Muslim Notebook Header Ads

010. Yunus Ayat 21 - 22 - 23 - 24 - 25 - 26 - 27 - 28 - 29 - 30 - Tafsir Ibnu Katsir - Muslim Notebook

Yunus, ayat 21-23

{وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُمْ إِذَا لَهُمْ مَكْرٌ فِي آيَاتِنَا قُلِ اللَّهُ أَسْرَعُ مَكْرًا إِنَّ رُسُلَنَا يَكْتُبُونَ مَا تَمْكُرُونَ (21) هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (22) فَلَمَّا أَنْجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (23) }

(21). Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) bahaya menimpa mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami. Katakanlah, ”Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu).” Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu daya kalian. 
(22). Dialah Tuhan yang menjadikan kalian dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kalian berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata), "Sesungguhnya jika Engkau menyelamat­kan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.” 
(23). Maka setelah Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezaliman kalian akan menimpa diri kalian sendiri; (hasil kezaliman kalian) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kalian kembali, lalu Kami kabarkan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.

Allah Swt. memberitahukan bahwa apabila manusia beroleh rahmat sesudah bencana menimpa mereka, misalnya kemakmuran sesudah paceklik, kesuburan sesudah tandus, dan hujan sesudah kekeringan, serta lain sebagainya:
{إِذَا لَهُمْ مَكْرٌ فِي آيَاتِنَا}
tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami. (Yunus: 21)
Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan tipu daya di sini ialah mengejek dan mendustakan ayat-ayat Allah. Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
{وَإِذَا مَسَّ الإنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ}
Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, ataupun berdiri. (Yunus: 12). hingga akhir ayat.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. salat Subuh bersama mereka sesudah turun hujan pada malam harinya, kemudian beliau Saw. bersabda, "Tahukah kalian apa yang telah dikatakan oleh Tuhan kalian tadi malam?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda:
"قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطرنا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَاكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ".
Allah berfirman: "Pagi hari ini di antara hamba-hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Adapun orang yang mengatakan, "Kami diberi hujan berkat kemurahan dan rahmat Allah, " maka dia adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang (yang menandai akan turunnya hujan). Adapun orang yang mengatakan, "Kami diberi hujan oleh bintang anu dan bintang anu, " maka dia adalah orang yang kafir terhadap­Ku dan beriman kepada bintang-bintang.”
*******************
Firman Allah Swt.:
{قُلِ اللَّهُ أَسْرَعُ مَكْرًا}
Katakanlah, "Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu).” (Yunus: 21)
Yakni lebih licin dalam memberikan istidraj dan penangguhan-Nya, sehingga orang berdosa -yang bersangkutan- menduga bahwa dirinya tidak akan diazab, melainkan masih diberi masa tangguh, kemudian Allah mengazabnya di saat ia sedang lalai. Para malaikat pencatat amal perbuatan telah mencatat semua yang dikerjakannya secara rinci, lalu mereka menyerahkannya kepada Tuhan Yang mengetahui semua yang gaib dan yang nyata. Maka Dia memberikan pembalasan-Nya kepada orang yang bersangkutan atas semua amal perbuatannya, baik yang besar maupun yang kecil tanpa ada yang kelewat.
Dalam firman selanjutnya Allah Swt. berkata:
{هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ}
Dialah Tuhan yang menjadikan kalian dapat berjalan di daratan dan (berlayar) di lautan. (Yunus: 22)
Artinya. Dia menjaga dan memelihara kalian.
{حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا}
Sehingga apabila kalian berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya. (Yunus: 22)
Yakni bahtera itu berlayar dengan cepat membawa mereka, dan ketika mereka dalam keadaan demikian tiba-tiba:
{جَاءَتْهَا} أَيْ: تِلْكَ السُّفُنَ {رِيحٌ عَاصِفٌ}
datanglah angin badai menerpanya. (Yunus: 22)
Bahtera itu ditimpa oleh angin yang sangat keras:
{وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ}
dan gelombang dari segenap penjuru menghantamnya Yunus: 22)
Laut menggulung mereka dan mengombang-ambingkan bahteranya.
{وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ}
dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya). (Yunus: 22)
Yakni mereka merasa dirinya pasti binasa.
{دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ}
maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Yunus: 22)
Maksudnya, dalam seruannya kepada Allah mereka tidak menyertakan suatu berhala atau suatu sekutu pun, bahkan mereka mengesakan-Nya dan menujukan doa serta ibtihal mereka hanya kepada Allah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإنْسَانُ كَفُورًا}
Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia: maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih. (Al-Isra: 67)
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ} أَيْ: هَذِهِ الْحَالُ {لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ}
maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata), "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Yunus: 22)
Yakni kami tidak akan menyekutukan-Mu dengan seseorang pun, dan kami benar-benar akan mengesakan Engkau dalam beribadah nanti, sebagaimana kami sekarang mengesakan Engkau dalam doa kami di sini.
*******************
Allah Swt. berfirman:
{فَلَمَّا أَنْجَاهُمْ}
Maka setelah Allah menyelamatkan mereka. (Yunus: 23)
Yaitu dari keadaan bahaya tersebut.
{إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ}
tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. (Yunus: 23)
seakan-akan tidak pernah terjadi apa pun terhadap diri mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ}
seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. (Yunus: 12)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ}
Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezaliman kalian akan menimpa diri kalian sendiri. (Yunus: 23)
Artinya, sesungguhnya yang merasakan bencana kezaliman kalian ini hanyalah diri kalian sendiri, dan kalian tidak dapat menimpakan bahaya apa pun terhadap seseorang selain diri kalian, seperti apa yang disebutkan di dalam sebuah hadis:
"مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرَ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ عُقُوبَتَهُ فِي الدُّنْيَا، مَعَ مَا يَدخر اللَّهُ لِصَاحِبِهِ فِي الْآخِرَةِ، مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ".
Tiada suatu dosa pun yang lebih layak untuk disegerakan oleh Allah siksaan terhadap pelakunya di dunia ini di samping siksaan yang disiapkan oleh Allah untuknya kelak di hari akhirat selain dari perbuatan bagyu (zina) dan memutuskan hubungan silaturahmi.
*******************
Firman Allah Swt.:
{مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}
(hasil kezaliman) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi. (Yunus: 23)
Artinya, sesungguhnya yang kalian peroleh hanyalah kesenangan dalam kehidupan dunia yang rendah lagi hina itu.
{ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ}
kemudian kepada Kami-lah kalian kembali. (Yunus: 23)
Yakni hanya kepada Kami-lah kalian akan dikembalikan.
{فَنُنَبِّئُكُمْ}
lalu Kami kabarkan kepada kalian. (Yunus: 23)
Yakni kemudian Kami katakan kepada kalian semua amal perbuatan kalian, lalu Kami akan membalaskannya kepada kalian secara penuh. Maka barang siapa yang menjumpai kebaikan dalam amal perbuatannya, hendaklah ia memuji Allah: dan barang siapa yang menjumpai amal perbuatannya kebalikan dari itu. maka janganlah ia mencela kecuali hanya kepada dirinya sendiri.

Yunus, ayat 24-25

{إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالأنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (24) وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (25) }

(24). Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasan­nya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanaman) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir. 
(25). Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga) dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).

Allah Swt. membuat perumpamaan tentang bunga kehidupan dunia dan perhiasannya serta kefanaannya yang cepat dengan tumbuh-tumbuhan yang dikeluarkan oleh Allah dari tanah melalui air hujan yang diturunkan dari langit. Tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka ragam macam dan jenisnya itu ada yang dimakan oleh manusia; ada pula yang dimakan oleh binatang ternak, seperti rumput, ilalang, dan lain sebagainya.
{حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا}
Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya. (Yunus: 24)
Yakni perhiasannya yang fana telah sempurna.
{وَازَّيَّنَتْ}
dan memakai (pula) perhiasannya. (Yunus: 24)
Sehingga semua yang dikeluarkannya tampak indah dihiasi dengan bunga-bungaan yang aneka ragam warna dan bentuknya.
{وَظَنَّ أَهْلُهَا} الَّذِينَ زَرَعُوهَا وَغَرَسُوهَا {أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا}
dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (Yunus: 24)
Maksudnya, mampu menuai dan memetik hasilnya. Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba datanglah sa'iqah atau angin kencang yang sangat dingin sehingga dedaunannya menjadi kering dan buahnya membusuk. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا}
tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang hari, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit. (Yunus: 24)
Yakni menjadi kering, sebelumnya segar lagi hijau.
{كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ}
seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. (Yunus: 24)
Yaitu seakan-akan tidak pernah tumbuh sebelum itu.
Menurut Qatadah, seakan-akan belum pernah tumbuh dengan segar. Demikianlah keadaan semua urusan sesudah kehancurannya, maka akan kelihatan seakan-akan belum pernah ada.
Di dalam sebuah hadis disebutkan seperti berikut:
يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا، فيُغْمَس فِي النَّارِ غَمْسَة ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ؟ [هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ؟] فَيَقُولُ: لَا. وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا فِي الدُّنْيَا فَيُغْمَسُ فِي النَّعِيمِ غَمْسَةً، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا"
(Kelak di hari kiamat) didatangkan seorang penghuni dunia yang paling senang, lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sekali celup, kemudian dikatakan kepadanya, "Apakah kamu pernah mengalami suatu kebaikan? Dan apakah kamu pernah mengalami suatu kesenangan?” Maka ia menjawab, "Tidak.” Lalu didatangkan seorang yang paling sengsara di dunia, kemudian ia dimasukkan ke dalam kehidupan yang penuh dengan kenikmatan (surga) sekali masuk. Sesudah itu dikatakan kepadanya, "Apakah kamu pernah mengalami suatu kesengsaraan?” Maka dia menjawab, "Tidak.”
Dan Allah Swt. telah berfirman menceritakan tentang orang-orang yang binasa:
{فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا}
lalu mereka mati bergelimpangan di dalam rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. (Hud: 67-68)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ}
Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami). (Yunus: 24)
Maksudnya, begitulah caranya Kami menjelaskan bukti-bukti dan dalil-dalil:
{لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ}
kepada orang-orang yang berpikir. (Yunus: 24)
agar mereka mengambil pelajaran dari perumpamaan ini yang menunjukkan akan lenyapnya dunia dari pemiliknya dengan cepat, tetapi mereka teperdaya olehnya, merasa yakin dan pasti bahwa diri mereka pasti dapat memetik hasilnya pada waktunya, tetapi akhirnya dunia luput dari mereka. Karena sesungguhnya watak dunia itu selalu lari dari orang yang memburunya dan selalu memburu orang yang menghindarinya.
Allah Swt. telah membuat perumpamaan dunia dengan tumbuh-tumbuhan dalam berbagai ayat dari Kitab-Nya. Di dalam surat Al-Kahfi, Allah Swt. telah berfirman:
{وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا}
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Kahfi: 45)
Demikian pula yang terdapat di dalam surat Az-Zumar dan Al-Hadid, Allah membuat perumpamaan untuk kehidupan dunia dengan hal tersebut.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Haris, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar, dari Abdur Rahman ibnu Abu Bakar ibnu Abdur Rahman ibnul Haris ibnu Hisyam yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Marwan ibnul Hakam membaca ayat berikut di atas mimbarnya, yaitu firman Allah Swt.: dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya; dan tidak sekali-kali Allah membinasakannya melainkan karena dosa para pemiliknya. Kemudian Marwan berkata, "Saya biasa membacanya seperti ini, tetapi ia (tambahannya) tidak terdapat di dalam mushaf." Maka Abbas ibnu Abdullah ibnu Abbas berkata, "Begitu pula yang biasa dibacakan oleh Ibnu Abbas." Lalu mereka mengirimkan utusan kepada Ibnu Abbas untuk menanyakannya, maka Ibnu Abbas menjawab, "Begitulah yang dibacakan kepadaku oleh Ubay ibnu Ka'b."
Ini adalah qiraat yang gharib, seakan-akan kalimat tersebut ditambahkan sebagai tafsirannya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ}
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga). (Yunus: 25)
Setelah menceritakan perihal dunia dan kelenyapannya yang cepat, maka Allah menyebutkan tentang surga dan menyeru kepadanya serta menamainya dengan sebutan Darussalam, yakni rumah yang aman dari semua penyakit, semua kekurangan, dan semua musibah. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (Yunus: 25)
Ayyub telah meriwayatkan dari Abu Qilabah, dari Nabi Saw., yang telah bersabda:
"قِيلَ لِي: لتنَمْ عينُك، وليعقلْ قَلْبُكَ، وَلْتَسْمَعْ أُذُنُكَ فَنَامَتْ عَيْنِي، وَعَقَلَ قَلْبِي، وَسَمِعَتْ أُذُنِي. ثُمَّ قِيلَ: سيّدٌ بَنَى دَارًا، ثُمَّ صَنَعَ مَأْدُبَةً، وَأَرْسَلَ دَاعِيًا، فَمَنْ أَجَابَ الدَّاعِيَ دَخَلَ الدَّارَ، وَأَكَلَ مِنَ الْمَأْدُبَةِ، وَرَضِيَ عَنْهُ السَّيِّدُ، وَمَنْ لَمْ يُجِبِ الدَّاعِيَ لَمْ يَدْخُلِ الدَّارَ، وَلَمْ يَأْكُلْ مِنَ الْمَأْدُبَةِ، وَلَمْ يَرْضَ عَنْهُ السَّيِّدُ فَاللَّهُ السَّيِّدُ، وَالدَّارُ الْإِسْلَامُ، وَالْمَأْدُبَةُ الْجَنَّةُ، وَالدَّاعِي مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Dikatakan kepadaku, "Tidurlah kedua matamu, tetapi sadarlah hatimu dan mendengarlah dengan telingamu!" Maka mataku tertidur dan hatiku sadar serta kedua telingaku mendengar. Kemudian dikatakan kepadaku, "Seperti seorang tuan yang membangun sebuah gedung, lalu membuat perjamuan (pesta) dan mengutus seseorang untuk menyampaikan undangan. Maka barang siapa yang memenuhi undangannya masuk ke dalam gedung itu dan memakan jamuannya, dan si tuan merasa puas (rida) kepadanya. Dan barang siapa yang tidak memenuhi undangannya, tidak masuk ke dalam gedung itu dan tidak makan jamuannya, serta si tuan tidak rela kepadanya Allah adalah si tuan itu, sedang gedung itu adalah agama Islam, dan jamuannya adalah surga, sedangkan penyampai undangan itu adalah Muhammad Saw."
Hadis ini mursal, tetapi diriwayatkan pula secara muttasil melalui hadis Al-Lais dari Khalid ibnu Yazid dari Sa'id ibnu Abu Hilal dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan.”Pada suatu hari Rasulullah Saw. keluar (dari rumah) dan menjumpai kami, lalu beliau bersabda:
"إِنِّي رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ جِبْرِيلَ عِنْدَ رَأْسِي، وَمِيكَائِيلَ عِنْدَ رِجْلِي، يَقُولُ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: اضْرِبْ لَهُ مَثَلًا. فَقَالَ: اسْمَعْ سَمعت أُذُنُكَ، وَاعْقِلْ عَقَل قَلْبُكَ، إِنَّمَا مَثَلُك وَمَثَلُ أمَّتك كَمَثَلِ مَلِكٍ اتَّخَذَ دَارًا، ثُمَّ بَنَى فِيهَا بَيْتًا، ثُمَّ جَعَلَ فِيهَا مَأْدُبَةً، ثُمَّ بَعَثَ رَسُولًا يَدْعُو النَّاسَ إِلَى طَعَامِهِ، فَمِنْهُمْ مَنْ أَجَابَ الرَّسُولَ، وَمِنْهُمْ مَنْ تَرَكَهُ، فَاللَّهُ الْمَلِكُ، وَالدَّارُ الْإِسْلَامُ، وَالْبَيْتُ الْجَنَّةُ، وَأَنْتَ يَا مُحَمَّدُ الرسُول، فَمَنْ أَجَابَكَ دَخَلَ الْإِسْلَامَ، وَمَنْ دَخَلَ الْإِسْلَامَ دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ دَخَلَ الْجَنَّةَ أَكَلَ مِنْهَا"
Sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku seakan-akan Jibril berada di dekat kepalaku dan Mikail berada di dekat kedua kakiku. Salah satunya berkata kepada yang lain, 'Buatlah suatu perumpamaan baginya.' Maka yang ditanya menjawab, 'Dengarkanlah dengan baik oleh telingamu dan resapilah dengan baik oleh hatimu. Sesungguhnya perumpamaanmu dan perumpamaan umatmu sama dengan seorang raja yang menempati sebuah istana, lalu ia membangun sebuah rumah di dalamnya dan mengadakan pesta perjamuan di dalamnya, untuk itu lalu ia mengutus seorang utusan guna memanggil orang-orang menghadiri perjamuannya. Maka di antara mereka ada yang memenuhi undangan utusannya, dan di antara mereka ada pula yang tidak memenuhinya. Raja itu adalah perumpamaan Allah, istana itu perumpamaan Islam, rumah itu perumpamaan surga, dan engkau —hai Muhammad— adalah perumpamaan utusan itu. Barang siapa yang memenuhi undanganmu, niscaya masuk Islam; dan barang siapa masuk Islam, pasti masuk surga; dan barang siapa masuk surga, pasti memakan makanan yang ada di dalamnya'.”
Hadis ini merupakan riwayat Ibnu Jarir.
Qatadah mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Khulaid Al-Asri, dari Abu Darda secara marfu', bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَا مِنْ يَوْمٍ طَلَعَتْ فِيهِ شَمْسُهُ إِلَّا وبجنَبَتَيْها مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يَسْمَعُهُمَا خَلْقُ اللَّهِ كُلُّهُمْ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ: يَا أيها الناس، هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ، إِنَّ مَا قلَّ وكَفَى، خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ وَأَلْهَى".
Tiada suatu hari pun yang matahari terbit padanya, melainkan pada kedua sisinya terdapat dua malaikat, kedua-duanya menyerukan kalimat berikut yang seruannya dapat didengar oleh semua makhluk Allah kecuali manusia dan jin, yaitu: "Hai manusia, kemarilah kepada Tuhan kalian. Sesungguhnya sesuatu yang sedikit tetapi mencukupi adalah lebih baik daripada sesuatu yang banyak tetapi melalaikan (kalian kepada Allah).”
Sehubungan dengan perkataan, "Hai manusia, kemarilah kepada Tuhan kalian," Abu Darda mengatakan bahwa diturunkan firman Allah Swt.: Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga). (Yunus: 25), hingga akhir ayat.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.

Yunus, ayat 26

{لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلا ذِلَّةٌ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (26) }

(26). Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.

Allah Swt. memberitahukan pahala bagi orang yang berbuat baik dalam amalnya selama di dunia ini, yaitu beriman dan beramal saleh, bahwa mereka mendapat balasan yang baik di negeri akhirat nanti. Perihalnya sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ}
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar-Rahman: 60)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَزِيَادَة}
dan tambahannya. (Yunus: 26)
Maksudnya, pahala amal yang baik itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat kebaikan sampai dengan tujuh ratus kali lipat, bahkan lebih dari itu. Balasan kebaikan itu mencakup semua kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada ahli surga di dalam surga, berupa gedung-gedung, bidadari-bidadari yang bermata jeli, rida Allah kepada mereka, dan apa yang disimpan oleh Allah buat mereka berupa hal-hal yang menyejukkan hati dan pandangan mata. Dan yang paling utama di antara semua nikmat surgawi itu ialah memandang kepada Zat Allah Swt. Yang Mahamulia. Sesungguhnya nikmat ini jauh lebih besar daripada semua yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka; mereka sebenarnya tidak berhak mendapatkannya karena amal perbuatan mereka, melainkan berkat kemurahan dan rahmat dari Allah semata.
Sehubungan dengan tafsir makna ayat ini yang diinterpretasikan dengan pengertian memandang Zat Allah Yang Mahamulia, telah diriwayatkan dari Abu Bakar As-Siddiq, Huzaifah ibnul Yaman, Abdullah ibnu Abbas, Sa'id ibnul Musayyab, Abdur Rahman ibnu Abu Laila, Abdur Rahman ibnu Basit, Mujahid, Ikrimah, Amir ibnu Sa'd, Ata, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, Muhammad ibnu Ishaq, dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf dan Khalaf.
Sehubungan dengan hal ini, banyak hadis yang diriwayatkan dari Nabi Saw yang menerangkannya, antara lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، أَخْبَرَنَا حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ البُناني، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ صُهَيْبٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ} وَقَالَ: "إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، نَادَى مُنَادٍ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، إِنَّ لَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ مَوْعِدًا يُرِيدُ أَنْ يُنْجِزَكُمُوه. فَيَقُولُونَ: وَمَا هُوَ؟ أَلَمْ يُثقِّل مَوَازِينَنَا، وَيُبِيِّضْ وُجُوهَنَا، وَيُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ، وَيُزَحْزِحْنَا مِنَ النَّارِ؟ ". قَالَ: "فَيَكْشِفُ لَهُمُ الْحِجَابَ، فَيَنْظُرُونَ إِلَيْهِ، فَوَاللَّهِ مَا أَعْطَاهُمُ اللَّهُ شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَيْهِ، وَلَا أَقَرَّ لِأَعْيُنِهِمْ"
telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Sabit Al-Bannani, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Suhaib r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. (Yunus: 26) Lalu beliau Saw. bersabda: Apabila ahli surga telah masuk surga dan ahli neraka telah masuk neraka, maka ada suara yang menyerukan, "Hai ahli surga, sesungguhnya Allah telah menjanjikan suatu janji kepada kalian, sekarang Dia hendak menunaikannya kepada kalian. Mereka berkata, "Apakah itu? Bukankah Dia telah memberatkan timbangan-timbangan amal kami, bukankah Allah telah membuat wajah kami menjadi putih dan memasukkan kami ke dalam surga serta menyelamatkan kami dari neraka?” Dilanjutkan bahwa lalu Allah membuka hijab-Nya bagi mereka, maka mereka dapat memandang kepada Allah. Demi Allah, Allah belum pernah memberikan suatu nikmat yang lebih mereka sukai daripada memandang Dzat-Nya, dan tidak (pula) lebih menyenangkan mata (hati) mereka (selain dari memandang kepada Dzat Allah).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan sejumlah orang dari kalangan para imam melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: أَخْبَرَنَا يُونُسُ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ: أَخْبَرَنَا شَبِيبٌ، عَنْ أَبَانٍ عَنْ أَبِي تَمِيمَة الهُجَيْمي؛ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا مُوسَى الْأَشْعَرِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُنَادِيًا يُنَادِي: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ -بصَوْت يُسْمعُ أوَّلهم وَآخِرَهُمْ -: إِنَّ اللَّهَ وَعْدَكُمُ الْحُسْنَى وَزِيَادَةً، الْحُسْنَى: الْجَنَّةُ. وَزِيَادَةٌ: النَّظَرُ إِلَى وَجْهِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, dan telah menceritakan kepadaku Syabib, dari Aban, dari Abu Tamimah Al-Hijaimi, bahwa ia pernah mendengar Abu Musa Al-Asy'ari menceritakan hadis berikut dari Rasulullah Saw.: Sesungguhnya Allah pada hari kiamat nanti memerintahkan juru penyeru untuk menyerukan, "Hai penduduk surga —dengan suara yang dapat didengar oleh mereka semua dari awal hingga akhirnya—, sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian pahala yang terbaik dan tambahannya. Pahala yang terbaik adalah surga, sedangkan tambahannya ialah memandang kepada Dzat Tuhan Yang Maha Pemurah.”
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya pula melalui hadis Abu Bakar Al-Huzali, dari Abu Tamimah Al-Hujaimi, dengan sanad yang sama.
Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Mukhtar, dari Ibnu Juraij, dari Ata, dari Ka'b ibnu Ujrah. dari Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya: Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. (Yunus: 26) Nabi Saw. bersabda: (Tambahannya ialah) memandang kepada Zat Allah Swt.
Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdur Rahim, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Abu Salamah, bahwa ia pernah mendengar Zahir mengatakan dari orang yang mendengarnya dari Abul Aliyah, telah menceritakan kepada kami Ubay ibnu Ka'b, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. mengenai firman Allah Swt. berikut: Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (Yunus: 26) Nabi Saw. bersabda: Pahala yang terbaik adalah surga, sedangkan tambahannya ialah memandang kepada Zat Allah Swt.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui hadis Zuhair dengan sanad yang sama.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ}
Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam. (Yunus: 26)
Yakni kegelapan dan kehitaman di Padang Mahsyar, seperti yang dialami oleh orang-orang kafir lagi pendurhaka, maka wajah mereka hitam lagi kotor oleh debu yang hitam.
{وَلا ذِلَّةٌ}
dan tidak (pula) kehinaan. (Yunus: 26)
Maksudnya, kehinaan dan diremehkan. Dengan kata lain, keadaan mereka —baik lahir maupun batinnya— tidak terkena kehinaan, bahkan keadaan mereka adalah seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا}
Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. (Al-Insan: 11)
Yaitu kesegaran dalam wajah mereka dan kegembiraan dalam kalbu mereka. Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan mereka berkat kemurahan dan rahmat-Nya, amin.

Yunus, ayat 27

{وَالَّذِينَ كَسَبُوا السَّيِّئَاتِ جَزَاءُ سَيِّئَةٍ بِمِثْلِهَا وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ مَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ كَأَنَّمَا أُغْشِيَتْ وُجُوهُهُمْ قِطَعًا مِنَ اللَّيْلِ مُظْلِمًا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (27) }

(27). Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Setelah Allah menceritakan perihal orang-orang yang berbahagia, yaitu mereka yang dilipatgandakan amal-amal baiknya dan diberi tambahan selain dari itu, maka Allah mengiringinya dengan kisah tentang orang-orang yang celaka.
Melalui ayat ini Allah menyebutkan perihal keadilan-Nya terhadap mereka, dan bahwa Dia memberikan balasan kejahatan mereka dengan pembalasan yang setimpal tanpa dilebihkan dan tanpa dilipatgandakan.
وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ
dan mereka ditutupi oleh kehinaan. (Yunus: 27)
Yakni kehinaan menyelimuti diri mereka karena perbuatan maksiat mereka dan karena ketakutan mereka terhadap perbuatan maksiatnya sendiri, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَتَرَاهُمْ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا خَاشِعِينَ مِنَ الذُّلِّ يَنْظُرُونَ مِنْ طَرْفٍ خَفِيٍّ}
Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam ke­adaan tunduk karena (merasa) hina. (Asy-Syura: 45), hingga akhir ayat.
{وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأبْصَارُ * مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ * وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَاب}
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya. (Ibrahim: 42-43). hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{مَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ}
Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah. (Yunus: 27)
Artinya, tiada pelindung dan tiada pembela yang menyelamatkan mereka dari azab Allah. Ayat ini semakna dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
  {يَقُولُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ * كَلا لَا وَزَرَ * إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ}
Pada hari itu manusia berkata, "Ke mana tempat lari?” Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. (Al-Qiyamah: 10-12)
*******************
Firman Allah Swt.:
{كَأَنَّمَا أُغْشِيَتْ وُجُوهُهُمْ قِطَعًا مِنَ اللَّيْلِ مُظْلِمًا}
Seakan-akan muka mereka ditutupi. (Yunus: 27), hingga akhir ayat.
Hal ini menceritakan tentang hitamnya wajah mereka kelak di hari kemudian, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lainnya, yaitu:
{يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ * وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}
Pada hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri, ada pula muka yang menjadi hitam muram. Adapun orang-orang yang menjadi hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan ”Mengapa kalian kafir sesudah kalian beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiran kalian itu.”Adapun orang-orang yang menjadi putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga), mereka kekal di dalamnya. (Ali Imran: 106-107)
{وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ أُولَئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ}
Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa, dan gembira ria; dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu ('Abasa: 38-40)

Yunus, ayat 28-30

{وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا مَكَانَكُمْ أَنْتُمْ وَشُرَكَاؤُكُمْ فَزَيَّلْنَا بَيْنَهُمْ وَقَالَ شُرَكَاؤُهُمْ مَا كُنْتُمْ إِيَّانَا تَعْبُدُونَ (28) فَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ إِنْ كُنَّا عَنْ عِبَادَتِكُمْ لَغَافِلِينَ (29) هُنَالِكَ تَبْلُو كُلُّ نَفْسٍ مَا أَسْلَفَتْ وَرُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (30) }

(28). (Ingatlah) suatu hari (ketika itu) Kami mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan Tuhan "Tetaplah kalian dan sekutu-sekutu kalian di tempat kalian itu.” Lalu Kami pisahkan mereka dan berkatalah sekutu-sekutu mereka, "Kalian sekali-kali tidak pernah menyembah kami. 
(29). Dan cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kalian, bahwa kami tidak tahu-menahu tentang penyembahan kalian (kepada kami).”  
(30). Di tempat itu (Padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu; dan mereka dikembalikan kepada Allah — Pelindung mereka yang sebenarnya— dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan.

Firman Allah Swt.:
{وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ}
(Ingatlah) suatu hari (ketika itu) Kami mengumpulkan mereka. (Yunus: 28)
Yakni semua penduduk bumi dari kalangan jin dan manusia, baik yang bertakwa maupun yang durhaka; sama halnya dengan yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:
{وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا}
dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (Al-Kahfi: 47)
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا مَكَانَكُمْ أَنْتُمْ وَشُرَكَاؤُكُمْ}
kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutu­kan (Tuhan). (Yunus: 28), hingga akhir ayat.
"Tetaplah kalian bersama mereka di suatu tempat yang tertentu, dan memisahlah kalian dari orang-orang mukmin." Sama halnya dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَامْتَازُوا الْيَوْمَ أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ}
Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), "Berpisahlah kalian (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat." (Yasin: 59)
{وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَتَفَرَّقُونَ}
Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan. (Ar-Rum: 14)
Dan dalam ayat lainnya lagi disebutkan oleh firman-Nya:
{يَوْمَئِذٍ يَصَّدَّعُونَ}
Pada hari itu mereka terpisah-pisah. (Ar-Rum: 43)
Yakni mereka menjadi terpisah-pisah. Hal ini terjadi bila Tuhan datang untuk memutuskan peradilan di antara mereka. Sebelum itu orang-orang mukmin meminta syafaat kepada Allah Swt. agar Dia datang untuk memutuskan perkara dan membebaskan mereka dari Padang Mahsyar yang menyengsarakan itu.
Di dalam suatu hadis disebutkan:
"نَحْنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ على كَوْم فوق الناس.
Kami pada hari kiamat berada di atas bukit di atas semua manusia.
Melalui ayat ini Allah menceritakan bahwa di hari kiamat kelak Dia berseru kepada orang-orang musyrik dan berhala-berhala mereka, yaitu:
{مَكَانَكُمْ أَنْتُمْ وَشُرَكَاؤُكُمْ فَزَيَّلْنَا بَيْنَهُمْ وَقَالَ شُرَكَاؤُهُمْ مَا كُنْتُمْ إِيَّانَا تَعْبُدُونَ}
Tetaplah kalian dan sekutu-sekutu kalian di tempat kalian itu. Lalu Kami pisahkan mereka. Yunus: 28 , hingga akhir ayat.
Lalu sekutu-sekutu itu mengingkari penyembahan mereka dan berlepas diri dari penyembahan mereka, seperti yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:
{ [كَلا] سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا} الْآيَةَ.
sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya. (Maryam: 82). hingga akhir ayat.
{إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا}
(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya. (Al-Baqarah: 166)
{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ}
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenan­kan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka. (Al-Ahqaf: 5-6), hingga akhir ayat.
Firman Allah Swt. dalam ayat surat ini menceritakan perkataan sekutu-sekutu itu dalam jawabannya terhadap pengakuan yang diutarakan oleh para pemujanya, yaitu:
{فَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ إِنْ كُنَّا عَنْ عِبَادَتِكُمْ لَغَافِلِينَ}
Maka cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kalian (Yunus: 29), hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, kami tidak merasakan adanya penyembahan kalian kepada kami dan kami tidak mengetahuinya; karena sesungguhnya kalian menyembah kami hanyalah di saat kami tidak mengetahui apa yang kalian perbuat. Maka cukuplah Allah sebagai saksi antara kami dan kalian, bahwa kami sekali-kali tidak pernah menyeru kalian untuk menyembah kami, tidak pernah pula kami memerintahkan kepada kalian untuk itu, tidak pula kami rela bila kalian melakukannya terhadap kami.
Di dalam kandungan makna ayat ini terkandung pengertian kecaman yang keras terhadap orang-orang musyrik, yaitu mereka yang me­nyembah Allah dengan yang lain-Nya, padahal selain Allah itu tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat, dan tidak dapat membela dirinya dari mereka barang sedikit pun. Allah sama sekali tidak memerintahkan mereka untuk melakukan persekutuan itu, tidak meridainya, tidak pula menghendakinya. Bahkan sembahan-sembahan itu sendiri berlepas diri dari perbuatan mereka di saat mereka sangat memerlukan pengakuannya.
Mereka meninggalkan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha-hidup lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya, lagi Maha Mendengar, Maha Melihat, Mahakuasa atas segala sesuatu, dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia telah mengutus rasul-rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya yang isinya memerintahkan penyembahan kepada-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan Dia melarang penyembahan kepada selain-Nya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ}
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Tagut itu." Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. (An-Nahl: 36)
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ}
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Aku. maka sembahlah oleh kalian akan Aku.” (Al-Anbiya: 25)
{وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ}
Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?” (Az-Zukhruf: 45)
Orang-orang musyrik itu bermacam-macam golongannya, mereka terdiri atas berbagai golongan. Allah telah menyebutkan mereka di dalam Kitab­Nya, juga menjelaskan sepak terjang serta ucapan-ucapan mereka, dan Allah menjawab mereka dengan jawaban yang mematahkan semua alasan mereka.
*******************
Firman Allah Swt.:
{هُنَالِكَ تَبْلُو كُلُّ نَفْسٍ مَا أَسْلَفَتْ}
Di tempat itu (Padang Mahsyar) tiap-tiap diri merasakan pem­balasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu. (Yunus: 30)
Yakni di Padang Mahsyar tempat mereka berhenti menjalani hisab di hari kiamat, setiap diri diuji dan mengetahui semua amal perbuatan yang telah dikerjakannya dahulu, amal baik dan amal buruknya. Ayat ini sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
{يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ}
Pada hari ditampakkan segala rahasia. (Ath-Thariq: 9)

{يُنَبَّأُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ}
Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. (Al-Qiyamah: 13)
{وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا}
Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya dengan terbuka, "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (Al-Isra: 13-14)
Sebagian ulama ada yang telah membacanya dengan bacaan berikut:
{هُنَالِكَ تَتْلُو كُلُّ نَفْسٍ مَا أَسْلَفَتْ}
Di tempat itu (Padang Mahsyar) tiap-tiap diri membaca dari apa yang telah dikerjakannya dahulu. (Yunus: 30)
Sebagian ulama menafsirkannya dengan pengertian membaca (yakni buku catatan amal perbuatannya). Sedangkan sebagian ulama lain menafsirkannya dengan pengertian 'mengikuti', yakni mengikuti amal baik dan amal buruk yang telah dikerjakannya. Dan sebagian ulama lainnya lagi menafsirkannya dengan hadis yang mengatakan:
"تَتْبَعُ كُلُّ أُمَّةٍ مَا كَانَتْ تعبد، فيتبع من كَانَ يَعْبُدُ الشَّمْسَ الشَّمْسَ، وَيَتْبَعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الْقَمَرَ الْقَمَرَ، وَيَتْبَعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الطَّوَاغِيتَ الطَّوَاغِيتَ"
Sungguh setiap umat akan mengikuti apa yang biasa disembahnya. Maka orang yang menyembah matahari akan menyikuti matahari, orang yang menyembah bulan akan mengikuti bulan, dan orang yang dulunya menyembah Tagut akan mengikuti Tagut, hingga akhir hadis.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَرُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ}
dan mereka dikembalikan kepada Allah, Pelindung mereka yang sebenarnya. (Yunus: 30)
Artinya, semua urusan dikembalikan kepada Allah, Hakim Yang Mahaadil. Maka Dialah yang akan memutuskannya dan memasukkan ahli surga ke dalam surga dan ahli neraka ke dalam neraka.
{وَضَلَّ عَنْهُمْ}
dan lenyaplah dari mereka. (Yunus: 30)
Yakni lenyaplah dari orang-orang musyrik itu.
{مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}
apa yang mereka ada-adakan. (Yunus: 30)
Maksudnya, segala sesuatu yang dahulu mereka sembah selain Allah sebagai kedustaan yang mereka ada-adakan terhadap Allah.

No comments

Tafsir Jalalain

Tafsir Ibnu Katsir

Back to top