Muslim Notebook Header Ads

009. At-Taubah Ayat 41 - 42 - 43 - 44 - 45 - 46 - 47 - 48 - 49 - 50 - 51 - Tafsir Ibnu Katsir - Muslim Notebook





 

Tafsir Ibnu Katsir Al-Quran Surat At-Taubah, ayat 41

{انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (41) }

(41). Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan diri kalian di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari ayahnya, dari Abud Duha Muslim ibnu Sabih sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu firman-Nya: Berangkatlah kalian, baik dalam keadan merasa ringan ataupun merasa berat. (At-Taubah: 4l) Ayat ini adalah ayat yang mula-mula diturunkan dari surat Bara’ah.
Mu'tamir ibnu Sulaiman telah meriwayatkan dari ayahnya yang mengatakan bahwa Hadrami menduga sejumlah orang telah menceritakan kepadanya bahwa barangkali ada seseorang di antara mereka yang sakit  dan berusia lanjut. Lalu ia mengatakan, "Sesungguhnya aku tidak berdosa." Maka Allah menurunkan firman-Nya:
{انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالا}
Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat. (At-Taubah: 41)
Maka Allah Swt. memerintahkan untuk mobilisasi umum ikut dengan Rasulullah Saw. pada tahun Perang Tabuk untuk memerangi musuh-musuh Allah dari kalangan orang-orang Romawi yang kafir dari Ahli Kitab. Allah mengharuskan kaum mukmin untuk berangkat berperang bersama Rasulullah Saw. dalam keadaan apa pun, baik ia dalam keadaan semangat maupun dalam keadaan malas, dan baik dalam keadaan sulit maupun dalam keadaan mudah. Maka Allah Swt. berfirman:
{انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالا}
Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat. (At-Taubah: 41)
Ali ibnu Zaid telah meriwayatkan dari Anas, dari Abu Talhah, bahwa baik telah berusia tua maupun masih berusia muda semuanya harus berangkat; Allah tidak mau mendengar alasan dari seseorang pun. Kemudian Abu Talhah berangkat menuju Syam dan berjihad hingga gugur.
Menurut riwayat lain, Abu Talhah membaca surat Bara’ah, lalu bacaannya itu sampai pada firman-Nya:
{انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ}
Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan diri kalian di jalan Allah. (At-Taubah: 41)
Lalu ia berkata, "Saya berpendapat bahwa Tuhan kita telah meme­rintahkan kepada kita untuk berangkat berperang, baik yang telah berusia tua maupun yang masih muda. Hai anak-anakku persiapkanlah perbekalan untukku!" Maka anak-anaknya berkata, "Semoga Allah merahmatimu. Sesungguhnya engkau telah ikut berperang bersama Rasulullah Saw. hingga beliau wafat, dan bersama Abu Bakar hingga ia wafat, juga bersama Umar hingga ia wafat. Maka biarkanlah kami yang berperang sebagai ganti darimu, wahai ayah." Tetapi Abu Talhah menolak. Maka ia pergi berjihad dengan menaiki kapal laut, lalu ia gugur. Mereka yang bersamanya tidak menemukan suatu pulau pun untuk mengebumikan jenazahnya, kecuali sesudah sembilan hari. Tetapi selama itu jenazahnya tidak membusuk. Lalu mereka mengebumikannya di pulau yang baru mereka jumpai itu.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ikrimah, Abu Saleh, Al-Hasan Al-Basri. Suhail ibnu Atiyyah, Muqatil ibnu Hayyan, Asy-Sya'bi, dan Zaid ibnu Aslam, bahwa mereka telah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini: Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat. ( At-Taubah: 41) Yakni baik telah berusia lanjut maupun berusia muda, semuanya harus berangkat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Ad-Dahhak, Muqatil ibnu Hayyan  dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, Mujahid mengatakan bahwa baik berusia muda maupun berusia tua. dan baik kaya maupun miskin, semuanya harus berangkat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Saleh dan lain-lainnya. Al-Hakam ibnu Utaibah mengatakan, baik dalam keadaan sibuk maupun dalam keadaan tidak sibuk.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat. (At-Taubah: 41) Artinya, berangkatlah kalian, baik dalam keadaan semangat ataupun dalam keadaan tidak bersemangat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah.
Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat. (At-Taubah: 41) Para sahabat mengatakan, di kalangan kami terdapat orang yang keberatan, orang yang mempunyai keperluan, orang yang miskin, orang yang sibuk, dan orang yang keadaannya mudah. Maka Allah menurunkan firman-Nya menolak alasan mereka. Tiada lain bagi mereka kecuali harus berangkat, baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat. Yakni mereka tetap harus berangkat dalam keadaan apa pun yang mereka alami.
Al-Hasan ibnu Abul Hasan Al-Basri mengatakan pula bahwa baik dalam keadaan mudah ataupun dalam keadaan sulit, tetap harus berangkat. Semua pendapat di atas berpandangan kepada pengertian umum yang terkandung di dalam ayat, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Imam Abu Amr Al-Auza'i mengatakan, "Apabila perintah untuk berangkat berjihad ke arah negeri Romawi, maka semua orang yang merasa ringan dan berkendaraan harus berangkat. Dan apabila perintah untuk berangkat berjihad ditujukan ke arah pantai-pantai ini, maka semua orang harus berangkat, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan baik mempunyai kendaraan ataupun jalan kaki." Pendapat ini mengandung pengertian rincian tentang masalah tersebut.
Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'b, Ata Al-Khurrasani, dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini telah di-mansukh oleh firman Allah Swt.:
{فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ}
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang. (At-Taubah: 122)
Pembahasannya akan diterangkan kemudian.
As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan firman Allah Swt.: Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat. (At-Taubah: 41) Baik dalam keadaan kaya ataupun miskin, dan baik dalam keadaan kuat ataupun lemah. Pernah datang kepada beliau Saw. seorang lelaki pada hari itu juga. Mereka (para perawi) menduga bahwa lelaki itu adalah Al-Miqdad, seorang yang gemuk lagi besar. Lalu Al-Miqdad mengadu kepada Rasulullah Saw. tentang kegemukannya itu, dan meminta izin kepada beliau untuk tidak ikut berangkat. Tetapi beliau menolak, dan pada hari itu juga turunlah firman Allah Swt.: Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat. (At-Taubah: 41). Setelah ayat ini diturunkan, para sahabat merasa keberatan dengan perintah itu. Maka Allah me-mansukh-nya dengan firman Allah Swt.:
{لَيْسَ عَلَى الضُّعَفَاءِ وَلا عَلَى الْمَرْضَى وَلا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا يُنْفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا نَصَحُوا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ}
Tidak dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit, dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. (At-Taubah: 91)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Muhammad yang mengatakan bahwa Abu Ayyub ikut bersama Rasulullah Saw. dalam Perang Badar, kemudian ia tidak pernah ketinggalan dalam suatu peperangan pun bersama kaum muslim, kecuali sekali. Abu Ayyub apabila membacakan firman Allah Swt.: Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat. (At-Taubah: 41) Lalu ia berkata, "Tiada pilihan lain bagiku kecuali harus berangkat berperang, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat."
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Amr As-Sukuni, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, telah menceritakan kepada kami Jarir, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Maisarah, telah menceritakan kepadaku Abu Rasyid Al-Harrani yang mengatakan bahwa ia bersua dengan Al-Miqdad ibnul Aswad —seorang pasukan berkuda Rasulullah Saw.— sedang duduk di atas sebuah peti uang di Himsa. Ia kelihatan jauh lebih besar daripada peti yang didudukinya itu karena tubuhnya yang gemuk lagi besar; saat itu ia hendak pergi berperang. Lalu aku (perawi) bertanya, "Sesungguh­nya Allah telah memberi maaf terhadap orang yang keadaannya seperti engkau ini." Maka ia menjawab, "Telah diturunkan kepada kami surat Al-Bu'us (yakni ayat yang memerintahkan berangkat untuk berperang)," yaitu firman-Nya: Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat. (At-Taubah: 41)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Hibban ibnu Zaid Asy-Syar'ubi yang'mengatakan, "Kami berangkat berperang bersama Safwan ibnu Amr yang saat itu menjabat sebagai wali kota Himsa. Kami akan menuju ke arah Afsus sampai ke Jarajimah. Kemudian di antara orang-orang yang berangkat itu aku melihat seorang lelaki yang sangat tua. Karena usianya yang sangat tua itu kedua alis matanya hampir menutupi kedua matanya. Ia dari kalangan penduduk kota Dimasyq. Ia datang dengan mengendarai unta kendaraannya. Lalu aku menghadap (mendekat) kepadanya dan berkata, 'Hai paman sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada orang yang seusiamu ini.' Lelaki tua itu menjawab seraya mengerenyitkan kedua alisnya, 'Hai anak saudaraku, Allah telah memerintahkan kepada kita untuk berangkat berperang, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat. Ingatlah, sesungguhnya orang yang disukai oleh Allah pasti akan diberi cobaan, kemudian Allah mengembalikannya dan mengekalkannya. Dan sesungguhnya Allah itu mencoba hamba-hamba-Nya hanyalah kepada orang yang bersyukur, bersabar, dan berzikir, dan tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah Swt.'."
*******************
Kemudian Allah Swt. menganjurkan untuk berinfak di jalan-Nya dan mengorbankan jiwa dan raga untuk memperoleh rida Allah dan Rasul-Nya.
Allah Swt. berfirman:
{وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
dan berjihadlah dengan harta dan diri kalian di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. (At-Taubah: 41)
Maksudnya, hal itu lebih baik bagi kalian di dunia dan akhirat, karena kalian membelanjakan harta yang sedikit, lalu Allah memberi kalian ganimah yang banyak dari musuh kalian di dunia, selain pahala kemulia-an yang kalian simpan di akhirat nanti di sisi-Nya, seperti apa yang telah disebutkan oleh Nabi Saw. dalam salah satu hadisnya:
"وتَكفَّل اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِهِ إِنْ تَوَفَّاهُ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، أَوْ يَرُدَّهُ إِلَى مَنْزِلِهِ نَائِلًا مَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ أَوْ غَنِيمَةٍ"
Allah menjamin bagi orang yang berjihad di jalan-Nya, jika Allah mewafatkannya, bahwa Dia akan memasukkannya ke dalam surga, atau mengembalikannya ke rumahnya (dalam keadaan selamat) dengan menggondolpahala atau ganimah (harta rampasan perang).
Karena itulah dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:
{كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ}
Diwajibkan atas kalian berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kalian benci. Boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal ia amat baik bagi kalian; dan boleh jadi (pula) kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian. Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui. (Al-Baqarah: 216)
Termasuk pula ke dalam pengertian ini sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Addi, dari Humaid, dari Anas, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda kepada seorang lelaki, "Masuk Islamlah kamu!" Lelaki itu menjawab, "Saya masih belum suka." Rasulullah Saw. bersabda:
"أَسْلِمْ وَإِنْ كُنْتَ كَارِهًا"
Masuk Islamlah kamu, sekalipun dirimu belum suka.
 

Tafsir Ibnu Katsir Al-Quran Surat At-Taubah, ayat 42

{لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (42) }

(42). Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah, "Jikalau kami sanggup, tentulah kami berangkat bersama-sama kalian.” Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang dusta.

Allah Swt. mencela orang-orang yang tidak ikut dengan Nabi Saw. dalam Perang Tabuk. Mereka lebih suka tinggal di tempat, padahal mereka telah diseru untuk berangkat berperang; dengan beralasan bahwa mereka adalah orang-orang yang mempunyai uzur, padahal kenyataannya tidaklah demikian. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا}
Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh. (At-Taubah: 42)
Menurut Ibnu Abbas, yang dimaksud dengan 'aradan qariban ialah ganimah (rampasan perang) yang dekat (mudah diperoleh).
{وَسَفَرًا قَاصِدًا}
Dan perjalanan yang tidak berapa jauh. (At-Taubah: 42)
Yang dimaksud, dengan qasidan ialah dekat, tidak berapa jauh.
{لاتَّبَعُوكَ}
pastilah mereka mengikutimu. (At-Taubah: 42)
Yakni niscaya mereka mau datang bersamamu untuk tujuan tersebut.
{وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ}
tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. (At-Taubah: 42)
Yang dimaksud dengan syuqqah ialah jauh, yakni menuju ke negeri Syam.
{وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ}
Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah. (At-Taubah: 42)
Yaitu kepada kalian jika kalian pulang dari medan perang kepada mereka.
{لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ}
Jikalau kami sanggup, tentulah kami berangkat bersama-sama kalian. (At-Taubah: 42)
Artinya, seandainya kami tidak mempunyai uzur (halangan), pastilah kami akan ikut dengan kalian. Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}
Mereka membinasakan diri mereka sendiri, dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang dusta.

Tafsir Ibnu Katsir Al-Quran Surat At-Taubah, ayat 43-44-45

{عَفَا اللَّهُ عَنْكَ لِمَ أَذِنْتَ لَهُمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَتَعْلَمَ الْكَاذِبِينَ (43) لَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ (44) إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ (45) }
(43). Semoga Allah memaafkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta?  
(44). Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. 
(45). Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu. Karena itu Mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Husain ibnu Sulaiman Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Mis'ar, dari Aun yang mengatakan, "Apakah kalian pernah mendengar suatu teguran yang lebih baik daripada ayat ini? Yaitu seruan yang menyatakan pemberian maaf sebelum penyaksian." Allah Swt. telah berfirman: Semoga Allah memaafkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang)? (At-Taubah: 43)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Muwarraq Al-Ajali dan lain-lainnya.
Qatadah mengatakan bahwa Allah menegurnya sebagaimana yang kalian dengar, kemudian Dia menurunkan ayat yang terdapat di dalam surat An-Nur, maka diberikan rukhsah bagi Nabi Saw. untuk memberi izin kepada mereka (untuk tidak ikut berperang) jika Nabi menyukainya. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{فَإِذَا اسْتَأْذَنُوكَ لِبَعْضِ شَأْنِهِمْ فَأْذَنْ لِمَنْ شِئْتَ مِنْهُمْ}
maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena suatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka. (An-Nur: 62), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ata Al-Khurrasani dalam suatu riwayat yang bersumberkan darinya. Mujahid mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sejumlah orang yang mengatakan, "Mintalah izin kepada Rasulullah Saw. Apabila beliau memberi izin kepada kalian, maka tinggallah kalian di tempat kalian. Dan jika beliau tidak memberi izin kepada kalian, tetaplah kalian tinggal di tempat kalian." Karena itulah Allah Swt. berfirrnan:
{حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكَ الَّذِينَ صَدَقُوا}
sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzuran-nya). (At-Taubah: 43)
Yakni dalam alasan yang dikemukakannya.
{وَتَعْلَمَ الْكَاذِبِينَ}
dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta? (At-Taubah: 43)
Allah Swt. berfirman bahwa mengapa engkau (Muhammad) tidak membiarkan mereka di saat mereka meminta izin kepadamu untuk tidak ikut perang. Yakni janganlah terlebih dahulu engkau beri izin seorang pun dari mereka untuk tinggal di tempatnya, untuk kamu ketahui siapa yang benar dan siapa yang dusta di antara mereka dalam mengemukakan alasannya. Karena sesungguhnya mereka tetap bertekad akan tinggal di tempat dan tidak mau ikut perang, sekalipun engkau tidak memberi izin kepada mereka untuk tinggal di tempat. Karena itulah Allah Swt. tidak memberi izin kepada seorang pun yang mengaku dirinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya untuk tinggal di tempatnya dan tidak ikut perang.
Allah Swt. berfirman:
{لَا يَسْتَأْذِنُكَ}
Tidak akan meminta izin kepadamu. (At-Taubah: 44)
untuk tidak ikut perang, melainkan tetap duduk di tempat tinggalnya.
{الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ}
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. (At-Taubah: 44)
Karena mereka berpandangan bahwa jihad merupakan amal pendekatan diri kepada Allah, maka ketika Allah menyerukan mereka untuk berjihad, mereka menyambutnya dengan segera dan mengerjakannya.
{وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ}
Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguh­nya yang akan meminta izin kepadamu. (At-Taubah: 44-45)
Yakni untuk tidak ikut perang tanpa ada alasan yang membenarkannya untuk tetap tinggal di tempatnya.
{الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ}
hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. (At-Taubah: 45)
Maksudnya, mereka tidak mengharapkan pahala Allah di hari akhirat sebagai balasan amal (baik) mereka.
{وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ}
dan hati mereka ragu-ragu. (At-Taubah: 45)
Yaitu merasa ragu terhadap kebenaran dari apa yang engkau sampaikan kepada mereka.
{فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ}
Karena itu, mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya. (At-Taubah: 45)
Yakni mereka tenggelam di dalam kebimbangannya. Mereka melangkahkan satu kaki. sedangkan dalam waktu yang sama mereka mengundurkan kaki yang lainnya (yakni dalam keadaan ragu). Tidak ada langkah yang tetap bagi mereka dalam suatu urusan. Mereka adalah kaum yang bimbang lagi binasa, tidak cenderung kepada golongan kaum mukmin, tidak pula kepada kaum kafir. Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka kamu tidak akan dapat menemukan jalan selamat baginya.

Tafsir Ibnu Katsir Al-Quran Surat At-Taubah, ayat 46-47

{وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لأعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ (46) لَوْ خَرَجُوا فِيكُمْ مَا زَادُوكُمْ إِلا خَبَالا وَلأوْضَعُوا خِلالَكُمْ يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ وَفِيكُمْ سَمَّاعُونَ لَهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (47) }

(46). Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka.”Tinggallah kalian bersama orang-orang yang tinggal itu.” 
(47). Jika mereka berangkat bersama-sama kalian niscaya mereka tidak menambah kalian selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisan kalian, untuk mengadakan kekacauan di antara kalian; sedangkan di antara kalian ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim.

Firman Allah Swt.:
{وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ}
Dan jika mereka mau berangkat. (At-Taubah: 46)
Yakni berangkat berperang bersamamu.
{لأعَدُّوا لَهُ عُدَّةً}
tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu. (At-Taubah: 46)
Maksudnya, niscaya mereka bersiap-siap untuk berangkat berperang.
{وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ}
tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka. (At-Taubah:46)
Yaitu benci dan tidak suka berangkat berperang bersamamu secara takdir.
{فَثَبَّطَهُمْ}
maka Allah melemahkan keinginan mereka. (At-Taubah: 46)
Yakni menjadikan mereka malas untuk berangkat.
{وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ}
dan dikatakan kepada mereka.”Tinggallah kalian bersama orang-orang yang tinggal itu.” (At-Taubah: 47)
Hal itu sebagai takdir (buat mereka). Kemudian Allah menjelaskan segi kebencian mereka untuk berangkat berperang bersama kaum mukmin. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{لَوْ خَرَجُوا فِيكُمْ مَا زَادُوكُمْ إِلا خَبَالا}
Jika mereka berangkat bersama-sama kalian, niscaya mereka tidak menambah kalian selain dari kerusakan belaka. (At-Taubah: 47)
karena mereka adalah orang-orang pengecut lagi berjiwa kecil.
{وَلأوْضَعُوا خِلالَكُمْ يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ}
dan tentu mereka akan bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisan kalian untuk mengadakan kekacauan di antara kalian. (At-Taubah: 47)
Yaitu niscaya mereka bersegera berangkat dan berjalan di antara kalian sambil mengadu domba, dan menyebarkan permusuhan dan fitnah.
{وَفِيكُمْ سَمَّاعُونَ لَهُمْ}
sedangkan di antara kalian ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. (At-Taubah: 47)
Maksudnya, terdapat orang-orang yang taat kepada mereka dan menganggap baik perkataan dan cerita mereka, serta menganggap mereka sebagai pemberi nasihat, sekalipun orang-orang tersebut tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dari mereka. Sehingga hal itu berakibat terjadinya keburukan di kalangan kaum mukmin dan kerusakan yang besar.
Mujahid, Zaid ibnu Aslam, dan Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sedangkan di antara kalian ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. (At-Taubah: 47) Yakni di antara kalian terdapat mata-mata mereka yang menyadap berita dari kalian, lalu menyampaikannya kepada mereka. Hal ini bukan meru­pakan suatu kekhususan yang menyangkut keberangkatan mereka bersama kaum muslim, bahkan hal ini umum mencakup semua keadaan.
Makna yang pertama lebih kuat dan lebih serasi dengan konteks ayat, serta dipegang oleh Qatadah dan lain-lainnya dari kalangan ulama tafsir.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa orang-orang yang meminta izin kepada Rasulullah Saw. untuk tidak berangkat terdiri atas kalangan orang-orang yang terhormat. Demikianlah menurut berita yang sampai kepadaku. Di antara mereka ialah Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul dan Al-Jadd ibnu Qais; mereka adalah orang-orang yang terhormat di kalangan kaumnya. Maka Allah menjadikan mereka malas untuk berangkat, sebab Allah mengetahui bahwa bila mereka berangkat bergama Nabi Saw., pastilah mereka akan membuat kerusakan dan keonaran di kalangan pasukan kaum muslim. Di kalangan pasukan Rasulullah Saw. pun terdapat suatu kaum yang taat dan menyukai mereka karena segan kepada kedudukan mereka yang terhormat di kalangannya. Maka Allah Swt. berfirman: dan di antara kalian terdapat orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. (At-Taubah: 47)
Kemudian Allah Swt. memberitahukan tentang pengetahuan-Nya yang sempurna melalui firman Nya.
{وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ}
Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim. (At-Taubah: 47)
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia mengetahui apa yang telah terjadi, yang sedang terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan terjadi, lalu bagaimana akibatnya bila terjadi. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{لَوْ خَرَجُوا فِيكُمْ مَا زَادُوكُمْ إِلا خَبَالا}
Jika mereka berangkat bersama-sama kalian, niscaya mereka tidak menambah kalian selain dari kerusakan belaka. (At-Taubah: 47)
Melalui ayat ini Allah Swt. memberitahukan tentang keadaan mereka yang meminta izin untuk tidak berangkat, apakah yang akan terjadi sekiranya mereka berangkat, sekalipun pada kenyataannya mereka tidak berangkat. Perihalnya sama dengan makna ayat lainnya, yaitu firman Allah Swt.:
{وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}
Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An’am: 28)
{وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا لأسْمَعَهُمْ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ}
Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedangkan mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). (Al-Anfal: 23)
{وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُوا مِنْ دِيَارِكُمْ مَا فَعَلُوهُ إِلا قَلِيلٌ مِنْهُمْ وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا وَإِذًا لآتَيْنَاهُمْ مِنْ لَدُنَّا أَجْرًا عَظِيمًا وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا}
Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka, "Bunuhlah diri kalian atau keluarlah kalian dari kampung kalian, " niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelqjaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka); dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus. (An-Nisa: 66-68)
Ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat ini cukup banyak.

Tafsir Ibnu Katsir Al-Quran Surat At-Taubah, ayat 48

{لَقَدِ ابْتَغَوُا الْفِتْنَةَ مِنْ قَبْلُ وَقَلَّبُوا لَكَ الأمُورَ حَتَّى جَاءَ الْحَقُّ وَظَهَرَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَارِهُونَ (48) }

(48). Sesungguhnya dari dahulu pun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur berbagai macam tipu daya untuk (merusakkan)mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah), dan menanglah agama Allah, padahal mereka tidak menyukainya.

Allah Swt. berfirman mengingatkan Nabi-Nya terhadap orang-orang munafik. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{لَقَدِ ابْتَغَوُا الْفِتْنَةَ مِنْ قَبْلُ وَقَلَّبُوا لَكَ الأمُورَ}
Sesungguhnya dari dahulu pun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur berbagai macam tipu daya untuk (merusakkan) mu. (At-Taubah: 48) .
Yakni sesungguhnya mereka telah menggunakan pikiran dan pendapatnya untuk membuat makar dan tipu muslihat terhadap dirimu dan sahabat-sahabatmu dengan tujuan menghinakan agamamu dan memadamkannya dalam kurun waktu yang panjang. Hal ini terjadi di masa permulaan Nabi Saw. tiba di Madinah. Semua orang Arab bergabung menjadi satu melancarkan permusuhan mereka terhadap beliau, dan orang-orang Yahudi Madinah serta orang-orang munafiknya gencar memerangi beliau. Tetapi setelah Allah memberinya kemenangan dalam Perang Badar dan meninggikan kalimah-Nya, maka Abdullah ibnu Ubay dan kawan-kawannya (dari kaum munafik) berkata bahwa agama ini merupakan perkara yang tidak boleh dianggap enteng. Maka mereka (orang-orang munafik) mulai masuk Islam lahiriahnya secara beramai-ramai. Kemudian setiap Allah memenangkan Islam dan para pemeluknya, maka hal tersebut membuat mereka mendongkol dan tidak suka. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{حَتَّى جَاءَ الْحَقُّ وَظَهَرَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَارِهُونَ}
hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah), dan menanglah agama Allah padahal mereka tidak menyukainya. (At-Taubah: 48)

Tafsir Ibnu Katsir Al-Quran Surat At-Taubah, ayat 49

{وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ ائْذَنْ لِي وَلا تَفْتِنِّي أَلا فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُوا وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ (49) }

(49). Di antara mereka ada orang yang berkata, "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.” Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.

Allah Swt. berfirman bahwa di antara orang-orang munafik itu, hai Muhammad, terdapat orang yang mengatakan kepadamu:
{ائْذَنْ لِي}
Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang). (At-Taubah: 49)
Yakni tetap tinggal di tempat.
{وَلا تَفْتِنِّي}
dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah. (At-Taubah: 49)
Maksudnya, berangkat bersamamu ke medan perang. disebabkan wanita-wanita Romawi. Maka Allah Swt. berfirman:
{أَلا فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُوا}
Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. (At-Taubah: 49)
Yaitu karena ucapan mereka yang demikian itu. berarti mereka telah terjerumus ke dalam fitnah.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Az-Zuhri, Yazid ibnu Rauman, Abdullah ibnu Abu Bakar. Asim ibnu Qatadah dan lain-lainnya. Mereka mengatakan bahwa pada suatu hari ketika Rasulullah Saw. sedang bersiap-siap untuk berangkat berjihad, beliau bersabda kepada Jadd ibnu Qais. saudara lelaki Bani Salamah, "Hai Jadd, mengapa tahun ini kamu tidak berangkat untuk memerangi Banil Asfar (orang-orang Romawi)?" Jadd menjawab, "Wahai Rasulullah, berilah saya izin untuk tidak berangkat, dan janganlah engkau jerumuskan diriku ke dalam fitnah. Demi Allah, sesungguhnya semua kaumku telah mengetahui bahwa tidak ada seorang lelaki pun yang lebih suka kepada wanita selain diriku. Dan sesungguhnya aku merasa khawatir bila melihat kaum wanita Banil Asfar, maka aku tidak dapat mengekang diriku lagi dari mereka." Maka Rasulullah Saw. berpaling darinya dan bersabda, "Saya memberi izin kepadamu untuk tidak berangkat." Sehubungan dengan peristiwa Al-Jadd ibnu Qais inilah diturunkan firman-Nya: Di antara mereka ada yang berkata, "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah" (At-Taubah: 49), hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, sesungguhnya Al-Jadd merasa takut terhadap wanita Banil Asfar sebagai alasannya untuk tidak berangkat berperang, padahal kenyataannya tidaklah demikian. Karena dengan demikian berarti dia telah terjerumus ke dalam fitnah yang lebih parah, sebab ia tidak mau berangkat dengan Rasulullah Saw. dan sikapnya yang mementingkan dirinya sendiri.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-Jadd ibnu Qais. Al-Jadd ibnu Qais ini adalah salah seorang yang terpandang lagi terhormat dari kalangan Bani Salamah. Di dalam kitab Sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada mereka:
"مَنْ سَيِّدُكُمْ يَا بَنِي سَلَمَةَ؟ " قَالُوا: الْجَدُّ بْنُ قَيْسٍ، عَلَى أَنَّا نُبَخِّله فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَأَيُّ دَاءٍ أَدْوَأُ مِنَ الْبُخْلِ، وَلَكِنْ سَيِّدكم الْفَتَى الْأَبْيَضُ الجَعْد بِشْر بْنُ الْبَرَاءِ بْنِ مَعْرُور".
Siapakah pemimpin kalian, hai Bani Salamah? Mereka menjawab, "Al-Jadd ibnu Qais, tetapi kami menilainya orang yang kikir." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Penyakit apa lagikah yang lebih parah daripada kikir? Tetapi pemimpin kalian yang sebenarnya adalah seorang pemuda yang berambut keriting dan berkulit putih, yaitu Bisyar ibnul Barra ibnu Ma'rur.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ}
Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (At-Taubah: 49)
Maksudnya, tidak ada jalan selamat bagi mereka dari neraka Jahannam, dan tidak ada jalan untuk melarikan diri bagi mereka dari neraka Jahannam. Jahannam merupakan suatu kepastian bagi mereka.

Tafsir Ibnu Katsir Al-Quran Surat At-Taubah, ayat 50-51

{إِنْ تُصِبْكَ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكَ مُصِيبَةٌ يَقُولُوا قَدْ أَخَذْنَا أَمْرَنَا مِنْ قَبْلُ وَيَتَوَلَّوْا وَهُمْ فَرِحُونَ (50) قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (51) }
(50). Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh suatu bencana, mereka berkata, "Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi berperang),'' dan mereka berpaling dengan rasa gembira. 
(51). Katakanlah, "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”

Allah Swt. memberitahukan kepada Nabi-Nya perihal permusuhan yang terpendam di dalam hati orang-orang munafik itu. bahwa apabila Nabi beroleh kebaikan (yakni kemenangan dan pertolongan serta ganimah dari musuh-musuhnya yang membuat Nabi Saw. dan para sahabatnya hidup dalam kemudahan), maka hal itu membuat mereka tidak senang.
{وَإِنْ تُصِبْكَ مُصِيبَةٌ يَقُولُوا قَدْ أَخَذْنَا أَمْرَنَا مِنْ قَبْلُ}
dan jika kamu ditimpa oleh suatu bencana, mereka berkata, "Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi berperang)." (At-Taubah: 50)
Yakni kami sebelumnya selalu menghindar untuk tidak mengikutimu.
{وَيَتَوَلَّوْا وَهُمْ فَرِحُونَ}
dan mereka berpaling dengan rasa gembira (At-Taubah :  50)
Kemudian Allah Swt. memberikan petunjuk kepada Rasulullah Saw. bagaimana cara menjawab permusuhan mereka yang sangat keras itu. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{قُلْ}
Katakanlah. (At-Taubah: 51)
Hai Muhammad, kepada mereka.
{لَنْ يُصِيبَنَا إِلا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا}
Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. (At-Taubah: 51)
Artinya. kami sepenuhnya berada di bawah kehendak dan kekuasaan Allah Swt.
{هُوَ مَوْلانَا}
Dialah Pelindung kami. (At-Taubah: 51)
Yaitu Tuhan kami dan tempat kami berlindung.
{وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ}
dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal. (At-Taubah: 51)
Yakni kami bertawakal kepada-Nya, Dialah yang mencukupi kami, Dia adalah sebaik-baik Pelindung.

No comments

Tafsir Jalalain

Tafsir Ibnu Katsir

Back to top