuatan, melainkan hanya dengan lisan saja. Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, yaitu bahwa sesungguhnya taqiyyah itu hanya dilakukan dengan lisan. Hal yang sama dikatakan oleh Abul Aliyah, Abusy Sya'sa, Ad-Dahhak, dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Pendapat mereka dikuatkan oleh firman Allah Swt. yang mengatakan:
مَنْ
كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ
مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمانِ
Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat
kemurkaan Allah); kecuali orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap tenang
dalam beriman (dia tidak berdosa). (An-Nahl: 106), hingga akhir ayat.Imam Bukhari mengatakan, Al-Hasan pernah berkata bahwa taqiyyah (terus berlangsung) sampai hari kiamat.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَيُحَذِّرُكُمُ
اللَّهُ نَفْسَهُ
Dan Allah memperingatkan kalian terhadap diri (siksa)-Nya. (Ali Imran:
28)Yakni Allah memperingatkan kalian terhadap pembalasan-Nya bila Dia ditentang dalam perintah-Nya, dan siksa serta azab Allah akan menimpa orang yang memihak kepada musuh-Nya dan memusuhi kekasih-kekasih-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَإِلَى
اللَّهِ الْمَصِيرُ
Dan hanya kepada Allah kembali (kalian). (Ali Imran: 28)Maksudnya, hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan, karena Dia akan membalas tiap-tiap diri sesuai dengan amal perbuatan yang telah dilakukannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Sa'id, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Khalid, dari Ibnu Abu Husain, dari Abdur Rahman ibnu Sabit, dari Maimun ibnu Mihran yang menceritakan, "Sahabat Mu'az pernah berdiri di antara kami, lalu ia mengatakan, 'Hai Bani Aud, sesungguhnya aku adalah utusan Rasulullah kepada kalian. Kalian mengetahui bahwa tempat kembali hanyalah kepada Allah, yaitu ke surga atau ke neraka'."
Ali Imran, ayat 29-30
{قُلْ
إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَيَعْلَمُ
مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(29) يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا
عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا
وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ (30)
}
Katakanlah, "Jika kalian menyembunyikan apa
yang ada dalam hati kalian atau kalian melahirkannya, pasti Allah mengetahui."
Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu. Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala
kebajikan yang dilakukan(nya) dihadapkan (ke hadapannya), begitu (juga)
kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari
itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kalian terhadap diri
(siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.Allah Swt. memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya bahwa Dia mengetahui semua yang tersembunyi dan semua yang tampak, dan bahwa tiada yang samar bagi Allah suatu hal pun dari mereka, melainkan Dia mengetahuinya dan meliputi mereka dalam semua keadaan, zaman, hari-hari, jam dan detik-detik mereka, serta mengetahui semua yang ada di bumi dan di langit. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya walau seberat zarrah, dan bahkan yang lebih kecil lagi dari itu di semua kawasan bumi, laut, dan bukit-bukit.
وَاللَّهُ
عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Ali Imran: 29)Yakni kekuasaan-Nya langsung dan benar-benar nyata atas semuanya. Di balik kalimat ini terkandung makna yang memperingatkan kepada hamba-hamba-Nya agar takut kepada-Nya dan selalu khawatir akan siksaan-Nya, supaya mereka tidak berani mengerjakan apa-apa yang dilarang dan tidak disukai oleh-Nya. Karena sesungguhnya Allah mengetahui semua perkara mereka, dan Dia Mahakuasa untuk menyegerakan siksaan-Nya terhadap mereka. Jika Dia memberikan masa tangguh kepada seseorang di antara mereka, maka sesungguhnya Dia sengaja menangguhkan siksaan-Nya, kemudian pada saatnya Dia akan menimpakan siksaan kepadanya dengan siksaan dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:
يَوْمَ
تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَراً
Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan yang
dilakukan(nya) dihadapkan (ke hadapannya). (Ali Imran: 30)Yakni pada hari kiamat nanti dihadapkan kepada setiap hamba semua amal perbuatannya, yang baik dan yang buruknya. Seperti yang disebutkan di dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
يُنَبَّؤُا
الْإِنْسانُ يَوْمَئِذٍ بِما قَدَّمَ وَأَخَّرَ
Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan
apa yang dilalaikannya. (Al-Qiyamah: 13)Maka apa yang ia lihat dari amal perbuatannya yang baik, hal itu sangat menggembirakannya; dan apa yang ia lihat dari amal perbuatannya yang buruk, hal itu membuatnya sedih dan kecewa; dan berharap sekiranya dia dapat berlepas diri dari dosa-dosanya itu, sekiranya antara dia dan dosa-dosanya itu jauh sekali jaraknya. Seperti yang ia katakan kepada setan yang selalu menemaninya ketika di dunia, karena setanlah yang membuatnya berani melakukan perbuatan yang berdosa:
يَا
لَيْتَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ
الْقَرِينُ
Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara timur dan
barat. Maka setan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia).
(Az-Zukhruf: 38)Kemudian Allah Swt. mengukuhkan hal tersebut dengan nada peringatan dan ancaman melalui firman selanjutnya, yaitu:
وَيُحَذِّرُكُمُ
اللَّهُ نَفْسَهُ
dan Allah memperingatkan kalian terhadap diri (siksa)-Nya. (Ali Imran:
30)Artinya, Allah memperingatkan kalian terhadap siksa-Nya. Selanjutnya Allah Swt. menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk tidak berputus asa terhadap rahmat-Nya dan tidak berputus harapan dari belas kasihan-Nya.
وَاللَّهُ
رَؤُفٌ بِالْعِبادِ
Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. (Ali Imran: 30)Al-Hasan Al-Basri mengatakan, termasuk belas kasihan Allah kepada hamba-hamba-Nya ialah Dia memperingatkan mereka terhadap siksa-Nya. Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah Allah Maha Penyayang kepada makhluk-Nya, dan menyukai mereka bila mereka beristiqamah pada jalan-Nya yang lurus dan agama-Nya yang benar serta mengikuti Rasul-Nya yang mulia.
Ali Imran, ayat 31-32
{قُلْ
إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ
وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ (32)
}
Katakanlah, "Jika kalian (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa
kalian," Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kalian
berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
kafir."Ayat yang mulia ini menilai setiap orang yang mengakui dirinya cinta kepada Allah, sedangkan sepak terjangnya bukan pada jalan yang telah dirintis oleh Nabi Muhammad Saw.; bahwa sesungguhnya dia adalah orang yang dusta dalam pengakuannya, sebelum ia mengikuti syariat Nabi Saw. dan agama yang dibawanya dalam semua ucapan dan perbuatannya. Seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«مَنْ
عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ»
Barang siapa yang melakukan suatu amal perbuatan yang bukan termasuk
tuntunan kami, maka amalnya itu ditolak.Karena itulah maka dalam ayat ini disebutkan melalui firman-Nya:
قُلْ
إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ
Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi kalian. (Ali Imran: 31)Yakni kalian akan memperoleh balasan yang lebih daripada apa yang dianjurkan kepada kalian agar kalian mencintai-Nya, yaitu Dia mencintai kalian. Kecintaan Allah kepada kalian dinilai lebih besar daripada yang pertama, yaitu kecintaan kalian kepada-Nya. Seperti yang dikatakan oleh sebagian ulama yang bijak, bahwa duduk perkaranya bukanlah bertujuan agar kamu mencintai, melainkan yang sebenarnya ialah bagaimana supaya kamu dicintai.
Al-Hasan Al-Basri dan lain-Lainnya dari kalangan ulama Salaf mengatakan bahwa ada segolongan kaum yang menduga bahwa dirinya mencintai Allah, maka Allah menguji mereka dengan ayat ini, yaitu firman-Nya: Katakanlah, "Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi kalian." (Ali Imran: 31)
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ
الطَّنافِسي، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ عَبْدِ الْأَعْلَى بْنِ
أَعْيَنَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "وَهَلِ الدِّينُ إِلَّا الْحُبُّ والْبُغْضُ؟ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى:
{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnu Musa ibnu Abdul A'la ibnu A'yun, dari Yahya ibnu Abu
Kasir, dari Urwah, dari Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Tiada lain (ajaran) agama itu melainkan cinta karena Allah
dan benci karena Allah. Allah Swt. berfirman: Katakanlah, "Jika kalian
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku." (Ali Imran: 31)Abu Zur'ah (yakni Abdul A'la) mengatakan bahwa hadis ini munkar.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ}
dan mengampuni dosa-dosa kalian, Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Ali Imran: 31)Yakni karena kalian mengikuti Rasul Saw., maka kalian memperoleh karunia itu berkat perantaraannya.
Kemudian Allah memerintahkan setiap orang, baik dari kalangan khusus ataupun dari kalangan awam melalui firman-Nya:
قُلْ
أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا
Katakanlah, "Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kalian berpaling (Ali
Imran: 32)Yaitu menentang perintah-Nya.
فَإِنَّ
اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكافِرِينَ
maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir? (Ali Imran:
32)Ayat ini memberikan pengertian bahwa menyimpang dari jalan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan perbuatan yang kufur; dan Allah tidak menyukai orang yang mempunyai sifat demikian, sekalipun ia mengakui bahwa dirinya cinta kepada Allah dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya, sebelum ia mengikuti Rasul yang ummi penutup para rasul yang diutus untuk seluruh makhluk jin dan manusia. Karena seandainya para nabi —dan bahkan para rasul atau mereka yang dari kalangan ulul azmi— berada di zaman Nabi Muhammad Saw., maka tiada jalan Lain bagi mereka kecuali mengikuti Nabi Muhammad Saw., taat kepadanya, serta mengikuti syariatnya. Seperti yang akan diterangkan nanti dalam tafsir firman-Nya:
وَإِذْ
أَخَذَ اللَّهُ مِيثاقَ النَّبِيِّينَ
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi. (Ali
Imran: 81), hingga akhir ayat.Ali Imran, ayat 33-34
{إِنَّ
اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى
الْعَالَمِينَ (33) ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
(34) }
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh,
keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka
masing-masing), (yaitu) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang
lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.Allah Swt. memberitakan bahwa Dia memilih keluarga-keluarga tersebut atas semua penduduk bumi. Allah memilih Adam a.s., untuk itu Dia menciptakannya dengan tangan (kekuasaan)-Nya, dan meniupkan ke dalam tubuh Adam sebagian dari roh-Nya, memerintahkan para malaikat bersujud kepadanya, mengajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu, dan menempatkannya di dalam surga, kemudian menurunkannya dari surga karena hikmah yang hanya diketahui oleh-Nya.
Allah Swt. memilih Nuh a.s. dan menjadikannya sebagai rasul pertama untuk penduduk bumi, di saat manusia mulai menyembah berhala dan mempersekutukan Allah dengan sesembahan-sesembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujah mengenainya. Kemudian Allah membela Nuh a.s. setelah lama masa tinggalnya di kalangan kaumnya menyeru mereka untuk menyembah Allah siang dan malam hari, baik dengan sembunyi-sembunyi maupun dengan terang-terangan. Akan tetapi, ternyata usahanya itu tidak menambah dekat kepada mereka, kecuali makin jauh. Maka Nuh a.s. berdoa untuk kebinasaan mereka, dan akhirnya Allah Swt. menenggelamkan mereka semua hingga tidak ada seorang pun yang selamat kecuali orang-orang yang mengikuti agama yang diutus oleh Allah kepadanya.
Allah Swt. memilih keluarga Ibrahim yang dari kalangan mereka lahir penghulu manusia, penutup semua nabi (yaitu Nabi Muhammad Saw.). Allah Swt. memilih keluarga Imran; yang dimaksud dengan Imran dalam ayat ini ialah orang tua Maryam, ibu Nabi Isa a.s.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa dia adalah Imran ibnu Yasyim ibnu Misya ibnu Hizqiya ibnu Ibrahim Guraya ibnu Nawisy ibnu Ajr ibnu Bahwa ibnu Nazim ibnu Muqasit ibnu Isya ibnu Iyaz ibnu Rukhai'am ibnu Sulaiman ibnu Daud a.s. Isa termasuk salah seorang dari keturunan Nabi Ibrahim a.s., seperti yang akan dijelaskan nanti dalam surat Al-An'am.
Ali Imran, ayat 35-36
{إِذْ
قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي
مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (35) فَلَمَّا
وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا
وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالأنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي
أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (36)
}
(Ingatlah) ketika istri Imran berkata, "Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku
menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Maka tatkala istri Imran
melahirkan anaknya, dia pun berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya
seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu;
dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah
menamai dia Maryam dan aku melindungkannya serta anak-anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang
terkutuk."Istri Imran adalah ibu Siti Maryam a.s., namanya Hannah binti Faquz.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Hannah adalah seorang wanita yang lama tidak pernah hamil, lalu pada suatu hari ia melihat seekor burung sedang memberi makan anak-anaknya, akhirnya ia menginginkan punya anak. Kemudian ia berdoa kepada Allah Swt., semoga Allah menganugerahinya seorang putra, dan Allah memperkenankan doanya itu. Ketika suaminya menggaulinya, maka hamillah ia. Setelah masa hamilnya telah tua, maka ia bernazar bahwa anaknya kelak akan dipersembahkan untuk berkhidmat kepada Baitul Maqdis. Untuk itu ia berkata, seperti yang disebutkan firman-Nya: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ali Imran: 35)
Yakni Engkau Maha Mendengar akan doaku lagi Maha Mengetahui niatku. Saat itu ia tidak mengetahui apakah anak yang dikandungnya itu laki-laki atau perempuan.
فَلَمَّا
وَضَعَتْها قالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُها أُنْثى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِما
وَضَعَتْ
Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, "Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih
mengetahui apa yang dilahirkannya itu." (Ali Imran: 36)Lafaz wada'at ada yang membacanya wada'tu karena dianggap sebagai ta mutakallim (anak yang aku lahirkan), dan menjadikannya sebagai kelanjutan dari perkataan (doa) istri Imran.
Ada pula yang membacanya wada'at dengan huruf ta yang di-sukun-kan dan menjadikannya sebagai firman Allah Swt.
وَلَيْسَ
الذَّكَرُ كَالْأُنْثى
dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. (Ali Imran:
36)Yakni dalam hal kekuatan dan kesabaran dalam beribadah dan berkhidmat mengurus Masjidil Aqsa.
وَإِنِّي
سَمَّيْتُها مَرْيَمَ
Sesungguhnya aku telah menamainya Maryam. (Ali Imran: 36)Di dalam ayat ini terkandung makna boleh menamai anak di hari kelahirannya secara langsung, seperti yang tersirat dari makna lahiriah ayat. Mengingat hal ini merupakan syariat orang-orang sebelum kami, lalu menurut suatu riwayat diakui oleh syariat kita. Hal yang sama disebut pula di dalam sunnah Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
«وُلِدَ
لِيَ اللَّيْلَةَ وَلَدٌ سَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ»
Telah dilahirkan untukku malam ini seorang anak laki-laki yang aku beri
nama dengan nama Abi Ibrahim. (Hadis diketengahkan oleh Bukhari Muslim)Hal yang sama disebutkan pula di dalam kitab Sahihain, bahwa sahabat Anas ibnu Malik berangkat membawa saudaranya yang baru dilahirkan oleh ibunya kepada Rasulullah Saw., lalu beliau Saw. men-tahnik-nya dan memberinya nama Abdullah.
Di dalam hadis sahih Bukhari disebutkan:
أَنَّ
رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ولد لي الليلة وَلَدٌ فَمَا أُسَمِّيهِ؟ قَالَ
«اسْمُ وَلَدِكَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ»
Bahwa seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, telah dilahirkan seorang
anak laki-laki bagiku malam ini, maka nama apakah yang harus kuberikan
kepadanya?" Nabi Saw. menjawab, "Namailah anak laki-lakimu itu Abdur
Rahman."Disebutkan pula di dalam hadis sahih bahwa ketika datang Abu Usaid seraya membawa anaknya kepada Nabi Saw. untuk di-tahnik, tetapi Nabi Saw. sedang sibuk, lalu Abu Usaid memerintahkan agar dikembalikan ke rumahnya. Ketika Rasulullah Saw. tidak sibuk lagi dan ingat di majelis yang sama, maka beliau Saw. menamainya Al-Munzir.
Adapun hadis yang diriwayatkan dari Qatadah, dari Al-Hasan Al-Basri, dari Samurah ibnu Jundub yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"كُلُّ
غُلامٍ رَهِين بِعقِيقتِهِ، يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ، ويُسَمَّى وَيحْلَقُ
رَأْسُهُ"
Setiap anak digadaikan oleh aqiqahnya yang disembelih (untuk) menebusnya
pada hari yang ketujuh (dari kelahirannya), lalu diberi nama dan dicukur
rambutnya.Maka hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan ahlus sunan, lalu dinilai sahih oleh Imam Turmuzi. Menurut riwayat yang lain disebutkan Yudma, hal ini lebih kuat dan lebih banyak dihafal.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Az-Zubair ibnu Bakkar di dalam Kitabun Nasab, yang bunyinya mengatakan bahwa Rasulullah Saw. melakukan aqiqah untuk anak lelakinya (yaitu Ibrahim), lalu beliau menamainya Ibrahim (dalam hari aqiqah-nya).
Tetapi sanad hadis ini kurang kuat karena bertentangan dengan apa yang terdapat di dalam hadis sahih. Sekiranya hadis ini sahih, niscaya diartikan bahwa Nabi Saw. baru mengumumkan nama Ibrahim pada hari aqiqah-nya itu (dan bukan pada pagi hari setelah malam hari kelahirannya).
*******************
Firman Allah Swt. menceritakan doa ibu Maryam, yaitu:
وَإِنِّي
أُعِيذُها بِكَ وَذُرِّيَّتَها مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمِ
Dan sesungguhnya aku melindungkannya serta anak keturunannya kepada
(pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk. (Ali Imran: 36)Yakni aku menyerahkannya kepada lindungan Allah Swt. dari setan yang terkutuk, dan aku menyerahkan pula anaknya (yaitu Isa a.s.) kepada lindungan-Nya. Maka Allah memperkenankan doanya itu, seperti yang diriwayatkan oleh Abdur Razzaq:
أَنْبَأَنَا
مَعْمَر، عَنِ الزَّهْرِيِّ، عَنِ ابْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وسلم: "مَا مِن مَوْلُودٍ يُولَدُ إِلَّا مَسَّه الشَّيْطَانُ حِينَ يُولَدُ،
فَيَسْتَهِلّ صَارخًا مِنْ مَسِّهِ إيَّاهُ، إِلَّا مَرْيَم َوابْنَهَا". ثُمَّ
يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ: اقْرَأُوا إِنْ شِئْتُمْ: {وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ
وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ}
telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Ibnul Musayyab,
dari Abu Hurairah yang bercerita bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada
seorang anak pun yang baru dilahirkan melainkan setan menyentuhnya ketika
dilahirkan, lalu ia menjerit menangis karena setan telah menyentuhnya, kecuali
Maryam dan anak laki-lakinya. Kemudian Abu Hurairah r.a. mengatakan,
"Bacalah oleh kalian jika kalian suka firman berikut," yaitu: Dan
sesungguhnya aku melindungkannya serta anak keturunannya kepada (pemeliharaan)
Engkau dari setan yang terkutuk. (Ali Imran: 36)Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan pula hadis ini melalui jalur Abdur Razzaq, juga Ibnu Jarir, dari Ahmad ibnul Faraj, dari Baqiyyah, dari Az-Zubaidi, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Qais, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَا
مِنْ مَوْلُود إِلَّا وَقَدْ عَصَرَهُ الشَّيطانُ عَصْرَةً أَوْ عَصْرَتَيْن إِلَّا
عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ وَمَرْيمَ". ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ}
Tiada seorang bayi pun melainkan setan telah mencubitnya sekali atau dua
kali, kecuali Isa ibnu Maryam dan Maryam sendiri. Kemudian Rasulullah
Saw. membacakan firman-Nya: Dan sesungguhnya aku melindungkannya serta anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk. (Ali
Imran: 36)Juga dari hadis Al-Ala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah.
Iman Muslim meriwayatkannya dari Abut Tahir, dari Ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Abu Yunus, dari Abu Hurairah. Ibnu Wahb meriwayatkannya pula dari Ibnu Abu Zi-b, dari Ajlan maula Al-Musyma'il, dari Abu Hurairah.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkannya dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan pokok hadisnya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Lais ibnu Sa'd, dari Ja'far ibnu Rabi'ah, dari Abdur Rahman ibnu Hurmuz Al-A'raj yang mengatakan, Abu Hurairah pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"كُلُّ
بَنِي آدَمَ يَطْعنُ الشَّيْطَانُ فِي جَنْبِه حِينَ تَلِدهُ أمُّهُ، إِلَّا عِيسَى
ابْنَ مَرْيَمَ، ذَهَبَ يَطْعَنُ فَطَعَنَ فِي الحِجَاب"
Semua anak Adam pernah ditusuk oleh setan pada lambungnya ketika
dilahirkan oleh ibunya, kecuali Isa ibnu Maryam; setan pergi untuk menusuknya,
tetapi yang ditusuknya hanyalah hijab (penghalang).Ali Imran, ayat 37
{فَتَقَبَّلَهَا
رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا
كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ
يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ
يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (37) }
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar)
dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik, dan
Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui
Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata, "Hai Maryam,
dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab, "Makanan itu dari
sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya
tanpa hisab.Allah Swt. memberitakan bahwa Dia menerima nazar yang telah diucapkan oleh ibu Maryam, dan bahwa Dia menumbuhkannya dengan pertumbuhan yang baik, yakni menjadikan rupanya cantik dengan penampilan yang bercahaya serta memberinya rahasia untuk doa yang dikabulkan, dan menitipkannya kepada orang-orang yang saleh dari hamba-hamba-Nya; dia belajar dari mereka ilmu, kebaikan, dan agama. Disebutkan di dalam firman-Nya:
وَكَفَّلَها
زَكَرِيَّا
Dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. (Ali Imran: 37)Dengan huruf fa yang di-tasydid-kan dan lafaz Zakaria di-nasab-kan karena menjadi maful, yakni Allah menjadikannya sebagai pemelihara Maryam.
Ibnu Ishaq mengatakan, hal tersebut tidak sekali-kali terjadi melainkan karena Maryam telah yatim. Sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa kaum Bani Israil di suatu waktu mengalami musim paceklik dan kekeringan, maka Zakaria memelihara Maryam sebagai ayah angkatnya karena faktor tersebut. Pada intinya kedua pendapat tersebut tidak bertentangan.
Sesungguhnya Allah telah menakdirkan Zakaria sebagai pemeliharanya tiada lain hanyalah untuk kebahagiaan Maryam sendiri, agar Maryam dapat menimba darinya ilmu pengetahuan yang banyak lagi bermanfaat serta amal yang saleh. Juga karena Zakaria sendiri adalah suami bibinya, menurut apa yang disebutkan oleh Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir serta lain-lainnya.
Menurut pendapat yang lain, Zakaria adalah suami saudara perempuan Maryam. Seperti yang disebut di dalam sebuah hadis sahih, yaitu:
«فَإِذَا
بِيَحْيَى وَعِيسَى وَهُمَا ابْنَا الْخَالَةِ»
tiba-tiba Nabi Saw. bersua dengan Yahya dan Isa, keduanya adalah anak
laki-laki bibi (saudara sepupu).Akan tetapi, adakalanya dapat diselaraskan dengan pengertian apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Ishaq dalam pengertian yang lebih luas. Atas dasar ini berarti Maryam berada di dalam asuhan dan pemeliharaan bibinya.
Disebutkan di dalam sebuah hadis sahih bahwa Rasulullah Saw. pernah memutuskan dalam kasus Imarah binti Hamzah bahwa Imarah diserahkan ke dalam pemeliharaan bibinya yang menjadi istri Ja'far ibnu Abu Talib, dan beliau bersabda:
«الْخَالَةُ
بِمَنْزِلَةِ الْأُمِّ»
Bibi sama kedudukannya dengan ibu.Kemudian Allah Swt. menceritakan perihal kemuliaan dan keteguhan-nya dalam tempat ibadahnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
كُلَّما
دَخَلَ عَلَيْها زَكَرِيَّا الْمِحْرابَ وَجَدَ عِنْدَها رِزْقاً
Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di
sisinya (Maryam). (Ali Imran: 37)Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abusy Sya'sa, Ibrahim An-Nakha'i, Ad-Dahhak, Qatadah, Ar-Rabi' ibnu Anas, Atiyyah Al-'Aufi, dan As-Saddi mengatakan, makna yang dimaksud ialah Zakaria menjumpai di sisi Maryam buah-buahan musim panas di saat musim dingin, dan buah-buahan musim dingin di saat musim panas.
Disebutkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: ia menjumpai makanan di sisinya. (Ali Imran: 37). Bahwa yang dimaksud dengan rizqan bukan makanan, melainkan ilmu atau suhuf (lembaran-lembaran) yang di dalamnya terkandung ilmu.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Akan tetapi, pendapat pertama (yang mengatakan makanan atau buah-buahan) adalah pendapat yang lebih sahih. Di dalamnya terkandung pengertian yang menunjukkan adanya karamah para wali Allah, dan di dalam sunnah terdapat banyak hal yang semisal.
Ketika Zakaria melihat makanan tersebut berada di sisi Maryam, maka ia bertanya:
{قَالَ
يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا}
Zakaria berkata, "Hai Maryam, dari manakah kamu memperoleh (makanan)
ini?" (Ali Imran: 37)Lalu dalam firman selanjutnya disebutkan:
قالَتْ
هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشاءُ بِغَيْرِ
حِسابٍ.
Maryam menjawab, "Makanan ini dari sisi Allah." Sesungguh-ya Allah memberi
rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab."(Ali Imran: 37)
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا سَهْل بْنُ زنْجَلة، حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا عبد الله ابن لَهِيعَة، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
المُنْكَدِر، عَنْ جَابِرٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم
أَقَامَ أَيَّامًا لَمْ يَطْعَمْ طَعَامًا، حَتَّى شَقّ ذَلِكَ عَلَيْهِ، فَطَافَ
فِي مَنَازِلِ أَزْوَاجِهِ فَلَمْ يَجِدْ عِنْدَ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ شَيْئًا،
فَأَتَى فَاطِمَةَ فَقَالَ: "يَا بُنَيَّة، هَلْ عِنْدَكِ شَيْء آكُلُهُ، فَإِنَّي
جَائِع؟ " فَقَالَتْ: لَا وَاللَّهِ بِأَبِي أنتَ وَأُمِّي. فَلَمَّا خَرَج مِنْ
عِنْدِهَا بَعَثَتْ إِلَيْهَا جَارَةٌ لَهَا بِرَغِيفَيْنِ وَقِطْعَةِ لَحْمٍ،
فَأَخَذَتْهُ مِنْهَا فَوَضَعَتْهُ فِي جَفْنَةٍ لَهَا، وَقَالَتْ: وَاللَّهِ
لَأُوثِرَنَّ بِهَذَا رَسُولَ اللَّهِ [صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ] عَلَى
نَفْسِي وَمَنْ عِنْدِي. وَكَانُوا جَمِيعًا مُحْتَاجِينَ إِلَى شِبْعَةِ طَعَامٍ،
فَبَعَثَتْ حَسَنا أَوْ حُسَينا إلى رسول الله [صلى الله عليه وسلم] فَرَجَعَ
إِلَيْهَا فَقَالَتْ لَهُ: بِأَبِي وَأُمِّي قَدْ أَتَى اللَّهُ بِشَيْءٍ
فخَبَّأتُه لَكَ. قَالَ: "هَلُمِّي يَا بُنيَّة" قَالَتْ: فَأَتَيْتُهُ
بِالْجَفْنَةِ. فَكَشَفَتْ عَنِ الْجَفْنَةِ فَإِذَا هِيَ مَمْلُوءَةٌ خُبْزًا
وَلَحْمًا، فَلَمَّا نظرَتْ إِلَيْهَا بُهِتتْ وعرفَتْ أَنَّهَا بَرَكَةٌ مِنَ
اللَّهِ، فحمدَت اللَّهَ وصلَّت عَلَى نَبِيِّهِ، وقدّمَتْه إلى رسولِ الله صلى
الله عليه وسلم. فَلَمَّا رَآهُ حَمِدَ اللَّهَ وَقَالَ: "مِنْ أيْنَ لَكِ هَذَا
يَا بُنَية؟ " فَقَالَتْ يَا أَبَتِ، {هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ
يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ} فَحَمِدَ اللَّهَ وَقَالَ: "الحَمْدُ للهِ
الَّذي جَعَلَكِ -يَا بُنَيّة-شَبيهَةِ بسيدةِ نِساء بَنيِ إسْرَائيلَ، فَإنَّها
كَانَتْ إذَا رَزَقَهَا اللهُ شَيْئًا فَسُئِلَتْ عَنْهُ قَالَتْ: {هُوَ مِنْ
عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ} فَبَعَثَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى عَلِي ثُمَّ أَكَلَ
رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَكَلَ عَلِيٌّ، وَفَاطِمَةُ،
وَحَسَنٌ، وَحُسَيْنٌ، وَجَمِيعُ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَأَهْلُ بَيْتِهِ جَمِيعًا حَتَّى شَبِعُوا. قَالَتْ: وَبَقِيَتِ
الْجَفْنَةُ كَمَا هِيَ، فَأَوْسَعَتْ بِبَقِيَّتِهَا عَلَى جَمِيعِ الْجِيرَانِ،
وَجَعَلَ اللَّهُ فيها بركة وخيرا كثيرا
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu
Zanjilah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh, telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnu Luhai'ah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir,
bahwa Rasulullah Saw. pernah tinggal selama beberapa hari tanpa makan sesuap
makanan pun hingga kelihatan beliau sangat berat. Lalu beliau berkeliling ke
rumah istri-istrinya, tetapi tidak menemukan sesuap makanan pun pada seseorang
di antara mereka. Maka beliau Saw. datang ke rumah Fatimah (putrinya), lalu
bersabda, "Hai anakku, apakah engkau mempunyai sesuatu makanan yang dapat
kumakan? Karena sesungguhnya aku sedang lapar." Fatimah menjawab,
"Tidak, demi Allah." Ketika Nabi Saw. pergi dari rumahnya, tiba-tiba Siti
Fatimah mendapat kiriman dua buah roti dan sepotong daging dari tetangga
wanitanya, lalu Fatimah mengambil sebagian darinya dan diletakkan di dalam
sebuah panci miliknya, dan ia berkata kepada dirinya sendiri, "Demi Allah, aku
benar-benar akan mendahulukan Rasulullah Saw. dengan makanan ini daripada diriku
sendiri dan orang-orang yang ada di dalam rumahku," padahal mereka semua
memerlukan makanan yang cukup. Kemudian Fatimah menyuruh Hasan atau Husain untuk
mengundang Rasulullah Saw. Ketika Rasulullah Saw. datang kepadanya, maka ia
berkata, "Demi Allah, sesungguhnya Allah telah memberikan suatu makanan, lalu
aku sembunyikan buatmu." Nabi Saw. bersabda, "Cepat berikanlah kepadaku, hai
anakku." Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia menyuguhkan
panci tersebut dan membukanya. Tiba-tiba panci itu telah penuh berisikan roti
dan daging. Ketika Fatimah melihat ke arah panci itu, maka ia merasa kaget dan
sadar bahwa hal itu adalah berkah dari Allah Swt. Karena itu, ia memuji kepada
Allah dan mengucapkan salawat buat Nabi-Nya. Lalu Fatimah menyuguhkan makanan
tersebut kepada Rasulullah Saw. Ketika beliau Saw. melihatnya, maka beliau
memuji kepada Allah dan bertanya, "Dari manakah makanan ini, hai anakku?"
Fatimah menjawab bahwa makanan tersebut dari sisi Allah, seraya menyitir
firman-Nya: Makanan itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki
kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (Ali Imran: 37); Maka Nabi
Saw. memuji kepada Allah dan bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah
menjadikan dirimu, hai anakku, mirip dengan penghulu kaum wanita Bani Israil;
karena sesungguhnya dia bila diberi rezeki sesuatu (makanan) oleh Allah, lalu
ditanya mengenai asal makanan itu, ia selalu menjawab, "Makanan itu dari sisi
Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa
hisab." Kemudian Rasulullah Saw. memanggil Ali, lalu makan bersama
Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain serta semua istri dan keluarga ahli bait-nya,
hingga semuanya merasa kenyang dari makanan itu. Siti Aisyah melanjutkan
kisahnya, bahwa makanan dalam panci itu masih utuh seperti sediakala, lalu
sisanya dapat dikirimkan kepada semua tetangganya. Allah telah menjadikan
keberkahan dan kcbaikan yang banyak dalam makanan itu.Ali Imran, ayat 38-41
{هُنَالِكَ
دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً
إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ (38) فَنَادَتْهُ الْمَلائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ
يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا
بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (39)
قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي
عَاقِرٌ قَالَ كَذَلِكَ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ (40) قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي
آيَةً قَالَ آيَتُكَ أَلا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ إِلا رَمْزًا
وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ (41)
}
Di sanalah Zakaria mendoa kepada Tuhannya
seraya berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang
baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa." Kemudian Malaikat (Jibril)
memanggil Zakaria, sedangkan ia tengah berdiri salat di mihrab (katanya),
"Sesungguhnya Allah menggembirakan kalian dengan kelahiran (seorang putramu)
Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan,
menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi serta keturunan orang-orang
saleh. Zakaria berkata, "Ya Tuhanku,
bagaimana aku bisa mendapat anak, sedangkan aku telah sangat tua dan istriku pun
seorang yang mandul?" Allah berfirman, "Demikianlah, Allah berbuat apa yang
dikehendaki-Nya." Berkata Zakaria, "Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah
mengandung)." Allah berfirman, "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata
dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Sebutlah (nama) Tuhanmu
sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di wakyu petang dan pagi
hari."Ketika Zakaria melihat bahwa Allah Swt. telah memberi Maryam rezeki berupa buah-buahan musim dingin pada musim panas dan buah-buahan musim panas pada musim dingin, maka saat itulah ia menginginkan punya seorang anak, sekalipun usianya telah lanjut dan tulang-tulang tubuhnya telah rapuh, uban telah mewarnai semua rambut kepalanya, istrinya pun sudah berusia lanjut lagi mandul.
Akan tetapi, sekalipun demikian ia tetap memohon kepada Tuhannya dan bermunajat kepadanya dengan doa-doa yang dibacanya pelan-pelan, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{رَبِّ
هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ} أَيْ: مِنْ عِنْدِكَ {ذُرِّيَّةً
طَيِّبَةً}
Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. (Ali
Imran: 38)Yakni dari sisi-Mu seorang anak yang saleh.
{إِنَّكَ
سَمِيعُ الدُّعَاءِ}
Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa. (Ali Imran: 38)
*******************
Firman Allah Swt.:
فَنادَتْهُ
الْمَلائِكَةُ وَهُوَ قائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرابِ
Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria yang tengah berdiri salat di
mihrab. (Ali Imran: 39)Yakni malaikat berbicara langsung kepadanya dengan pembicaraan yang dapat didengar Zakaria, sedangkan ia tengah berdiri salat di mihrab tempat ibadahnya yang khusus buat dia sendiri di saat ia bermunajat dan melakukan salat menyembah Tuhannya.
Kemudian Allah Swt. menceritakan perihal berita gembira yang disampaikan oleh malaikat kepada Zakaria:
أَنَّ
اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيى
Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu)
Yahya. (Ali Imran: 39)Yaitu seorang anak laki-laki yang diciptakan buatmu dari tulang sul-bimu, bernama Yahya.
Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa anak tersebut dinamakan Yahya tiada lain karena Allah menghidupkannya melalui iman (Zakaria).
*******************
Firman Allah Swt.:
مُصَدِّقاً
بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ
yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah. (Ali Imran: 39)Al-Aufi dan lain-lainnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Al-Hasan, Qatadah, Ikrimah, Mujahid, Abusy Sya'sa, As-Saddi, Ar-Rabi' ibnu Anas, Ad-Dahhak dan lain-lainnya (dari kalangan tabi'in) sehubungan dengan ayat ini, yaitu firman-Nya: yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah. (Ali Imran: 39). Bahwa yang dimaksud dengan kalimah Allah ialah Isa ibnu Maryam.
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa Yahya adalah orang yang mula-mula percaya kepada Isa ibnu Maryam. Qatadah mengatakan, yang dimaksud ialah berada pada sunnah dan tuntunannya.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah. (Ali Imran: 39). Yahya dan Isa adalah saudara sepupu. Tersebutlah bahwa ibu Yahya pernah berkata kepada Maryam, "Sesungguhnya aku merasakan anak yang ada di dalam perutku ini bersujud kepada anak yang berada di dalam perutmu." Yang demikian itu merupakan pembenaran yang dilakukan oleh Yahya kepada Isa selagi Isa masih berada di dalam perut ibunya. Yahya adalah orang yang mula-mula percaya kepada Isa. Isa diciptakan melalui kalimat (perintah) Allah. Yahya lebih tua daripada Isa a.s.
Hal yang sama dikatakan pula oleh As-Saddi.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَسَيِّداً
menjadi ikutan. (Ali Imran: 39)Menurut Abul Aliyah, Ar-Rabi'-ibnu Anas, Qatadah, Sa'id ibnu Jubair, dan lain-lainnya, yang dimaksud dengan sayyidan ialah halimah, yakni orang yang penyantun.
Menurut Qatadah, dia adalah seorang yang dijadikan ikutan dalam hal ilmu dan ibadah.
Ibnu Abbas, As-Sauri, dan Ad-Dahhak mengatakan bahwa as-sayyid artinya orang yang penyantun lagi bertakwa.
Sa'id ibnul Musayyab mengatakan, yang dimaksud dengan sayyid ialah orang yang mengerti fiqih lagi alim.
Menurut Atiyyahyas-sayyid artinya orang yang dijadikan ikutan dalam akhlak dan agama.
Menurut Ikrimah, as-sayyid artinya orang yang tidak terpengaruh oleh emosinya. Sedangkan menurut Ibnu Zaid, artinya orang yang mulia. Dan menurut yang lainnya, artinya orang yang bersikap mulia kepada Allah Swt.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَحَصُوراً
menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu). (Ali Imran: 39)Telah diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abusy Sya'sa, dan Atiyyah Al-Aufi, bahwa mereka mengatakan, "Yang dimaksud dengan hasur ialah orang yang tidak mau beristri."
Diriwayatkan dari Abul Aliyah dan Ar-Rabi' ibnu Anas bahwa yang dimaksud dengan hasur ialah orang yang tidak beranak dan tidak mempunyai air mani.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Qabus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna al-hasur dalam ayat ini, bahwa makna yang dimaksud ialah orang yang tidak pernah mengeluarkan air mani.
Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan masalah ini meriwayatkan sebuah hadis yang garib (aneh) sekali. Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Muhammad ibnu Galib Al-Bagdadi, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abbad (yakni Ibnul Awwam), dari Yahya ibnu Sa'id, dari Al-Musayyab, dari Ibnul As —tetapi dia tidak mengetahui apakah yang dimaksud adalah Abdullah ibnul As ataukah Amr ibnul As—, dari Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya: menjadi ikutan dan menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu). (Ali Imran: 39) Ibnul As melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. mengambil sebuah benda dari tanah dan bersabda,
«كَانَ
ذَكَرُهُ مِثْلَ هَذَا»
"Kemaluannya (Yahya) adalah semisal dengan ini (yakni kecilnya)."Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Yahya ibnu Sa'id Al-Ansari, bahwa ia pernah mendengar Sa'id ibnul Musayyab sebuah asar dari Abdullah ibnu Amr ibnul As yang mengatakan bahwa tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yang menghadap kepada Allah tanpa membawa dosa kecuali Yahya ibnu Zakaria. Kemudian Sa'id membacakan firman-Nya: dan seorang yang menjadi ikutan serta menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu). (Ali Imran: 39) Kemudian Sa'id mengambil sebuah benda dari tanah, lalu berkata, "Al-hasur ialah orang laki-laki yang kemaluannya seperti ini." Lalu Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan mengisyaratkan dengan jari telunjuknya.
Asar yang mauquf ini lebih sahih sanadnya daripada yang marfu'.
Ibnul Munzir di dalam kitab tafsirnya meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Daud As-Samnani, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Mishar, dari Yahya ibnu Sa'id, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr ibnul As menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«ما
من عبد يلقى الله إِلَّا ذَا ذَنْبٍ إِلَّا يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا، فإن الله يقول
وَسَيِّداً وَحَصُوراً
Tidak ada seorang hamba pun yang bersua dengan Allah melainkan pasti
membawa dosa, kecuali Yahya ibnu Zakaria. Karena sesungguhnya Allah telah
berfirman, "Dan menjadi ikutan serta menahan diri (dari pengaruh hawa
nafsu)." (Ali Imran: 39)Selanjutnya Nabi Saw. bersabda:
«وإنما
ذكره مثل هدبة الثوب»
Sesungguhnya kemaluan Yahya lemas seperti ujung kain.Abdullah ibnu Amr ibnul As menceritakan hadis ini seraya memperagakannya dengan ujung jarinya (yakni kemaluan Yahya kecil sekali).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Hammad dan Muhammad Ibnu Salimah Al-Muradi; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Sulaiman Al-Muqri, dari Al-Lais ibnu Sa'd, dari Muhammad ibnu Ajlan, dari Al-Qa'qa', dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
«كُلُّ
ابْنِ آدَمَ يَلْقَى اللَّهَ بذنب يُعَذِّبُهُ عَلَيْهِ إِنْ شَاءَ أَوْ
يَرْحَمُهُ، إِلَّا يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا فَإِنَّهُ كَانَ سَيِّدًا وَحَصُورًا
وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ»
Semua anak Adam menghadap kepada Allah dengan membawa dosa yang jika Allah
menghendaki, Dia pasti mengazabnya karena dosanya itu atau Allah
membelaskasihaninya, kecuali Yahya ibnu Zakaria. Karena sesungguhnya dia adalah
orang yang menjadi ikutan, menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu), dan seorang
nabi serta dari keturunan orang-orang yang saleh.Kemudian Nabi Saw. membungkukkan tubuhnya ke arah sebuah kerikil kecil di tanah, lalu mengambilnya, kemudian bersabda:
«وكان
ذكره مثل هذه القذاة»
Dan tersebutlah bahwa kemaluan dia (Yahya) kecil sekali seperti batu
kerikil kecil ini.Al-Qadi Iyad di dalam kitab Asy-Syifa mengatakan, "Perlu diketahui bahwa pujian Allah Swt. kepada Yahya —yang mengatakan bahwa Yahya adalah seorang yang hasur— tidaklah seperti yang dikatakan oleh sebagian dari mereka yang mengatakan bahwa Yahya adalah lelaki yang impoten atau tidak mempunyai zakar, melainkan hal ini dibantah oleh ahli tafsir yang jeli dan para ulama ahli kritik."
Mereka mengatakan bahwa penilaian seperti itu kurang benar dan tercela, mengingat tidak pantas ditujukan kepada para nabi. Sesungguhnya makna yang dimaksud ialah bahwa Yahya terpelihara dari dosa-dosa. Dengan kata lain, dia tidak melakukannya sama sekali sehingga diumpamakan seakan-akan dia impoten.
Menurut pendapat yang lain, makna hasur ialah menahan diri dari pengaruh hawa nafsu. Menurut pendapat yang lainnya lagi Yahya tidak mempunyai selera terhadap wanita. Tetapi pendapat ini jelas bagi Anda, bahwa tidak mampu kawin merupakan suatu kekurangan. Tetapi hal yang utama ialah bila nafsu syahwat itu ada, lalu tidak dituruti adakalanya dengan menahan diri, seperti yang dilakukan oleh Nabi Isa; atau dengan pemeliharaan dari Allah Swt., seperti yang terjadi pada diri Nabi Yahya.
Selanjutnya masalah wanita ini bagi lelaki yang mampu terhadapnya, lalu ia menunaikan semua kewajibannya tanpa melalaikan kewajibannya terhadap Tuhannya, maka baginya derajat yang tinggi, yaitu seperti derajat yang diperoleh oleh Nabi kita Nabi Muhammad Saw. Sekalipun istri beliau banyak, tetapi hal tersebut tidak melalaikan dirinya dari menyembah Tuhannya, bahkan menambah pahala ibadahnya, karena memelihara kehormatan mereka, mengatur, dan menafkahi mereka serta memberi mereka petunjuk.
Bahkan beliau Saw. telah menjelaskan bahwa wanita bukanlah merupakan bagian dunianya, sekalipun bagi selainnya wanita merupakan bagian dari dunianya. Seperti yang dinyatakan di dalam salah satu sabdanya:
"حُبِّبَ
إليَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ"
Diriku dijadikan menyukai sebagian dari urusan dunia kalian.Makna yang dimaksud ialah bahwa Nabi Saw. memuji Nabi Yahya sebagai orang yang hasur. Tetapi bukan berarti bahwa Nabi Yahya adalah seorang lelaki yang tidak dapat mendatangi wanita (kawin), melainkan makna yang dimaksud ialah sederhana saja, yaitu dia (Yahya a.s.) dipelihara oleh Allah dari perbuatan-perbuatan keji dan kotor. Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa dia tidak mampu kawin dengan wanita secara halal dan menggauli mereka serta beranak dari mereka. Bahkan tersirat pula pengertian yang menunjukkan bahwa Yahya mempunyai keturunan, seperti yang tersimpul dari doa Zakaria ketika ia berdoa: Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. (Ali Imran: 38)
Seakan-akan dia mengatakan seorang anak yang mempunyai keturunan (karena dalam ayat diungkapkan dengan memakai lafaz zurriyyah yang artinya keturunan).
*******************
Firman Allah Swt.:
وَنَبِيًّا
مِنَ الصَّالِحِينَ
dan seorang nabi serta keturunan orang-orang saleh. (Ali Imran:
39)Hal ini merupakan berita gembira kedua, yaitu kenabian Yahya sesudah berita gembira kelahirannya. Berita gembira yang kedua ini lebih utama daripada yang pertama. Perihalnya sama dengan pengertian yang ada dalam ayat lain, yaitu firman Allah Swt. kepada ibu Nabi Musa a.s.:
إِنَّا
رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya
(salah seorang) dari para rasul. (Al-Qashash: 7)Setelah nyata bagi Zakaria a.s. berita gembira tersebut, ia merasa heran akan mempunyai seorang anak, padahal usianya telah lanjut.
{قَالَ
رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي عَاقِرٌ
قَالَ}
Zakaria berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana aku dapat beranak, sedangkan aku
telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul? (Ali Imran: 40), Maka malaikat yang menyampaikan berita gembira itu berkata:
{كَذَلِكَ
اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ}
Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya. (Ali Imran:
40)Yakni demikianlah urusan Allah itu sangat besar. Tiada sesuatu pun yang tidak mampu dilakukan-Nya, dan tiada suatu urusan pun yang berat bagi-Nya; semuanya dapat dilakukan-Nya.
{قَالَ
رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً}
Zakaria berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda."(Ali Imran:
41). Maksudnya, suatu tanda yang menunjukkan bahwa istriku telah mengandung dariku.
{قَالَ
آيَتُكَ أَلا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ إِلا رَمْزًا}
Allah berfirman, "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan
manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat." (Ali Imran: 41). Yang dimaksud dengan ramzan ialah isyarat, yakni 'kamu tidak dapat berkata-kata, sekalipun kamu adalah orang yang sehat'. Seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
ثَلاثَ
لَيالٍ سَوِيًّا
selama tiga malam, padahal kamu sehat. (Maryam: 10)Kemudian Allah memerintahkan kepada Zakaria agar banyak berzikir, bertakbir, dan membaca tasbih selama masa tersebut. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَاذْكُرْ
رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ}
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu
petang dan pagi hari. (Ali Imran: 41)Dalam pembahasan yang lain akan diterangkan kelanjutan dari kisah ini, yaitu dalam tafsir surat Maryam.
Ali Imran, ayat 42-44
{وَإِذْ
قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ
وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ (42) يَا مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ
وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ (43) ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ
نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلامَهُمْ أَيُّهُمْ
يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ (44)
}
Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril)
berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu,
dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).
Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud
dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk." Yang demikian itu adalah sebagian
dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal
kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah
mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan
kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.Allah Swt. menceritakan khitab malaikat yang ditujukan kepada Maryam a.s. atas perintah dari Allah Swt. yang isinya menyatakan bahwa Allah Swt. telah memilihnya menjadi wanita yang terpilih, karena ibadahnya yang banyak, zuhudnya, kemuliaannya, dan kesuciannya dari semua kotoran dan godaan setan. Allah memilihnya kembali dari suatu waktu ke waktu yang lain karena kemuliaan yang dimilikinya berada di atas semua wanita di dunia (pada masanya).
قال
عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَنْبَأَنَا مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ
الْمُسَيَّبِ فِي قَوْلِهِ: {إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ
عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ} قَالَ: كَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يُحَدِّثُ عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خَيْرُ نِسَاءٍ رَكبْن الإبلَ
نِسَاءُ قُرَيْشٍ، أحْناهُ عَلَى وَلَدٍ فِي صِغَرِهِ، وأرْعَاهُ عَلَى زَوْجٍ فِي
ذَاتِ يَدِهِ، ولمَ تَرْكَبْ مَرْيَمُ بنْتُ عِمْرَانَ بَعِيرًا
قَطُّ".
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari
Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab sehubungan dengan firman-Nya:
Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu, dan melebihkan kamu atas
segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). (Ali Imran: 42) Bahwa
sahabat Abu Hurairah r.a. pernah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: Sebaik-baik wanita yang naik unta ialah wanita Quraisy, paling
penyayang kepada anak semasa masih bayi, dan paling memelihara kehormatan diri
suami, sedangkan Maryam binti Imran belum pernah naik unta sama sekali.Tidak ada yang mengetengahkannya dari jalur ini selain Imam Muslim, karena sesungguhnya Imam Muslim telah meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Rafi' dan Abdu ibnu Humaid; keduanya meriwayatkan hadis ini dari Abdur Razzaq.
قَالَ
هِشَامُ بْنُ عُرْوَة، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ، عَنْ
عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ: "خَيْرُ نِسَائِهَا مَرْيَمُ بِنْتُ
عِمْرَانَ، وخَيْرُ نِسَائِهَا خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ".
Hisyam ibnu Urwah meriwayatkan dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Ja'far, dari
Ali ibnu Abu Talib r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah
Saw. bersabda: Sebaik-baik wanitanya adalah Maryam binti Imran, dan
sebaik-baik wanitanya adalah Khadijah binti Khuwailid.Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis yang semisal melalui Hisyam dengan lafaz yang sama.
قَالَ
التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ زَنْجَوِيْه، حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم قال: "حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ
مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ
مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ."
Imam Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu
Zanjawaih, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Cukuplah bagimu dari wanita di dunia ini dengan Maryam binti Imran,
Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, dan Asiah istri
Fir'aun.Hadis ini hanya diketengahkan oleh Imam Turmuzi sendiri, dan ia menilainya sahih.
قَالَ
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كَانَ
ثَابِتٌ البُنَاني يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "خَيْرُ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ أرْبَع،
مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وآسِيَةُ امْرَأةُ فِرْعَوْنَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ
خُوَيْلِدٍ، وَفَاطِمَةُ بَنْتُ رَسُولِ اللهِ [صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ]
Abdullah ibnu Abu Ja'far Ar-Razi menceritakan dari ayahnya bahwa Sabit
Al-Bannani pernah menceritakan dari Anas ibnu Malik bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: Sebaik-baik wanita di dunia ada empat orang, yaitu Maryam binti
Imran, Asiah istri Fir'aun, Khadijah binti Khuwailid, dan Fatimah binti
Rasulullah.Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Murdawaih.
وَرَوَى
ابْنُ مَرْدَوَيْهِ مِنْ طَرِيقِ شُعْبَةَ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرَّة، عَنْ
أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَمُلَ
مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلا ثَلاث: مَرْيَمُ
بِنْتُ عِمْرَانَ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ،
وَفَضْلُ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ
"
Ibnu Murdawaih meriwayatkan pula dari jalur Syu'bah, dari Mu'awiyah ibnu
Qurrah, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Orang lelaki yang mencapai kesempurnaan banyak jumlahnya, tetapi dari
kalangan wanita hanya ada tiga orang, yaitu Maryam binti Imran, Asiah istri
Fir'aun, dan Khadijah binti Khuwailid. Sedangkan keutamaan Aisyah atas
kaum wanita sama dengan keutamaan makanan Sarid atas makanan lainnya.
وَقَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا آدَمُ الْعَسْقَلَانِيُّ،
حَدَّثَنَا شُعْبة، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُرَّة، سَمِعْتُ مُرَّة الهَمْداني
بِحَدِيثٍ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ
النِّسَاءِ إِلا مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ
فِرْعَوْنَ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah
menceritakan kepada kami Adam Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami
Syu'bah, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Murrah; ia pernah mendengar
Murrah Al-Hamdani menceritakan hadis berikut dari Abu Musa Al-Asy'ari yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Telah mencapai
kesempurnaan orang-orang banyak dari kalangan kaum lelaki, tetapi tidak ada yang
mencapai kesempurnaan dari kalangan kaum wanita selain Maryam binti Imran dan
Asiah istri Fir'aun.Jamaah menceritakan pula hadis ini selain Imam Abu Daud melalui berbagai jalur dari Syu'bah dengan lafaz yang sama.
Lafaz yang diketengahkan oleh Imam Bukhari adalah seperti berikut:
"كَمُلَ
مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلا آسِيَةُ امْرَأَةُ
فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَإنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى
النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ ".
Banyak dari kaum lelaki yang mencapai tingkat kesempurnaan, tetapi dari
kalangan kaum wanita tidak ada yang mencapai tingkat kesempurnaan kecuali Asiah
istri Fir'aun dan Maryam binti Imran, dan sesungguhnya keutamaan Aisyah
dibandingkan dengan wanita-wanita lainnya sama dengan keutamaan makanan Sarid di
atas semua jenis makanan.Kami memerincikan hadis ini berikut semua lafaznya dalam kisah Isa ibnu Maryam a.s. di dalam kitab kami yang berjudul Al-Bidayah wan Nihayah.
*******************
Kemudian Allah Swt. kembali menceritakan khitab para malaikat kepada Maryam,
bahwa mereka memerintahkannya untuk banyak melakukan ibadah, khusyuk, rukuk, dan
sujud serta membiasakan diri beramal, karena Allah Swt. hendak menganugerahkan
kepadanya suatu perkara yang telah ditakdirkan-Nya untuk dia. Anugerah tersebut
merupakan batu ujian baginya dan meninggikan derajatnya di dua negeri (dunia dan
akhirat). Melalui dirinya Allah akan menampilkan kekuasaan-Nya yang besar, yaitu
Allah akan menciptakan darinya seorang anak tanpa ayah. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{يَا
مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ
الرَّاكِعِينَ}
Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang
yang rukuk. (Ali Imran: 43)Yang dimaksud dengan al-qunut ialah taat dengan penuh kekhusyukan, seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
بَلْ
لَهُ مَا فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قانِتُونَ
Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya
hanya kepada-Nya tunduk. (Ar-Rum: 26)
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، أَخْبَرَنَا
ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرو بْنُ الْحَارِثِ: أَنَّ دَرَّاجا أَبَا السَّمْحِ
حَدَّثَهُ عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى
الله عليه وسلم قال: "كُلُّ حَرْفٍ فِي الْقُرآنِ يُذْكَرُ فِيهِ القُنُوتُ فَهُوَ
الطَّاعَةُ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul
A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr
dan Ibnul Haris, bahwa Darij yang dikenal dengan sebutan Abus Samh pernah
menceritakan hadis berikut kepadanya, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id, dari
Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Setiap kalimat yang ada di dalam
Al-Qur'an disebut di dalamnya lafaz al-qunut, artinya taat.Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur Ibnu Luhai'ah dari Darij dengan lafaz yang sama, tetapi di dalam hadis ini terkandung nakarah (predikat mungkar).
Mujahid mengatakan bahwa Maryam a.s. selalu berdiri (melakukan ibadah) sehingga kedua telapak kakinya bengkak-bengkak. Al-qunut artinya rukuk yang lama di dalam salat, yakni karena mengamalkan perintah yang terkandung di dalam firman-Nya: Hai Maryam, berqunutlah kepada Tuhanmu. (Ali Imran: 43)
Al-Hasan mengatakan bahwa makna uqnuti lirabbiki ialah sembahlah Tuhanmu. sujudlah dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk. (Ali Imran: 43) Yakni jadilah kamu salah seorang dari mereka yang rukuk.
Al-Auza'i mengatakan bahwa Maryam tetap tinggal di dalam mihrabnya seraya rukuk, sujud, dan berdiri, hingga air kuning keluar dari telapak kakinya. Semoga Allah melimpahkan keridaan-Nya kepadanya dan memberinya pahala yang memuaskan.
Al-Hafiz Ibnu Asakir menyebutkan di dalam kitab Turjumah melalui jalur Muhammad ibnu Yunus Al-Kadimi (yang masih diragukan), telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Bahr ibnu Barri, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Al-Auza'i, dari Yahya ibnu Abu Kasir sehubungan dengan firman-Nya: Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu dan sujudlah (kepada-Nya). (Ali Imran: 43) bahwa Maryam terus-menerus melakukan sujud hingga air kuning turun ke kedua matanya.
Ibnu Abud Dunya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Damrah, dari Syauzab yang mengatakan bahwa Maryam a.s. selalu mandi di setiap malamnya.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya Saw. sesudah memaparkan
kepadanya dengan jelas semua kisah tersebut, yaitu:
ذلِكَ
مِنْ أَنْباءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ
Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami
wahyukan kepada kamu (ya Muhammad). (Ali Imran: 44)Yang dimaksud dengan wahyu ialah kisah yang diceritakan kepada Nabi Saw.
وَما
كُنْتَ لَدَيْهِمْ
padahal kamu tidak hadir beserta mereka. (Ali Imran: 44)Yakni kamu, hai Muhammad, tidaklah bersama mereka. Karena itu, lalu kamu dapat menceritakan kepada mereka kejadian yang engkau saksikan. Melainkan Allah memperlihatkannya kepadamu hal tersebut, seakan-akan kamu ikut hadir dan menyaksikan apa yang terjadi di antara mereka ketika mereka melakukan undian perihal Maryam, yakni siapakah di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Demikian itu dilakukan karena keinginan mereka untuk mendapat pahala Allah Swt.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepadaku Hajaj, dari Ibnu Juraij, dari Al-Qasim ibnu Buzzah, bahwa ia telah menceritakan kepadanya dari Ikrimah, juga dari Bakar, dari Ikrimah yang menceritakan bahwa Maryam dikeluarkan dari kemahnya, lalu dibawa ke tempat Banil Kahin, keturunan Harun, saudara Musa a.s. Ketika itu mereka sedang mengecat bagian dari Baitul Maqdis yang letaknya lurus dengan Ka'bah. Lalu ibu Maryam berkata kepada mereka, 'Terimalah oleh kalian bayi nazirah ini, karena sesungguhnya aku telah menazarkannya untuk berkhidmat pada Baitul Maqdis. Sedangkan dia adalah bayi perempuan, dan tidak boleh ada orang berhaid yang masuk masjid, tetapi aku tidak akan membawanya kembali pulang ke rumahku." Mereka menjawab, "Ini adalah anak perempuan imam kita —Imran adalah imam salat mereka— dan pemimpin kurban kami," Maka Zakaria berkata, "Serahkanlah dia kepadaku, karena sesungguhnya bibi bayi itu adalah istriku." Mereka berkata, "Kami belum puas, mengingat dia adalah anak perempuan imam kami." Yang demikian itu terjadi ketika mereka akan melakukan undian dengan pena-pena yang biasa mereka gunakan untuk menulis kitab Taurat, dan ternyata undian yang keluar adalah pena milik Zakaria a.s. Akhirnya ia memelihara Maryam.
Ikrimah menceritakan pula, begitu juga As-Saddi, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, kisah sebagian dari mereka dimasukkan ke dalam kisah sebagian yang lain, bahwa mereka pergi ke Sungai Yordan, lalu melakukan undian di sungai tersebut, dengan ketentuan bahwa mereka diharuskan melempar pena-pena mereka ke dalam sungai itu. Barang siapa yang penanya tetap bertahan melawan arus air, maka dialah yang bakal memelihara Maryam. Lalu mereka melemparkan penanya masing-masing, tetapi semuanya hanyut dibawa oleh arus air sungai, kecuali pena milik Zakaria yang tetap berada di tempatnya. Menurut suatu pendapat, pena Zakaria justru bergerak melawan arus air. Selain itu Zakaria adalah pemimpin dan penghulu mereka, juga orang yang paling alim di antara mereka, serta imam dan nabi mereka.
Ali Imran, ayat 45-47
{إِذْ
قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ
اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ (45) وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَمِنَ
الصَّالِحِينَ (46) قَالَتْ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي
بَشَرٌ قَالَ كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ إِذَا قَضَى أَمْرًا
فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (47) }
(Ingatlah) ketika malaikat berkata, "Hai
Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra
yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya Al-Masih Isa
putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan salah seorang di
antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan
manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia adalah salah seorang di
antara orang-orang yang saleh." Maryam berkata, "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku
mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.''
Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril),
"Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya." Apabila Allah
berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya,
"Jadilah," lalu jadilah dia.Hal ini merupakan berita gembira yang disampaikan oleh malaikat kepada Maryam, bahwa kelak dia akan mempunyai seorang anak yang agung dan mempunyai peran yang besar. Allah Swt. berfirman:
{إِذْ
قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ
مِنْهُ}
(Ingatlah) ketika malaikat berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah
menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan
kalimat (yang datang) dari-Nya." (Ali Imran: 45)Yakni seorang anak yang proses kejadiannya hanya melalui kalimat (perintah) dari Allah Swt., yaitu dengan ucapan, "Kun (jadilah)," maka jadilah dia. Hal inilah yang dimaksud dengan tafsir firman-Nya:
{مُصَدِّقًا
بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ}
yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah. (Ali Imran: 39)
menurut pendapat jumhur ulama, sebagaimana yang telah disebutkan penjelasannya.
*******************
اسْمُهُ
الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ
namanya Al-Masih Isa putra Maryam. (Ali Imran: 45)Yakni nama itulah yang terkenal baginya di dunia, semua orang mukmin mengetahuinya.
Menurut sebagian ulama Salaf, ia dinamakan Al-Masih karena banyak melakukan pengembaraan. Menurut pendapat yang lainnya, ia dinamakan demikian karena kedua telapak kakinya rata, tidak ada lekukan dan tonjolannya.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, ia dinamakan Al-Masih karena apabila ia mengusap seseorang yang mempunyai penyakit, maka dengan seizin Allah orang tersebut sembuh dari penyakitnya.
Firman Allah Swt:
{عِيسَى
ابْنُ مَرْيَمَ}
Isa putra Maryam. (Ali Imran: 45), menunjukkan pengertian bahwa namanya dinisbatkan kepada ibunya, karena ia tidak berayah.
{وَجِيهًا
فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ}
seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan salah seorang di antara
orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). (Ali Imran: 45)Artinya, dia adalah orang yang terkemuka dan mempunyai kedudukan di sisi Allah ketika di dunia, karena wahyu diturunkan oleh Allah kepadanya berupa syariat agama, dan Allah menurunkan Al-Kitab kepadanya serta hal-hal lainnya yang dianugerahkan Allah kepadanya. Sedangkan di akhirat nanti dia dapat memberi syafaat di sisi Allah terhadap orang-orang yang diizinkan-Nya untuk diberi syafaat. Lalu Allah menerima syafaatnya karena mengikuti jejak saudara-saudaranya dari kalangan ulul azmi. Semoga Allah melimpahkan salawat dan salam-Nya kepada mereka semua.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَيُكَلِّمُ
النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا
dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa.
(Ali Imran: 46)yang isi pembicaraannya ialah menyeru manusia untuk menyembah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal itu dilakukan selagi ia masih bayi, sebagai mukjizat dan tanda kekuasaan Allah Swt. Juga ia berbicara setelah dewasa, yaitu ketika Allah telah menurunkan wahyu kepadanya.
وَمِنَ
الصَّالِحِينَ
dan dia adalah salah seorang di antara orang-orang yang saleh. (Ali
Imran: 46)yaitu dalam semua ucapan dan amal perbuatannya berdasarkan ilmu yang benar dan amal yang saleh.
قَالَ
مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُسَيط، عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ شُرَحْبِيلَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا تَكَلَّمَ مَوْلُود فِي صِغَرِهِ إِلَّا
عِيسَى وصَاحِبَ جُرَيْج"
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari
Muhammad ibnu Syurahbil, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Tidak ada seorang pun semasa bayinya dapat berbicara
kecuali Isa dan teman Juraij.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو الصَّقْرِ يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ
قَزْعَة، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ -يَعْنِي الْمَرْوَزِيَّ-حَدَّثَنَا جَرِيرٌ
-يَعْنِي ابْنَ حَازِمٍ-عَنْ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لم يَتَكَّلَمْ فِي المهدِ إِلَّا
ثَلاثَة، عِيسى، وصَبِيٌّ كَانَ فِي زَمَنِ جُرَيْج، وصبيٌّ آخَرُ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abus Saqr Yahya
ibnu Muhammad ibnu Quza'ah, telah menceritakan kepada kami Al-Husain (yakni
Al-Marwazi), telah menceritakan kepada kami Jarir (yakni Ibnu Abu Hazim), dari
Muhammad, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tidak ada
yang dapat berbicara di dalam buaian kecuali tiga orang, yaitu Isa, bayi yang
ada di masa Juraij, dan bayi lainnya (anak Masyitah, pent.).
*******************
Setelah Maryam mendengar berita gembira yang disampaikan oleh malaikat
kepadanya dari Allah Swt., maka ia berkata dalam munajatnya:
رَبِّ
أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ
Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah
disentuh oleh seorang laki-laki pun? (Ali Imran: 47)Maryam bertanya, "Bagaimana aku dapat mempunyai anak, sedangkan aku tidak bersuami, dan tidak pula aku berniat untuk bersuami, serta aku bukan wanita yang nakal?" Maka malaikat berkata kepadanya, menjawab pertanyaan tersebut:
{كَذَلِكِ
اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ}
Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. (Ali Imran:
47).Yakni demikianlah urusan Allah itu Mahahebat, tiada sesuatu pun yang melemahkan-Nya, dan hal ini dijelaskan melalui firman-Nya: menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. (Ali Imran: 47) dan tidak disebutkan dengan kalimat, "Demikianlah Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya," seperti yang terdapat di dalam kisah Zakaria. Melainkan disebutkan di sini dengan jelas dan tegas bahwa Allah Swt. menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, tujuannya ialah agar tidak ada jalan bagi orang yang ingkar untuk meragukannya. Lalu hal tersebut diperkuat lagi oleh firman selanjutnya, yaitu:
{إِذَا
قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ}
Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup
berkata kepadanya, "Jadilah," lalu jadilah dia. (Ali Imran: 47)Yakni sesuatu itu jadi setelah diperintahkan oleh Allah, tanpa ada keterlambatan barang sedikit pun. Begitu Allah mengatakan, "Kun" maka jadilah ia seketika itu juga. Perihalnya sama dengan pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَما
أَمْرُنا إِلَّا واحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ
Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata.
(Al-Qamar. 50)Yakni sesungguhnya Kami hanya mengatakan sekali perintah tanpa mengulanginya lagi, maka terjadilah apa yang Kami kehendaki itu dengan cepat seperti kejapan mata.
Ali Imran, ayat 48-51
{وَيُعَلِّمُهُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالإنْجِيلَ (48) وَرَسُولا إِلَى بَنِي
إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ
لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا
بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُبْرِئُ الأكْمَهَ وَالأبْرَصَ وَأُحْيِي الْمَوْتَى بِإِذْنِ
اللَّهِ وَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (49) وَمُصَدِّقًا لِمَا
بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَلأحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ
عَلَيْكُمْ وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ
(50) إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ
(51) }
Dan Allah mengajarkan kepadanya Al-Kitab,
hikmah, Taurat, dan Injil. Dan (sebagai) rasul kepada Bani Israil (yang berkata
kepada mereka), "Sesungguhnya aku telah datang kepada kalian dengan membawa
sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhan kalian, yaitu aku membuat untuk kalian dari
tanah sebagai bentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor
burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari
lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati
dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepada kalian apa yang kalian makan dan
apa yang kalian simpan di rumah kalian. Sesungguhnya pada yang demikian itu
adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagi kalian, jika kalian
sungguh-sungguh beriman.'" Dan (aku datang kepada kalian) membenarkan Taurat
yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian yang telah
diharamkan untuk kalian, dan aku datang kepada kalian dengan membawa suatu tanda
(mukjizat) dari Tuhan kalian. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah
kepadaku. Sesugguhnya Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Karena itu, sembahlah Dia.
Inilah jalan yang lurus."Allah Swt. berfirman menceritakan kesempurnaan berita gembira yang disampaikan oleh para malaikat kepada Maryam mengenai putranya, yaitu Isa a.s. Bahwa sesungguhnya Allah mengajarkan kepada Isa Al-Kitab dan hikmah. Menurut makna lahiriah, yang dimaksud dengan Al-Kitab ialah menulis dan mengenai hikmah. Tafsirnya telah disebutkan di dalam surat Al-Baqarah.
وَالتَّوْراةَ
وَالْإِنْجِيلَ
dan Taurat serta Injil. (Ali Imran: 48)Taurat ialah kitab yang diturunkan kepada Musa ibnu Imran, sedangkan kitab Injil ialah kitab yang diturunkan kepada Isa ibnu Maryam a.s. Disebutkan bahwa Nabi Isa a.s. hafal kitab Taurat dan kitab Injil yang diturunkan kepadanya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَرَسُولا
إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ}
Dan (sebagai) seorang rasul kepada Bani Israil. (Ali Imran: 49) yang berkata kepada mereka:
أَنِّي
قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ
كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْراً بِإِذْنِ
اللَّهِ
"Sesungguhnya aku telah datang kepada kalian dengan membawa sesuatu tanda
(mukjizat) dari Tuhan kalian, yaitu aku membuat untuk kalian dari tanah sebagai
bentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan
seizin Allah." (Ali Imran: 49)Memang demikianlah yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. Ia membuat sebuah patung berupa seekor burung, kemudian ia meniup patung burung itu, maka dengan serta-merta patung itu menjadi burung sungguhan dan dapat terbang dengan seizin Allah Swt. Hal ini dijadikan untuknya sebagai mukjizat yang menunjukkan bahwa dia diutus oleh Allah Swt. kepada mereka.
وَأُبْرِئُ
الْأَكْمَهَ
dan aku menyembuhkan orang yang buta. (Ali Imran: 49)Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan al-akmah ialah orang yang dapat melihat di siang hari, tetapi di malam hari ia tidak dapat melihat. Menurut pendapat lain adalah sebaliknya. Menurut pendapat yang lainnya, orang yang buta di kala malam hari. Sedangkan menurut pendapat yang lainnya lagi yaitu orang yang rabun.
Menurut pendapat yang lain, yang dimaksud dengan al-akmah ialah orang yang buta sejak lahirnya. Pendapat ini lebih dekat kepada kebenaran, mengingat hal ini lebih jelas menunjukkan kemukjizatannya dan lebih kuat dalam tantangannya.
Yang dimaksud dengan al-abras ialah penyakit sopak.
وَأُحْيِ
الْمَوْتى بِإِذْنِ اللَّهِ
dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah. (Ali Imran:
49)Mayoritas ulama mengatakan bahwa Allah mengutus setiap nabi dengan membekalinya mukjizat yang sesuai dengan ahli zamannya. Di zaman Nabi Musa a.s., hal yang paling terkenal di kalangan umatnya ialah permainan sihir dan mengagungkan orang-orang yang pandai sihir. Maka Allah mengutus Nabi Musa a.s. dengan membawa mukjizat yang menyilaukan mata dan membingungkan para ahli sihir. Ketika para ahli sihir merasa yakin bahwa hal yang dipamerkan oleh Musa a.s. adalah berasal dari sisi Tuhan Yang Mahabesar lagi Mahaperkasa, maka barulah mereka taat memeluk agama Nabi Musa a.s. dan jadilah mereka hamba-hamba Allah yang bertakwa.
Adapun Nabi Isa a.s., di masanya terkenal ilmu ketabiban dan ilmu biologi. Maka Nabi Isa a.s. datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat yang tidak ada jalan bagi seorang manusia pun untuk dapat menirunya, kecuali jika diperkuat oleh Tuhan yang membuat syariat. Karena bagaimana mungkin seorang tabib dapat mampu menghidupkan orang yang telah mati, atau menyembuhkan orang yang buta dan yang berpenyakit sopak, serta membangkitkan orang yang telah dikubur, yang seharusnya baru dapat bangkit dari kuburnya di hari kiamat nanti, yaitu hari pembalasan.
Demikian pula Nabi Muhammad Saw. Beliau diutus di zaman orang-orang yang ahli dalam hal kefasihan berbahasa, ahli dalam hal berparamasastra, dan ahli dalam bersyair secara alami. Maka beliau Saw. datang kepada mereka dengan membawa Al-Qur'an dari sisi Allah Swt.; yang seandainya berkumpul manusia dan jin untuk mendatangkan hal yang semisal atau sepuluh surat yang semisal atau sebuah surat yang semisal dengannya, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya untuk selama-lamanya, sekalipun sebagian dari mereka membantu sebagian yang lainnya. Hal tersebut tiada lain karena Kalam Tuhan tidaklah sama dengan perkataan makhluk-Nya sama sekali.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَأُنَبِّئُكُمْ
بِما تَأْكُلُونَ وَما تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ
dan aku kabarkan kepada kalian apa yang kalian makan dan apa yang kalian simpan di dalam rumah kalian. (Ali Imran: 49)
Artinya, aku akan menceritakan kepada kalian semua yang dimakan oleh seseorang di antara kalian sekarang dan apa yang disimpan oleh-nya di dalam rumahnya untuk keesokan harinya.
إِنَّ
فِي ذلِكَ
Sesungguhnya pada yang demikian itu. (Ali Imran: 49)Yakni dalam kesemuanya itu, dari awal sampai akhir.
لَآيَةً
لَكُمْ
adalah suatu tanda bagi kalian. (Ali Imran: 49)yang menunjukkan kebenaran dari apa yang aku datangkan kepada kalian.
إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ. وَمُصَدِّقاً لِما بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ
التَّوْراةِ
jika kalian sungguh-sungguh beriman, dan (aku datang kepada kalian)
membenarkan Taurat yang datang sebelumku. (Ali Imran: 49-50)Yaitu mengakui dan mengukuhkannya.
وَلِأُحِلَّ
لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ
Dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian yang
telah diharamkan untuk kalian. (Ali Imran: 50)Di dalam ayat ini terkandung pengertian yang menunjukkan bahwa Nabi Isa a.s. me-nasakh (merevisi) sebagian dari syariat Taurat. Hal ini merupakan pendapat yang sahih (benar) di antara kedua pendapat mengenainya.
Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa Nabi Isa a.s. sama sekali tidak me-nasakh sesuatu hukum pun yang ada di dalam kitab Taurat, melainkan hanya menghalalkan bagi mereka sebagian hal yang diperselisihkan di antara mereka karena kesalahpahaman mereka, lalu Isa a.s. datang menyingkapkan duduk masalah yang sebenarnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lainnya, yaitu :
وَلِأُبَيِّنَ
لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي تَخْتَلِفُونَ فِيهِ
dan untuk menjelaskan kepada kalian sebagian dari apa yang kalian
berselisih tentangnya. (Az-Zukhruf: 63)
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَجِئْتُكُمْ
بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ
dan aku datang kepada kalian dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari
Tuhan kalian. (Ali Imran: 50)Yakni berupa hujah dan dalil yang membuktikan kebenaran dari apa yang aku katakan kepada kalian.
{فَاتَّقُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُونِ. إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ
فَاعْبُدُوهُ}
Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku, Sesungguhnya
Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Karena itu, sembahlah Dia. (Ali Imran:
50-51)Maksudnya, aku dan kalian sama saja, diharuskan menyembah Allah, tunduk dan patuh kepada-Nya.
{هَذَا
صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ}
Inilah jalan yang lurus. (Ali Imran: 51)
No comments