Muslim Notebook Header Ads

007. Al-A'rof Ayat 63 - 64 - 65 - 66 - 67 - 68 - 69 - 70 - 71 - 72 - Tafsir Ibnu Katsir - Muslim Notebook



Al-A'raf, ayat 63-64

{أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ وَلِتَتَّقُوا وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (63) فَكَذَّبُوهُ فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ (64) }

Dan apakah kalian (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kalian peringatan dari Tuhan kalian dengan perantaraan seorang laki-laki dari golongan kalian agar dia memberi peringatan kepada kalian dan mudah-mudahan kalian bertakwa dan supaya kalian mendapat rahmat. Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bah­tera, dan Kami menenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).

Allah Swt. berfirman menceritakan perihal Nabi Nuh a.s., bahwa Nuh berkata kepada kaumnya:
أَوَعَجِبْتُمْ
Dan apakah kalian (tidak percaya) dan heran. (Al-A'raf: 63), hingga akhir ayat.
Maksudnya, janganlah kalian heran akan hal ini karena bukanlah hal yang mengherankan bilamana Allah menurunkan wahyu kepada seorang lelaki diantara kalian. Hal itu justru merupakan rahmat bagi kalian, belas kasihan dari Allah, dan kebaikan-Nya kepada kalian. Utusan itu ditugaskan-Nya agar memberikan peringatan kepada kalian supaya kalian takut kepada pembalasan Allah dan supaya kalian tidak mempersekutukan-Nya.
{وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ}
dan supaya kalian mendapat rahmat. (Al-A'raf: 63)
*******************
Ayat berikutnya diceritakan oleh Allah Swt.:
{فَكَذَّبُوهُ}
Maka mereka mendustakan Nuh. (Al-A'raf: 64)
Yakni mereka berlarut-larut dalam mendustakan Nuh dan menentang­nya, dan tidak ada yang beriman dari kalangan kaumnya kecuali hanya sedikit orang. Sebagaimana yang disebutkan di bagian lain dari Al-Qur'an.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ}
kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera. (Al-A'raf: 64)
At-fulk artinya kapal laut atau bahtera. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
{فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ}
Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu. (Al-Ankabut: 15)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا}
dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. (Al-A'raf: 64)
Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
{مِمَّا خَطِيئَاتِهِمْ أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْصَارًا}
Disebabkan kesalahan-kesalahati mereka, mereka ditenggelamkan, lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. (Nuh: 25)
*******************
Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ}
Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya). (Al-A’raf: 64)
Yakni buta terhadap perkara yang hak, mereka tidak dapat melihatnya dan tidak dapat beroleh petunjuk ke arahnya. Dalam kisah ini Allah menjelaskan bahwa Dia akan membela kekasih-kekasih-Nya dari musuh-musuh mereka, menyelamatkan rasul-Nya serta orang-orang yang beriman, dan membinasakan musuh-musuh mereka dari kalangan orang-orang kafir. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami. (Al-Mu’min: 51), hingga akhir ayat.
Demikianlah Sunnatullah untuk hamba-hamba-Nya di dunia dan akhirat, yaitu bahwa pada akhirnya akibat yang terpuji hanyalah diraih oleh orang-orang yang bertakwa, dan keberuntungan serta kemenangan hanya diperoleh mereka. Allah Swt. telah membinasakan kaum Nuh a.s. dengan menenggelamkan mereka dan menyelamatkan Nuh beserta sahabat-sahabatnya yang beriman.
Malik meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam bahwa kaum Nabi Nuh karena banyaknya sehingga jumlah mereka memenuhi lembah-lembah dan dataran-dataran tinggi.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, "Tidaklah Allah mengazab kaum Nabi Nuh melainkan di saat bumi penuh dengan mereka, dan tidak ada suatu daerah pun dari bumi melainkan padanya terdapat seorang raja dan pendurhaka."
Ibnu Wahb mengatakan, "Telah sampai kepadaku berita dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa orang-orang yang selamat bersama Nabi Nuh a.s. di dalam bahtera adalah delapan puluh laki-laki, salah seorang dari mereka adalah bangsa Jurhum yang berbicara memakai bahasa Arab."
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Dari jalur lain Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula secara muttasil sampai kepada Ibnu Abbas r.a.

Al-A'raf, ayat 65-66-67-68-69

{وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ (65) قَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (66) قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (67) أُبَلِّغُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ (68) أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً فَاذْكُرُوا آلاءَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (69) }

Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Ad saudara mereka (Hud). Ia berkata "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kalian selain dari-Nya. Maka mengapa kalian tidak bertakwa kepada-Nya?” Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata, "Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” Hud berkata, "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepada kalian dan aku hanyalah pemberi nasihat yang dapat dipercaya bagi kalian.” Apakah kalian (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kalian peringatan dari Tuhan kalian yang dibawa oleh seorang laki-laki di antara kalian untuk memberi peringatan kepada kalian? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kalian sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakan kalian (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kalian mendapat keberuntungan.

Allah Swt. berfirman, "Sebagaimana Kami utuskan Nuh kepada kaumnya, maka Kami pun mengutus kepada kaum 'Ad saudara mereka, yaitu Hud."
Menurut Muhammad ibnu Ishaq, kaum Nabi Hud berasal dari ‘Ad ibnu Iram ibnu Iwad ibnu Sam ibnu Nuh a.s. Menurut kami, mereka adalah kaum 'Ad pertama yang disebut oleh Allah dalam Kitab­Nya. Mereka adalah keturunan dari 'Ad ibnu Iram yang bertempat tinggal di gedung-gedung yang tinggi tiang-tiangnya di daerah pedalaman. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ * إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ * الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلادِ}
Apakah kamu belum memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain. (Al-Fajr: 6-8)
Demikian itu karena besarnya tubuh mereka dan dahsyatnya kekuatan mereka, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya yang lain:
{فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ}
Adapun kaum 'Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata.”Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami. (Fushshilat: 15)
Tempat tinggal mereka di negeri Yaman adalah di Ahqaf, yakni suatu daerah yang semuanya terdiri atas bukit-bukit pasir.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abu Sa’id Al-Khuza'i, dari Abut Tufail (yaitu Amir ibnu Wasilah) bahwa ia pernah mendengar Ali berkata kepada seorang lelaki dari Hadramaut, "Apakah engkau pernah melihat gundukan pasir merah yang dicampuri dengan tanah liat keras yang merah, dan dipenuhi dengan pohon arak dan pohon siar, tepatnya terletak di bagian anu dari kawasan Hadramaut?" Lelaki itu menjawab, "Ya saya pernah melihatnya, hai Amirul Mu’minin. Demi Allah, engkau benar-benar menggambar­kannya seperti orang yang pernah melihatnya." Ali r.a. berkata, "Tidak, tetapi saya pernah diberi tahu oleh hadis tentangnya." Lelaki dari Hadramaut itu bertanya lagi, "Mengapa engkau tanyakan tempat ter­sebut, wahai Amirul Mu’minin?" Ali r.a. menjawab, "Padanya terdapat kuburan Hud a.s."
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Di dalamnya terkandung informasi yang menyatakan bahwa tempat tinggal kaum Nabi Hud adalah negeri Yaman karena Nabi Hud sendiri dimakamkan di tempat tersebut.
Nabi Hud adalah seorang yang paling mulia keturunannya di antara kaumnya. Karena sesungguhnya semua rasul diutus oleh Allah Swt. dari kalangan kabilah yang paling utama dan paling dihormati di kalangan kaumnya. Tetapi kaum Nabi Hud —sebagaimana tubuh mereka yang besar lagi perkasa, begitu pula hati mereka sangat keras— mereka adalah suatu umat yang paling mendustakan perkara hak.
Karena itulah Allah mengutus kepada mereka Nabi Hud a.s. yang menyeru mereka untuk menyembah Allah semata, taat kepada-Nya, dan bertakwa kepada-Nya.
{قَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ}
Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata. (Al-A'raf: 66)
Al-Mala’, pembesar dan pemuka dari kalangan suatu kaum.
{إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ}
"Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (Al-A'raf: 66)
Maksudnya, kalian berada dalam kesesatan; karena kamu menyeru kami untuk meninggalkan berhala-berhala kami, dan menyeru kami untuk menyembah Allah semata. Perihal mereka sama dengan apa yang dilakukan oleh pemuka-pemuka Quraisy terhadap seruan yang disampaikan oleh Nabi Saw. yang mengajak mereka kepada menyembah Allah semata. Seperti yang dinyatakan oleh firman-Nya:
أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا
Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Maha Esa? (Shad: 5), hingga akhir ayat.
*******************
Firman Allah Swt.:
{قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Hud berkata, "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam.” (Al-A'raf: 67)
Yakni saya tidaklah seperti apa yang kalian dugakan, bahkan saya datang kepada kalian untuk menyampaikan perkara yang hak dari Allah Yang Menciptakan segala sesuatu, Dia adalah Tuhan segala sesuatu dan Yang Memilikinya.
{أُبَلِّغُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ}
Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepada kalian, dan aku hanyalah pemberi nasihat yang dapat dipercaya bagi kalian. (Al-A'raf: 68)
Hal yang disebutkan dalam ayat ini merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh semua rasul, yaitu menyampaikan risalah Allah, memberi nasihat, dan dipercaya.
{أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ}
Apakah kalian (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kalian peringatan dari Tuhan kalian yang dibawa oleh seorang laki-laki di antara kalian untuk memberi peringatan kepada kalian. (Al-A'raf: 69)
Artinya, janganlah kalian heran bila Allah mengirimkan kepada kalian seorang utusan dari kalangan kalian untuk memberi peringatan kepada kalian akan hari-hari Allah yang pada hari itu kalian menghadap kepada-Nya. Mengapa kalian tidak bersyukur kepada Allah atas karunia ini?
{وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ}
Dan ingatlah oleh kalian di waktu Allah menjadikan kalian sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh. (Al-A'raf: 69)
Yaitu ingatlah oleh kalian akan nikmat Allah kepada kalian karena Dia telah menjadikan dari keturunan Nuh yang berkat doanya Allah membinasakan seluruh penduduk bumi, sebab mereka menentangnya dan mendustakannya.
{وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً}
dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakan kalian (daripada kaum Nuh itu). (Al-A'raf: 69)
Yakni Dia menjadikan tinggi perawakan kalian dan kekuatan kalian lebih daripada manusia sejenis kalian. Dengan kata lain, Allah men­jadikan tubuh mereka sangat tinggi dan sangat kuat perawakannya. Pengertian ini sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya yang mengisahkan perihal Talut, yaitu:
{وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ}
dan menambahinya dengan ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa. (Al-Baqarah: 247)
{فَاذْكُرُوا آلاءَ اللَّهِ}
Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah. (Al-A'raf: 69)
Yang dimaksud dengan ala ialah nikmat-nikmat Allah dan karunia-Nya kepada kalian.
{لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ}
supaya kalian mendapat keberuntungan. (Al-A'raf: 69)
Lafaz ala adalah bentuk jamak dari Ila, tetapi menurut pendapat yang lain ia adalah bentuk jamak dari ala.

Al-A'raf, ayat 70-71-72

{قَالُوا أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (70) قَالَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ رِجْسٌ وَغَضَبٌ أَتُجَادِلُونَنِي فِي أَسْمَاءٍ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا نزلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ (71) فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَمَا كَانُوا مُؤْمِنِينَ (72) }

Mereka berkata, "Apakah kamu datang kepada kami agar kami menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” Ia berkata, “Sungguh sudah pasti kalian akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhan kalian. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama yang kalian beserta nenek moyang kalian menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yang menunggu bersama kalian.” Maka Kami selamatkan Hud beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan tiadalah mereka orang-orang yang beriman.

Allah Swt. menceritakan perihal pembangkangan, ketidakpercayaan, dan keingkaran mereka terhadap Nabi Hud a.s.
قَالُوا أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ
Mereka berkata, "Apakah kamu datang kepada kami agar kami hanya menyembah Allah saja?” (Al-A'raf: 70), hingga akhir ayat.
Ayat ini semakna dengan apa yang pernah dikatakan oleh orang-orang musyrik dari kalangan Quraisy, yaitu seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ}
Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih. (Al-Anfal: 32)
Muhammad ibnu Ishaq dan lain-lainnya menceritakan bahwa kaum Nabi Hud adalah kaum penyembah berhala-berhala. Di antaranya ada berhala yang diberi nama Samad, ada yang diberi nama Sumud, dan yang lainnya lagi diberi nama Al-Hana. Karena itulah Nabi Hud a.s. bersabda kepada mereka, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ رِجْسٌ وَغَضَبٌ}
Sungguh telah pasti kalian akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhan kalian. (Al-A'raf: 71)
Dengan kata lain, azab dari Tuhan kalian telah pasti akan menimpa kepada kalian disebabkan ucapan kalian itu. Menurut suatu pendapat, lafaz rijsun merupakan bentuk maqlub dari lafaz rijzun. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa maknanya ialah kemurkaan dan kemarahan.
{أَتُجَادِلُونَنِي فِي أَسْمَاءٍ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ}
Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama yang kalian beserta nenek moyang kalian menamakannya? (Al-A’raf:71)
Yakni apakah kalian membantahku sehubungan dengan kebatilan berhala-berhala yang diberi nama oleh kalian dan nenek moyang kalian sebagai tuhan-tuhan yang kalian sembah. Padahal berhala-berhala itu tidak dapat menimpakan bahaya, tidak pula memberikan manfaat, dan Allah tidak pernah menjadikan dalil atau hujah bagi kalian untuk menyembah berhala-berhala itu. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{مَا نزلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ}
padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yang menunggu bersama kalian. (Al-A'raf: 71)
Di dalam ayat ini terkandung makna ancaman dan peringatan keras dari seorang rasul kepada kaumnya. Untuk itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
{فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَمَا كَانُوا مُؤْمِنِينَ}
Maka Kami selamatkan Hud beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan tiadalah mereka orang-orang yang beriman. (Al-A'raf: 72)
Allah Swt telah menyebutkan gambaran tentang pembinasaan mereka di berbagai ayat dari Al-Qur'an, yang intinya menyebutkan bahwa Allah mengirimkan kepada mereka angin besar yang sangat dingin. Tidak ada sesuatu pun yang diterjang angin ini, melainkan pasti hancur berserakan, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ * سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ * فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ}
Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka. (Al-Haqqah: 6-8)
Setelah mereka membangkang dan durhaka kepada Nabi-Nya, maka Allah membinasakan mereka dengan angin yang sangat dingin. Angin tersebut dapat menerbangkan seseorang dari mereka, lalu menjatuhkan­nya dengan kepala di bawah sehingga kepalanya hancur dan terpisah dari tubuhnya. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ}
seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). (Al-Haqqah: 7)
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa mereka mendiami negeri Yaman, tepatnya di suatu daerah yang terletak di antara Amman dan Hadramaut. Tetapi sekalipun demikian, mereka berhasil menyebar ke seluruh penjuru bumi dan dapat mengalahkan penduduknya berkat kekuatan yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Mereka adalah orang-orang yang menyembah berhala, bukan menyembah Allah. Kemudian Allah mengutus kepada mereka Nabi Hud a.s. yang nasabnya berasal dari kalangan menengah mereka dan berkedudukan' terhormat di kalangan mereka.
Maka Nabi Hud a.s. memerintahkan kepada mereka agar mengesa­kan Allah, jangan menjadikan bersama-Nya tuhan-tuhan selain Dia, dan jangan menganiaya manusia lagi. Tetapi mereka menolak seruannya, bahkan mendustakannya. Mereka mengatakan, "Siapakah yang lebih kuat dari kami?'
Tetapi ada segolongan orang dari mereka yang mengikuti Nabi Hud a.s., hanya jumlahnya sedikit dan mereka menyembunyikan keimanannya. Setelah kaum ‘Ad bertambah durhaka terhadap Allah dan mendustakan Nabi-Nya serta banyak menimbulkan kerusakan di muka bumi, dengan berlaku sewenang-wenang padanya dan meninggalkan jejak-jejak mereka di setiap tanah tinggi tempat-tempat bermainnya tanpa ada gunanya, maka Nabi Hud a.s. berkata kepada mereka yang disitir oleh firman-Nya:
{أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ آيَةً تَعْبَثُونَ * وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُونَ * وَإِذَا بَطَشْتُمْ بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ * فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ}
Apakah kalian mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main, dan kalian membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal (di dunia)? Dan apabila kalian menyiksa, maka kalian menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (Asy-Syu'ara: 128-131)
Tetapi mereka menjawab, seperti yang disebutkan di dalam ayat-ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
{قَالُوا يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَنْ قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ. إِنْ نَقُولُ إِلا اعْتَرَاكَ بَعْضُ آلِهَتِنَا بِسُوءٍ}
Kaum 'Ad berkata "Hai Hud. kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan keburukan kepadamu.” (Hud: 53-54)
Yang dimaksud dengan su' atau keburukan ialah penyakit gila.
{قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ * مِنْ دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُونِ * إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Hud menjawab, "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah oleh kamu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu daya kalian semuanya terhadapku dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 54-56)
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa setelah mereka membang­kang, tidak mau beriman dan hanya tetap kepada kekufurannya, maka Allah menahan hujan dari mereka selama tiga tahun —menurut apa yang didugakan oleh mereka (para perawinya)— sehingga keadaan tersebut membuat mereka benar-benar parah. Konon di zaman itu apabila orang-orang mengalami musim paceklik yang parah, dan mereka me­mohon kepada Allah agar dibebaskan dari paceklik, maka sesungguhnya mereka hanya mendoa kepada-Nya di tempat suci-Nya, yaitu di tempat bait-Nya.
Tempat tersebut di masa itu telah dikenal, sedangkan di tempat itu terdapat para penghuninya dari golongan amatiq (raksasa). Mereka adalah keturunan dari Amliq Ibnu Lawuz ibnu Sam ibnu Nuh. Pemimpin mereka saat itu adalah seorang lelaki yang bernama Mu'awiyah ibnu Bakar. Sedangkan ibunya berasal dari kaum ‘Ad yang dikenal dengan nama Jahlazah, anak perempuan Al-Khubairi.
Ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa lalu kaum 'Ad mengirim­kan suatu delegasi yang jumlahnya kurang lebih tujuh puluh orang menuju tanah suci, untuk meminta istisqa (hujan) di tanah suci buat kaumnya.
Mereka bersua dengan Mu'awiyah ibnu Bakar di luar kota Mekah, lalu mereka tinggal di rumahnya selama satu bulan. Selama itu mereka mabuk-mabukan dan mendengarkan nyanyian yang didendangkan oleh dua orang penyanyi wanita Mu'awiyah.
Walaupun telah cukup lama mereka tinggal di tempat Mu'awiyah, tetapi ternyata mereka tidak beranjak juga dari rumahnya, sedangkan Mu'awiyah merasa kasihan kepada kaumnya (yang merasa terganggu dengan kehadiran mereka); sementara itu Mu'awiyah sendiri merasa malu untuk mengusir mereka pergi dari rumahnya. Maka ia membuat syair yang menyindir mereka untuk pergi, lalu memerintahkan kepada biduannya untuk mendendangkan syair itu kepada mereka. Isi syair tersebut adalah seperti berikut:
أَلَا يَا قَيْلُ وَيْحَكَ قُْم فَهَيْنم ... لَعَلَّ اللَّهَ يُصْبحُنَا غَمَاما ...
فَيَسْقي أرضَ عادٍ إِنَّ عَادًا ... قَد امْسَوا لَا يُبِينُونَ الكَلاما ...
مِنَ الْعَطَشِ الشَّدِيدِ فَلَيْسَ نَرجُو ... بِهِ الشيخَ الكبيرَ وَلَا الغُلاما ...
وَقَد كانَت نساؤهُم بخيرٍ ... فَقَدْ أَمْسَتْ  نِسَاؤهم عَيَامى
وَإِنَّ الوحشَ تأتيهمْ جِهارا ... وَلَا تَخْشَى لعاديَ سِهَاما ...
وَأَنْتُمْ هاهُنَا فِيمَا اشتَهَيْتُمْ ... نهارَكُمُ وَلَيْلَكُمُ التَّمَامَا ...
فقُبّحَ وَفُْدكم مِنْ وَفْدِ قَوْمٍ ... ولا لُقُّوا التحيَّةَ والسَّلاما ...
Ingatlah, hai Qil, celakalah engkau, bangunlah dan sadarlah engkau, mudah-mudahan Allah memberikan hujan di pagi hari.
Karenanya maka tanah kaum 'Ad menjadi tersirami hujan.
Sesungguhnya kaum Ad sekarang menjadi orang-orang yang tidak mengerti perkataan karena rasa haus berat yang menimpa mereka.
Kami tujukan kata-kata ini bukan kepada orang yang sudah pikun, bukan pula kepada anak-anak
Dahulu kaum wanita mereka dalam keadaan baik-baik, tetapi sekarang kaum wanita mereka dalam kesedihan dan kemurungan.
Dan sesungguhnya binatang-binatang liar berani datang kepada mereka secara terang-terangan, tanpa rasa takut sedikit pun kepada anak panah pemburu.
Sedangkan kalian di sini tenggelam ke dalam hura-hura sepanjang siang dan malam hari.
Maka seburuk-buruk delegasi dari suatu kaum adalah delegasi kalian.
Mereka tidak mendapat kehormatan, tidak pula mendapat salam (kesejahteraan).
Setelah syair tersebut dikemukakan kepada mereka, barulah mereka sadar akan tugas kedatangannya ke tanah suci itu. Lalu mereka bangkit menuju tanah suci dan berdoa untuk kaumnya. Mereka berdoa dipimpin oleh ketua mereka yang dikenal dengan nama Qil ibnu Anaz.
Maka Allah memunculkan tiga jenis awan, ada yang putih, ada yang hitam, dan ada yang merah. Lalu Qil mendengar suara dari langit yang mengatakan, "Pilihlah untukmu atau untuk kaummu dari awan-awan ini!"
Qil berkata, "Saya memilih awan yang hitam ini, karena sesungguh­nya awan hitam ini banyak mengandung air." Maka dijawablah oleh seruan itu, "Ternyata kamu memilih awan yang mengandung debu yang membinasakan." Maka tidak ada seorang pun dan tidak ada seorang tua pun dari kaum 'Ad serta tidak ada seorang anak pun dari mereka melain­kan binasa saat itu, kecuali Bani Wuzyah Al-Muhannada.
Menurut Ibnu Ishaq, Banil Wuzyah adalah suatu kabilah dari kaum 'Ad yang tinggal di Mekah, maka mereka tidak tertimpa azab yang menimpa kaumnya.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Banil Wuzyah adalah orang-orang yang tersisa dari keturunan kaum 'Ad karena selamat dari azab itu; mereka disebut generasi terakhir dari kaum 'Ad.
Ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa Allah lalu mengarak awan hitam itu —menurut kisah mereka— yaitu awan yang dipilih oleh Qil ibnu Anaz. Di dalam awan itu terkandung azab yang akan membinasakan kaum 'Ad. Awan itu muncul dari suatu lembah di tempat mereka yang dikenal dengan nama Lembah Mugis. Ketika mereka (kaum 'Ad) melihat awan hitam itu datang bergulung-gulung, mereka merasa gembira dan mengatakan, "Inilah awan yang akan membawa hujan kepada kita." Tetapi dijawab oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ * تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا}
Bukan, bahkan itulah azab yang kalian minta supaya disegerakan. yaitu angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancur­kan segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 24-25)
Yakni yang membinasakan segala sesuatu yang dilewatinya.
Disebutkan bahwa orang yang mula-mula melihatnya dan mengenal bahwa apa yang dikandungnya itu merupakan angin puting beliung, menurut yang dikisahkan para perawinya, ialah seorang wanita 'Ad yang dikenal dengan sebutan Mumid.
Setelah Mumid melihat dengan jelas apa yang terkandung di dalam awan tersebut, ia menjerit dan pingsan. Ketika ia sadar, kaumnya ber­tanya, "Hai Mumid, apakah yang telah engkau lihat?" Mumid menjawab, "Saya melihat angin yang di dalamnya terdapat semisal api digiring oleh banyak kaum laki-laki yang menuntunnya dari depan."
Maka Allah menimpakan angin itu kepada mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus. (Al-Haqqah: 7)
Al-husumah artinya terus-menerus, tiada henti-hentinya.
Maka tidak ada seorang pun dari kaum 'Ad melainkan binasa. Sedangkan Nabi Hud a.s. menurut kisah yang sampai kepadaku (Ibnu Ishaq) bersama orang-orang yang beriman berlindung di dalam sebuah tempat perlindungan; tidak ada sesuatu pun yang menimpa dia bersama para pengikutnya, melainkan hal-hal yang menyegarkan dan mengenakkan. Sesungguhnya angin puting beliung itu menimpa perkampungan kaum 'Ad, lalu mener­bangkannya di antara langit dan bumi, kemudian menghancurkan mereka ke daerah berbatuan.
Muhammad ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya ini secara panjang lebar hingga selesai, tetapi konteks yang diketengahkannya garib, hanya di dalamnya terkandung banyak faedah yang dapat disimpulkan darinya.
Allah Swt. telah berfirman:
{وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُودًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَنَجَّيْنَاهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ}
Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami, dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat. (Hud: 58)
Memang telah disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya hal yang berdekatan pengertiannya dengan kisah yang diutarakan oleh Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar tadi.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنِي أَبُو الْمُنْذِرِ سَلَّامُ بْنُ سُلَيْمَانَ النَّحْوِيُّ، حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ أَبِي النَّجُود، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنِ الْحَارِثِ الْبَكْرِيِّ قَالَ: خَرَجْتُ أَشْكُو الْعَلَاءَ بْنَ الْحَضْرَمِيِّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَرَرْتُ بِالرَّبَذَةِ فَإِذَا عَجُوزٌ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ مُنْقَطِعٌ بِهَا، فَقَالَتْ لِي: يَا عَبْدَ اللَّهِ، إِنَّ لِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاجَةً، فَهَلْ أَنْتَ مُبَلِّغِي إِلَيْهِ؟ قَالَ: فَحَمَلْتُهَا فَأَتَيْتُ الْمَدِينَةَ، فَإِذَا الْمَسْجِدُ غَاصٌّ بِأَهْلِهِ، وَإِذَا رَايَةٌ سَوْدَاءُ تَخْفِقُ، وَإِذَا بِلَالٌ مُتَقَلِّدٌ بِسَيْفٍ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْتُ: مَا شَأْنُ النَّاسِ؟ فَقَالُوا: يُرِيدُ أَنْ يَبْعَثَ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ وَجْهًا. قَالَ: فَجَلَسْتُ، فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ -أَوْ قَالَ: رَحْلَهُ فَاسْتَأْذَنْتُ عَلَيْهِ، فَأَذِنَ لِي، فَدَخَلْتُ فَسَلَّمْتُ، قَالَ: هَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ تَمِيمٍ شَيْءٌ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، وَكَانَتْ لَنَا الدّبَرة عَلَيْهِمْ، وَمَرَرْتُ بِعَجُوزٍ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ مُنْقَطِعٍ بِهَا، فَسَأَلَتْنِي أَنْ أَحْمِلَهَا إِلَيْكَ، وَهَا هِيَ بِالْبَابِ. فَأَذِنَ لَهَا، فَدَخَلَتْ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنْ رَأَيْتَ أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ تَمِيمٍ حَاجِزًا، فَاجْعَلِ الدَّهْنَاءَ. فَحَمِيَتِ الْعَجُوزُ وَاسْتَوْفَزَتْ، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَإِلَى أَيْنَ يُضْطَرُّ مُضطَرُك ؟ قَالَ: قُلْتُ: إِنَّ مَثَلِي مَثَلُ مَا قَالَ الْأَوَّلُ: "معْزَى حَمَلت حَتْفَهَا"، حَمَلْتُ هَذِهِ وَلَا أَشْعُرُ أَنَّهَا كَانَتْ لِي خَصْمًا، أُعُوذُ بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ أَنْ أَكُونَ كَوَافِدِ عَادٍ! قَالَ: هِيهْ، وَمَا وَافِدُ عَادٍ؟ -وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْحَدِيثِ مِنْهُ، وَلَكِنْ يَسْتَطْعِمُهُ -قُلْتُ: إِنْ عَادًا قُحطوا فَبَعَثُوا وَافِدًا لَهُمْ يُقَالُ لَهُ: "قَيْلُ"، فَمَرَّ بِمُعَاوِيَةَ بْنِ بَكْرٍ، فَأَقَامَ عِنْدَهُ شَهْرًا يَسْقِيهِ الْخَمْرَ وَتُغَنِّيهِ جَارِيَتَانِ، يُقَالُ لَهُمَا: "الْجَرَادَتَانِ"، فَلَمَّا مَضَى الشَّهْرُ خَرَجَ إِلَى جِبَالِ مَهْرة، فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنِّي لَمْ أَجِئْ إِلَى مَرِيضٍ فَأُدَاوِيهِ، وَلَا إِلَى أَسِيرٍ فَأُفَادِيهِ. اللَّهُمَّ اسْقِ عَادًا مَا كُنْتَ تَسْقِيهِ، فَمَرَّتْ بِهِ سَحَّابَاتٌ سُودُ، فَنُودِيَ: مِنْهَا "اخْتَرْ". فَأَوْمَأَ إِلَى سَحَابَةٍ مِنْهَا سَوْدَاءَ، فَنُودِيَ مِنْهَا: "خُذْهَا رَمَادًا رِمْدِدا، لَا تُبْقِي مِنْ عَادٍ أَحَدًا". قَالَ: فَمَا بَلَغَنِي أَنَّهُ بُعث عَلَيْهِمْ مِنَ الرِّيحِ إِلَّا قَدْرُ مَا يَجْرِي فِي خَاتَمِي هَذَا، حَتَّى، هَلَكُوا -قَالَ أَبُو وَائِلٍ: وَصَدَقَ -قَالَ: وَكَانَتِ الْمَرْأَةُ وَالرَّجُلُ إِذَا بَعَثُوا وَافِدًا لَهُمْ قَالُوا: "لَا تَكُنْ كَوَافِدِ عَادٍ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Hubab, telah menceritakan kepadaku Abul Munzir Salam ibnu Sulaiman An-Nahwi, telah menceritakan kepada kami Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Wail, dari Al-HariS Al-Bakri yang menceritakan bahwa ia berangkat untuk mengadukan perkara kepada Rasulullah Saw. tentang Al-Ala ibnul Hadrami. Aku (Al-Haris) melewati Rabzah, ternyata aku bersua dengan seorang nenek tua dari Bani Tamim yang tidak dapat melanjutkan perjalanannya. Nenek itu berkata, "Hai hamba Allah, sesungguhnya saya mempunyai suatu keperluan dengan Rasulullah, maka sudilah kiranya engkau membawa saya menghadap kepadanya." Saya membawa nenek itu sampai di Madinah, dan saya menjumpai masjid penuh sesak, lalu saya melihat bendera hitam berkibar dan sahabat Bilal menyandang pedangnya berdiri di hadapan Rasulullah Saw. Saya bertanya, "Apakah gerangan yang terjadi dengan orang banyak ini?" Mereka (yang ditanya) menjawab, "Beliau Saw. hendak mengirimkan Amr ibnul As (bersama pasukannya) ke suatu daerah." Maka saya duduk, lalu masuk ke dalam rumahnya atau ke dalam kemahnya dan meminta izin agar diperkenankan masuk, kemudian saya diberi izin untuk masuk menemuinya. Saya masuk dan mengucapkan salam penghormatan, lalu beliau Saw. bertanya, "Apakah antara kamu dan Bani Tamim terdapat suatu masalah?" Saya menjawab, "Ya, dan saya beroleh kemenangan atas mereka. Kemudian saya bersua dengan seorang nenek tua dari kalangan Bani Tamim yang tidak dapat melanjutkan perjalanannya. Nenek itu meminta kepada saya untuk membawanya sampai ke hadapanmu, sekarang dia berada di pintu." Nenek tua itu pun diizinkan masuk. Saya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya jika engkau setuju membuat batas antara kami dan Bani Tamim, jadikanlah Dahna sebagai batasannya." Dengan serta merta si nenek tua itu menjadi panas dan bergejolak, lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, apakah yang hendak dilakukan oleh orang yang meminta kepadamu dengan paksa ini?" Saya berkata, "Sesungguhnya perumpamaanku sama dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang terdahulu, 'Orang yang meminta belasungkawa kepadaku ternyata membawa sendiri kematiannya.' Saya telah membawa nenek ini tanpa menyadari bahwa dia mempunyai rasa permusuhan terhadap diri saya. Saya berlindung kepada Allah bila diri saya ini seperti delegasi kaum 'Ad." Rasulullah Saw. bertanya kepadaku, "Apakah yang dimaksud dengan delegasi kaum 'Ad?" Padahal Rasulullah Saw. lebih mengetahui­nya, tetapi hanya meminta ketegasan dariku. Saya bercerita, bahwa sesungguhnya dahulu kaum 'Ad mengalami musim paceklik yang sangat parah. Lalu mereka mengirimkan suatu delegasinya yang dipimpin oleh seseorang dari mereka yang dikenal dengan nama Qil. Qil bersua dengan Mu'awiyah ibnu Bakar, lalu ia tinggal padanya selama satu bulan, ia menghabiskan hari-harinya dengan minum khamr dan mendengar nyanyian dari dua orang penyanyi. Setelah satu bulan tinggal, maka Qil berangkat ke Bukit Mahrah, lalu ia berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa saya bukan datang kepada yang sakit, lalu saya mengobatinya; juga bukan kepada tawanan, lalu saya menebusnya. Ya Allah, siramilahkaum 'Ad selagi Engkau masih memberi mereka air." Maka lewatlah kepadanya berbagai kumpulan awan hitam, lalu diserukan kepadanya, "Pilihlah mana yang kamu suka!" Maka Qil mengisyaratkan kepada awan yang paling hitam, lalu diserukan kepadanya, "Ambillah awan yang mengandung debu ini yang tidak akan menyisakan seorang pun dari kaum 'Ad." Al-Haris mengatakan, "Tidak ada yang sampai kepadaku berita yang menyatakan bahwa Allah mengirimkan angin kepada mereka kecuali sekadar apa yang dimasukkan ke dalam cincinku ini (yakni tidak banyak) hingga mereka binasa." Abu Wail mengatakan bahwa Al-Haris benar. Sesudah peristiwa itu istilah "Janganlah kamu seperti delegasi kaum ‘Ad" menjadi tenar. Tersebutlah bahwa lelaki dan wanita itu apabila mengirimkan utusannya (delegasinya) selalu berpesan kepada mereka, "Janganlah kamu seperti delegasi kaum "Ad."
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh imam Ahmad di dalam kitab musnadnya. Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Abdu ibnu Humaid, dari Zaid ibnul Hubab dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.
Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Salam ibnu Abul Munzir, dari Asim (yaitu Ibnu Bandalah). Melalui jalur ini pula Ibnu Majah meriwayatkannya dari Abu Wail, dari Al-Haris ibnu Hisan Al-Bakri dengan lafaz yang semisal.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Abu Kuraih, dari Zaid ibnu Hubab, tetapi di dalam sanadnya disebutkan dari Al-Haris ibnu Yazid Al-Bakri, lalu ia menceritakannya. Ibnu Jarir meriwayatkannya pula dari Abu Kuraib, dari Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Asim Al-Haris ibnu Hisan, kemudian iamengetengahkannya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa dia tidak melihat nama Abu Wail dalam salinannya.

No comments

Tafsir Jalalain

Tafsir Ibnu Katsir

Back to top