Muslim Notebook Header Ads

007. Al-A'rof Ayat 82 - 83 - 84 - 85 - 86 - 87 - 88 - 89 - 90 - 91 - 92 - Tafsir Ibnu Katsir - Muslim Notebook



Al-A'raf, ayat 82

{وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوهُمْ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ (82) }

Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan, "Usirlah mereka (Lut dan pengikut-pengikutnya) dari kota kalian ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri.”

Mereka tidak menjawab tawaran Nabi Lut, melainkan sebaliknya berniat mengusir Lut a.s. dan membuangnya bersama-sama para pengikutnya dari kota mereka. Maka Allah mengeluarkan mereka dalam keadaan selamat dan membinasakan kaumnya di negerinya sendiri dalam keadaan terhina lagi tercela.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ}
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri. (Al-A'raf: 82)
Menurut Qatadah, mereka mencela Nabi Lut dan para pengikutnya tanpa alasan yang dibenarkan. Mujahid mengatakan, sesungguhnya Lut a.s. dan para pengikutnya adalah orang-orang yang berpura-pura suci dari liang anus lelaki dan liang anus perempuan. Hal yang sama diriwayatkan dari Ibnu Abbas.

Al-A'raf, ayat 83-84

{فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَهْلَهُ إِلا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ (83) وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ (84) }

Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikan­lah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.

Allah Swt. berfirman, "Kami selamatkan Lut bersama keluarganya dan tidak ada seorang pun dari kaumnya yang beriman selain keluarga dan ahli baitnya sendiri," sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَأَخْرَجْنَا مَنْ كَانَ فِيهَا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ * فَمَا وَجَدْنَا فِيهَا غَيْرَ بَيْتٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ}
Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Lut itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. (ADz-Dzariyat: 35-36)
Kecuali istri Nabi Lut sendiri, karena sesungguhnya dia tidak beriman kepadanya, bahkan dia tetap berpegang kepada agama kaumnya. Dialah yang memberikan informasi dan memberitahukan kepada kaumnya perihal tamu-tamu yang datang kepada Nabi Lut dengan bahasa isyarat yang hanya dimengerti oleh mereka.
Karena itu, ketika Nabi Lut diperintahkan agar memberangkatkan keluarganya di malam hari. Allah memberitahukan kepadanya bahwa janganlah Lut memberitahukan keberangkatannya kepada istrinya dan janganlah membawa serta istrinya keluar dari negeri itu.
Di antara ulama tafsir ada yang mengatakan bahwa bahkan istri Nabi Lut mengikuti Nabi Lut dan orang-orang yang bersamanya; tetapi ketika azab turun, istri Nabi Lut menoleh ke belakang, maka ia tertimpa azab yang menimpa kaumnya.
Tetapi menurut pendapat yang kuat. istri Lut a.s. tidak ikut keluar dari negerinya dan Lut a.s. tidak memberitahukan kepadanya perihal keberangkatannya, bahkan istrinya tetap tinggal bersama kaumnya. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan:
{إِلا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ}
kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). (Al-A'rlf: 83)
Yakni tetap tinggal bersama kaumnya. Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah termasuk orang-orang yang dibinasakan. Penafsiran ini merupakan penafsiran berdasarkan kesimpulan.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا}
Dan Kami turunkan kepada mereka hujan. (Al-A'raf: 84)
Ayat ini ditafsirkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:
{وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ}
dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah-tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhan kalian dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. (Hud: 82-83)
Karena itulah maka dalam firman selanjutnya dari surat ini disebutkan:
{فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ}
maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. (Al-A'raf: 84)
Dengan kata lain, lihatlah hai Muhammad, bagaimana akibat yang dialami oleh orang-orang yang berani berbuat durhaka terhadap Allah Swt. dan mendustakan rasul-rasul-Nya.
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa orang yang melakukan homoseks hukumannya ialah dilemparkan dari ketinggian, kemudian disusul dengan lemparan-lemparan batu, seperti yang dilakukan terhadap kaum Lut a.s.
Ulama lainnya berpendapat bahwa pelaku homoseks dikenai hukuman rajam, baik dia telah muhsan ataupun belum.
Pendapat ini merupakan salah satu qaul dari Imam Syafii. Hujahnya berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah melalui hadis Darawardi, dari Amr ibnu Abu Umar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
مَنْ وَجَدْتُمُوهُ يَعَمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ، فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُولَ بِهِ"
Barang siapa yang kalian jumpai sedang melakukan perbuatan kaum Lut, maka bunuhlah pelaku dan yang dikerjainya.
Sedangkan menurut ulama yang lain, pelakunya dikenai hukuman yang sama seperti hukuman berbuat zina. Dengan kata lain, jika dia seorang yang telah muhsan, maka dikenai hukuman rajam; dan jika dia adalah orang yang belum muhsan. maka dikenai hukuman seratus kali dera. Pendapat ini merupakan qaul (pendapat) yang lain dari Imam Syafii.
Adapun mengenai perbuatan mendatangi wanita pada liang anusnya dinamakan lutiyatus sugra (perbuatan kaum Lut yang kecil), hukumnya haram menurut ijmak ulama. Kecuali menurut pendapat yang syaz dari sebagian ulama Salaf (seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, pent.).
Larangan melakukan perbuatan tersebut telah banyak diungkapkan oleh hadis-hadis dari Rasulullah Saw. Pembahasan mengenainya telah dikemukakan dalam tafsir surat Al-Baqarah.

Al-A'raf, ayat 85

{وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ وَلا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (85) }

Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka Syu'aib. Ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kalian selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari Tuhan kalian. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kalian kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangan­nya, dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika betul-betul kalian orang-orang yang beriman.”

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Madyan ibnu Ibrahim. Syu'aib adalah Ibnu Maikil ibnu Yasyjur, nama aslinya menurut bahasa Siryani ialah Yasrun.
Menurut kami, Madyan adalah nama kabilah, dapat pula diartikan nama kota. Kalau yang dimaksud dengan kota, terletak di dekat Ma'an bila dari jalur Hijaz.
Allah Swt. telah berfirman:
{وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ}
Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya). (Al-Qashash: 23)
Mereka adalah orang-orang yang memiliki sumur Aikah, seperti yang akan kami jelaskan nanti —insya Allah— pada tempatnya.
{قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ}
Ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kalian selain-Nya.” (Al-A'raf: 85)
Itulah seruan yang dikemukakan oleh semua rasul.
قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ}
Sesungguhnya telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari Tuhan kalian. (Al-A'raf: 85)
Maksudnya, Allah telah menegakkan hujah-hujah dan bukti-bukti bagi kebenaran dari apa yang saya sampaikan kepada kalian ini.
Kemudian Nabi Syu'aib menasihati mereka agar dalam muamalah mereka dengan orang lain, hendaknya mereka berlaku adil dalam menakar dan menimbang barang-barangnya, dan janganlah sedikit pun mengurangi barang milik orang lain. Dengan kata lain, janganlah mereka berlaku khianat terhadap orang lain dalam harta bendanya, lalu mengambilnya dengan cara yang licik, yaitu dengan mengurangi takaran dan timbangannya secara sembunyi-sembunyi dan pemalsuan. Dalam ayat yang lain Allah Swt. telah berfirman, mengancam para pelakunya:
وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Al-Muthaffifin: 1)
sampai dengan firman-Nya:
لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
menghadap Tuhan semesta alam. (Al-Muthaffifin: 6)
Di dalam ungkapan ayat-ayat ini terkandung pengertian ancaman yang keras dan peringatan yang pasti; semoga Allah menyelamatkan kita dari perbuatan tersebut. Kemudian Allah Swt. memberitakan perihal Nabi Syu'aib yang dijuluki sebagai "ahli pidato para nabi" mengingat kefasih­an ungkapannya dan kemurahan nasihatnya.

Al-A'raf, ayat 86-87

{وَلا تَقْعُدُوا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوعِدُونَ وَتَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِهِ وَتَبْغُونَهَا عِوَجًا وَاذْكُرُوا إِذْ كُنْتُمْ قَلِيلا فَكَثَّرَكُمْ وَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ (86) وَإِنْ كَانَ طَائِفَةٌ مِنْكُمْ آمَنُوا بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ وَطَائِفَةٌ لَمْ يُؤْمِنُوا فَاصْبِرُوا حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَنَا وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ (87) }

Dan janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kalian berjumlah sedikit, kemudian Allah menjadikan jumlah kalian banyak, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika ada segolongan dari kalian beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukum-Nya diantara kita, dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya

Nabi Syu'aib a.s. melarang mereka melakukan pembegalan di jalan, baik secara fisik maupun secara mental, yaitu melalui apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلا تَقْعُدُوا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوعِدُونَ}
Dan janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti. (Al-A'raf: 86)
Yaitu menakut-nakuti akan membunuhnya bila ia tidak memberikan hartanya kepada kalian. As-Saddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa mereka adalah para pemungut liar (pemeras).
Tetapi diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Mujahid serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti. (Al-A'raf: 86) Yakni kalian menakut-nakuti orang-orang mukmin yang datang kepada Nabi Syu'aib untuk mengikutinya. Tetapi pendapat yang pertama lebih kuat, karena lafaz as-sirat artinya jalan.
Yang kedua disebutkan oleh firman-Nya:
{وَتَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِهِ وَتَبْغُونَهَا عِوَجًا}
dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. (Al-A'raf: 86)
Maksudnya, kalian menghendaki agar jalan Allah bengkok dan menyimpang.
{وَاذْكُرُوا إِذْ كُنْتُمْ قَلِيلا فَكَثَّرَكُمْ}
Dan ingatlah di waktu dahulunya kalian berjumlah sedikit, kemudian Allah menjadikan kalian berjumlah banyak. (Al-A'raf: 86)
Yaitu pada asal mulanya kalian lemah karena bilangan kalian yang sedikit (minoritas), kemudian menjadi kuat karena bilangan kalian telah banyak (mayoritas). Maka ingatlah kalian akan nikmat Allah kepada kalian dalam hal tersebut.
{وَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ}
lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al-A'raf: 86)
Yakni nasib yang dialami oleh umat-umat terdahulu dan generasi-generasi di masa silam, serta azab dan pembalasan Allah yang menimpa mereka karena mereka berani berbuat durhaka terhadap Allah dan mendustakan rasul-rasul-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ كَانَ طَائِفَةٌ مِنْكُمْ آمَنُوا بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ وَطَائِفَةٌ لَمْ يُؤْمِنُوا}
Jika ada segolongan dari kalian beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman. (Al-A'raf: 87)
Yaitu kalian berselisih pendapat tentang Aku.
{فَاصْبِرُوا}
maka bersabarlah kalian. (Al-A'raf: 87)
Artinya, tunggulah oleh kalian.
{حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَنَا}
hingga Allah menetapkan hukum-Nya di antara kita. (Al-A'raf: 87)
Maksudnya, antara kalian dan kami. yakni Allah akan memutuskannya.
{وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ}
dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (Al-A'raf: 87)
Karena sesungguhnya Dia akan menjadikan kesudahan yang terpuji bagi orang-orang yang bertakwa, sedangkan orang-orang kafir mendapat kehancuran dan kebinasaan.
**************************************
Akhir Juz ke 8
**************************************
Rev. 04.06.2013

Al-A'raf, ayat 88-89

{قَالَ الْمَلأ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا قَالَ أَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِينَ (88) قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا إِنْ عُدْنَا فِي مِلَّتِكُمْ بَعْدَ إِذْ نَجَّانَا اللَّهُ مِنْهَا وَمَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَعُودَ فِيهَا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّنَا وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ (89) }

Pemuka-pemuka dari kaum Syu’aib yang menyombongkan diri berkata, "Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, atau kamu kembali kepada agama kamu." Berkata Syu’aib, "Dan apakah (kalian akan mengusir kami) kendatipun kami tidak menyukainya?” Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agama kalian, sesudah Allah melepaskan kami darinya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah Tuhan kamimenghendaki(nya). Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil), dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya

Demikianlah kisah dari Allah mengenai jawaban orang-orang kafir terhadap nabinya, yaitu Nabi Syu'aib dan pengikutnya dari kalangan kaum mukmin. Mereka mengancam akan mengusir dan mengasingkan Nabi Syu'aib dan pengikutnya dari tanah tempat tinggalnya. Orang-orang kafir dari kaumnya menekannya agar kembali kepada agama mereka bersama-sama mereka. Pembicaraan dalam ayat ini ditujukan kepada seorang rasul, tetapi makna yang dimaksud menyertakan pula para pengikutnya yang memeluk agamanya.
Firman Allah Swt.:
{أَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِينَ}
Dan apakah (akan tetap mengusir kami) kendatipun kami tidak, menyukainya? (Al-A'raf: 88)
Nabi Syu'aib berkata kepada mereka, "Apakah kalian tetap akan melakukan ancaman terhadap kami, sekalipun kami tidak menyukai apa yang kalian serukan kepada kami? Karena sesungguhnya jika kami kembali kepada agama kalian dan bergabung dengan kalian melakukan kebiasaan kalian, berarti kami melakukan suatu kedustaan besar terhadap Allah, sebab hal itu berarti menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah yang menandingi-Nya." Ungkapan ini mengandung pengertian antipati Nabi Syu'aib untuk mengikuti seruan mereka.
{وَمَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَعُودَ فِيهَا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّنَا}
Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah Tuhan kamimenghendakinya). (Al-A'raf: 89)
Ungkapan ini merupakan pernyataan pengembalian segala sesuatu kepada Allah yang dibenarkan, karena sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu, dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.
{عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا}
Kepada Allah sajalah kami bertawakal. (Al-A'raf: 89)
Yaitu dalam semua urusan kami, baik yang kami kerjakan maupun yang kami tinggalkan.
{رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ}
Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (Al-A'raf: 89)
Maksudnya, putuskanlah perkara yang terjadi antara kami dan kaum kami, dan tolonglah kami dalam menghadapi mereka.
{وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ}
dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (Al-A'raf: 89)
Yakni sebaik-baik Pemberi keputusan, karena sesungguhnya Engkau Mahaadil dan tidak akan menyimpang selamanya.

Al-A'raf, ayat 90-92

{وَقَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لَئِنِ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ (90) فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ (91) الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَانُوا هُمُ الْخَاسِرِينَ (92) }

Pemuka-pemuka Kaum Syu'aib yang kafir berkata (kepada sesamanya), "Sesungguhnya jika kalian mengikuti Syu’aib, tentu kalian jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi.” Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka, (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu’aib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syu’aib, mereka itulah orang-orang yang merugi.

Allah Swt. menceritakan perihal kekerasan kekufuran mereka, juga kebinalan, kesombongan, kesesatan yang mereka lakukan, dan tabiat hati mereka yang suka menentang kebenaran. Mereka nyatakan hal ini melalui sumpah mereka yang disebutkan oleh firman-Nya:
{لَئِنِ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ}
Sesungguhnya jika kalian mengikuti Syu’aib. tentulah kalian jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi. (Al-A'raf: 90)
Maka Allah Swt berfirman dalam ayat selanjutnya:
{فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ}
Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka. (Al-A'rif: 91)
Dalam ayat ini Allah Swt. memberitahukan bahwa mereka ditimpa gempa yang dahsyat, sebagaimana mereka telah membuat Syu'aib dan sahabat-sahabatnya terguncang oleh ancaman mereka yang hendak mengusirnya. Seperti yang disebutkan perihal mereka dalam surat Hud melalui firman-Nya:
{وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ}
Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu teriakan yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. (Hud: 94)
Kaitannya dengan ayat di atas —hanya Allah yang lebih mengetahui— ialah, ketika mereka melancarkan cemoohan kepada Syu'aib a.s. melalui perkataan mereka, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{أَصَلاتُكَ تَأْمُرُكَ}
Apakah salatmu yang menyuruh kamu. (Hud: 87), hingga akhir ayat.
Maka datanglah teriakan yang mengguntur dan mendiamkan mereka (yakni mematikan mereka). Dalam surat Asy-Syu'ara Allah Swt. berfirman menceritakan perihal mereka:
{فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}
Kemudian mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar. (Asy-Syu'ara: 189)
Hal tersebut tidak sekali-kali terjadi melainkan karena mereka mengata­kan kepada Nabi Syu'aib seperti yang disebutkan dalam konteks kisah­nya melalui firman Allah Swt.:
فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ
Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit. (Asy-Syu'ara: 187)
Allah Swt menceritakan bahwa mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi, sedangkan mereka semuanya dalam keadaan berkumpul. Azab yang menimpa mereka pada hari mereka dinaungi itu berupa awan yang menaungi mereka, di dalam awan terdapat percikan dan nyala api serta kobaran yang hebat. Lalu pekikan yang mengguntur datang menimpa mereka dari langit, sedangkan bumi mengalami gempa besar dari bawah mereka, sehingga nyawa mereka dicabut dan mati, sedangkan tubuh mereka kaku.
{فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ}
maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka. (Al-A'raf: 91)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا}
seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu. (Al-Araf:92)
Artinya, setelah tertimpa azab itu mereka seakan-akan tidak bertempat tinggal di tanah tempat mereka hendak mengusir Syu'aib dan sahabat-sahabatnya.
Kemudian Allah Swt. menjawab perkataan mereka metalui firman-Nya:
{الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَانُوا هُمُ الْخَاسِرِينَ}
orang-orang yang mendustakan Syu’aib. mereka itulah orang-orang yang merugi. (Al-A'raf: 92)

No comments

Tafsir Jalalain

Tafsir Ibnu Katsir

Back to top